Pada kesempatan kali ini saya akan membahas Acehnologi mengenai Studi Religi Aceh yang sangat menarik untuk dikupas. Seperti sebelumnya pembahasan ini terdapat di dalam buku Acehnologi volume kedua. Jika ingin melihat nuansa Islam yang terdapat di dalam orang Aceh, maka lihatlah pada tradisi Aceh yang disebut dengan khanduri. Dimana disetiap adat yang terdapat di dalam khanduri sangat kental nuansa Islamnya. Ini yang menyebabkan khanduri di dalam orang Aceh diadakan sejak seseorang lahir yang disebut dengan “Peutren tanoeh” atau turun tanah. Bahkan tidak hanya itu, sebelum lahir seorang bayi, di Aceh sering diadakan khanduri yang disebut dengan “acara tujoeh bulen” atau acara tujuh bulanan, dimana acara tersebut banyak tradisi yang mengandung nuansa Islam seperti mendoakan bayi ketika didalam kandungan, marhaban ketika turun tanah dan lain sebagainya. Sampai ketika seseorang meninggal dunia juga dilakukan khanduri dari hari pertama hingga hari ketujuh, bahkan ada juga hari keempat puluh dan hari ke seratus. Khanduri tersebut bisa berupa tahlilan, mendoakan orang yang telah meninggal dan lain sebagainya. Berikut contoh gambar ketika dilakukan tahlilan,
https://www.google.co.id/search?q=tahlilan&client=ucweb-b-bookmark&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjhxt_-5YHbAhWHI5QKHfTVARAQ_AUIBigB&biw=360&bih=640#mhpiv=8&spf=1526183950349
Indonesia bukanlah negara Islam, karena penduduk Indonesia bukan penduduk Islam hanya saja bermayoritas Islam. Mendiskusikan Aceh hampir sama dengan mendiskusikan Islam, karena Islam dan Aceh adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dan menurut sejarahnya, Aceh adalah daerah Indonesia yang pertama kali yang Islam masuki dan perkembangan sangat pesat sehingga berhasil membentuk masyarakat yang bernuansa Islam yang kuat, karena itulah Islam sangat mempengaruhi di dalam adat istiadat orang Aceh. Dan di dalam sejarahnya Aceh yang didatnagi Islam bukanlah Islam yang merupakan hasil peperangan, namun Islam yang datang melalui para ulama yang membawa Islam melalui perdagangan, kemudian barulah menyebar ke pedalaman dan para pedagang memegang peranan penting di dalam menyebarkan Islam. Selain melalui perdagangan, Islam jugak masuk melalui dakwah yang berdatangan bersama pedagang dan lain sebagainya.
Alasan mengapa Islam sangat mudah diterima di Aceh karena semua kerajaan-kerajaan Islam dan kawasan perdagangan berada di kawasan pesisir, kedatangan Islam pertama kali pada daerah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai. Bukan hanya itu, Islam juga diterima secara damai. Dikarenakan para pedagang dan jalur lain ketika hendak menyebarkan Islam dengan cara membentuk komunitas yang di dalam nya terdapat hal-hal yang religius, mereka menyebarkan Islam secara perlahan-lahan sampai Islam benar-benar dijadikan sebagai panutan dan sampai mereka menganut Islam. Lalu religius tersebut berubah menjadi kekuatan orang Aceh, maka dari situ Islam sangat mempengaruhi penduduk Aceh. Proses islamisasi Aceh dilakukan dari satu wilayah ke wilayah yang lain, di Aceh Islam sering disebut dengan konsep meureno atau belajar. Dimana sejak usia dini anak-anak kerap melakukan perbuatan yang islami yaitu menuntut ilmu mengenai Islam atau belajar Islam, di Aceh terdapat beberapa rumah penduduk dan beberapa masjid yang membuka tempat pengajian dan itu tidak sulit ditemukan. Bahkan di Aceh terdapat dayah maupun pesantren yang sudah dikenal.
Studi Islam pun mulai berkembang dan bervariasi di Aceh, bisa dilihat bahwa minat belajar ke Islaman di Aceh makin berkembang pesat. Dapat juga dilihat bahwa anak-anak sejak disekolahkan dari Taman Kanak-Kanak sudah mulai diterapkan pemahaman mereka mengenai Islam agar mereka mengetahui apa-apa saja yang terdapat di dalam Islam, ketika mereka mulai meranjak ke sekolah yang lebih tingga yaitu SD,SMP,SMA sudah sangat diterapkan pemahaman, yaitu melalui diniyah, pesantren kilat, bahkan ada yang mempelajari studi mengenai pendidikan agama.
Kedatangan Islam di Aceh sangat membantu para penduduk, jika tidak ada Islam maka keyakinan Hindu Budhalah yang ada pada saat ini, bahkan penduduk Aceh pun tidak akan selestari pada saat ini. Contoh yang sangat logika adalah, Islam sangat mengatur mengenai keturunan, dengan cara menikah yang bertujuan untuk melangsungkan keturunan yang sah. Jika tidak ada Islam maka para penduduk akan bingung mengenai siapa anak mereka, siapa ayah mereka dan lain sebagainya. Tidak hanya itu Islam juga mengatur hal-hal yang kecil seperti cara tidur. Ini dapat dilihat betapa pentingnya Islam di dalam kehidupan Aceh. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Acehnologi tidak melupakan studi religi di Aceh, karena Aceh dan religi adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dan sampai saat ini ritual religi di Aceh masih dijalankan oleh penduduk Aceh, seperti berziarah ke kuburan ulama, mengaji dikuburan dan sebagainya. Dan Aceh merupakan daerah yang keislamaannya sangat meningkat dan merupakan daerah yang tinggi keislamannya dibandingkan dengan daerah yang lain.