Salatiga.. Kota yang menjadi penghubung antara Solo - Semarang ini ternyata juga memiliki beberapa kuliner khas yang jelas berbeda dari daerah lain.
Hari ini, dalam rangka perjalanan mencari kitab suci ke barat saya sempatkan mampir di Salatiga untuk melaksanakan kebutuhan manusiawi, yaitu 'Sarapan' Sebetulnya tidak ada niat untuk mampir di kota yang mempunyai julukan Kota Beriman ini. Berhubung jam sudah menunjukkan pukul 06.20 dan perut juga sudah bernyanyi, ya mampir lah ke sebuah warung yang ada di deretan alun-alun Kota Salatiga.
Disini ada banyak menu yang ditawarkan, diantaranya: Soto Daging, Soto Ayam, Tumpang Koyor, Rawon dan yang lainnya. Pada saat itu, saya lebih 'pro' kepada soto daging karena sudah ada bayangan begitu seger nya 'nyruput' kuah soto yang hangat dan memiliki gurih khas di pagi hari yang masih diselimuti kabut ini.
Ketika mbak - mbak pelayan datang, dan sudah memesan menu mbak pelayan tersebut bilang, "Mas, soto dagingnya sini beda dengan Kediri lho ya!" Yang saya kaget, kok mbak tersebut tau kalo saya berasal dari Kediri? Atau mungkin mbaknya melirik plat mobil saya yang ber-letter AG terparkir menghadap warung, ah lupakan itu tidak penting.
Sekitar 5 menit setelah memesan, makanan pun datang. Jadi, first impression saya terhadap soto daging-nya Salatiga ini adalah, "Ini soto atau sop?" Ya benar saja saya tanya seperti itu, kuah soto disini adalah bening, tanpa santan, sangat berbeda sekali dengan soto daging yang banyak dijual di Jawa Timur, Kota Kediri khususnya.
Terlepas dari hal tersebut, ketika saya mencoba kuah untuk pertama kali nya hal yang saya bayangkan terbayar sudah. Begitu segernya saat 'nyruput' kuah soto. Bening, hangat, serta rasa gurih seakan bersatu menjalin cinta di dalam mangkuk yang tak begitu besar ini, tentu saja hal ini tidak berkompromi dengan perut saya. Ah, tetapi lumayan untuk mengganjal perut yang sudah bernyanyi layaknya peserta audisi Indonesian Idol
Salatiga, 11 Maret 2018
-Sabill
All photo taken by me with smartphone