Pada pembahasan kali ini saya akan membahas mengenai Sastra Aceh yang terdapat di dalam buku Acehnologi volume kedua, sama seperti pembahasan sebelumnya Sastra Aceh juga masih ditarik melalui kajian Sastra Melayu. Bukan hanya itu bahkan di dalam sejarah Sastra Aceh juga jarang disebut bahkan tidak disebut di dalam kesusatraan Indonesia. Sastra Aceh telah berkembang seiring zaman perkembangan peradaban, karya Sastra Aceh dapat berupa tulisan maupun tutur dan karya sastra tutur ini lebih merakyat dan lebih cepat di dalam perkembangannya. Seperti halnya hikayat, yang tidak ditulis tetapi dituturkan secara spontan. Alasan yang lain yang menyebabkan karya sastra tutur lebih cepat berkembang dikarenakan orang Aceh lebih menyukai bertutur dari pada menulis. Karya sastra yang terbaik di Aceh salah satunya adalah karya sastra syair dan syair dalam bahasa Aceh telah memberikan spirit atau kekuatan bagi pahlawan Aceh ketika melawan Belanda pada tahun 1873. Saya sebagai salah satu warga di Aceh bangga ketika Aceh mampu menghasilkan karya-karya besar termasuk di dalamnya karya sastra baik melalui bahasa Aceh atau kebudayaan lainnya.
Sastra Aceh memiliki bagian-bagian tersendiri yaitu, budaya Aceh, bahasa Aceh dan konteks sejarah Aceh. Ketiga hal tersebut merupakan bagian yang mengikat atau mempunyai keterkaitan dengan Sastra Aceh. Kekuatan yang menjadi dasar karya Sastra Aceh adalah Islam. Dimana Aceh mayoritas penduduknya adalah Islam, dan endatu telah menggunakan Islam sebagai ruh di dalam karya Sastra Aceh atau bisa disebut juga sebagai jantungnya Sastra Aceh. Semakin berkembangnya karya Sastra di Aceh yang dapat kita lihat dikehidupan sekarang membuat karya Sastra Aceh sudah banyak disalin, diterjemahkan dan juga dijadikan sebagai kajian sastra di negeri lain seperti Malaysia maupun Indonesia. Tugas Antropologi disini adalah menarik kembali Sastra Aceh pada konteks Kerak Peradaban Aceh.
Perkembangan Sastra Aceh dipengaruhi oleh masa dan zaman, dikarenakan orang Aceh sering mengalami konflik diantara sesama mereka. Dan setiap peristiwa di Aceh direkam dalam bentuk karya sastra, dapat dilihat bahwa sasatrawan Aceh muncul ketika masa konflik atau peperangan. Pihak musuh di dalam melawan Aceh menggunakan sastra, melalui karya sastra itulah kemudian orang Aceh dapat membangkitkan kesadarannya. Ketika pada masa gemilang atau masa dimana tidak terjadi konflik karya Sastra Aceh mulai menampakkan kekayaan atau kemegahan pemerintahan Kesultanan Aceh, adapun karya Sastra Aceh telah mengalami perkembangan pesat mulai dari tarian yang dihasilkan oleh orang Aceh maupun seni musik telah mengantarkan karya Sastra Aceh ke tingkat nasional dan internasional. Ini merupakan hal yang membanggakan khususnya bagi orang Aceh itu sendiri dalam melihat perkembangan karya Sastra Aceh dan ini perlu ditanamkan pada genrasi muda.
Dapat disimpulkan bahwa karya Sastra Aceh bukanlah sesuatu hal yang akan menambahkan pola pikiran manusia diluar kemampuannya, tetapi untuk menyadarkan manusia dalam memahami hakikat kemanusiaannya. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Sastra Aceh bukan hanya sebagai jantung manusia Aceh, namun juga sebagai benteng pertahanan mereka di dalam melawan penjajah. Karya sastra dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi yang mendalaminya karena memiliki daya tarik tersendiri di dalam mencari peminatnya, lalu karya sastra dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai pengingat ataupun sebagainya. Melalui karya Sastra di Aceh dianggap mampu untuk membangun kembali peradaban Aceh, yang perkembangannya telah muncul dan dapat dilihat sendiri di dalam perguruan tinggi sudah muncul karya sastra dan telah muncul salah satu institut budaya di Aceh Besar.