Acehnologi bab 10 : PENDEKATAN ANTROPOLOGI

in indonesia •  7 years ago 

Penemuan Acehnologi memang tidak dapat diabaikan dari peran antropologi. Walaupun dalam beberapa hal tertentu, sosiologi juga memainkan perannya di dalam memahami gejala sosial masyarakat aceh. Untuk lebih memperkenalkan pendekatan antropologi, bab ini menyajikan ranah kajian antropologi serta metode etnografi.

Atropologi berasal dari bahasa Yunani yaitu anthropos (manusia), ditambah dengan logos yang berarti diskursus. Istilah ini pertama kali digunakan oada awal abad ke-16 yaitu istilah latin anthropologium. Dengan kata lain, antropologi adalah ilmu tetang manusia dan masyarakat di kawasan kecil atau asyarakat yang tidak begitu dikenal atau di kawasan pedalaman dengan memfokuskan pada kebudayaan dan adat kebiasaan masyarakat tersebut.
Secara garis besar, ada beberapa paradigma dalam kajian antropologi.  Robert Layton, sebagaimana para sarjana ilmu sosial lainnya menyebutkan beberapa paradigma tersebut yaitu: fungsionalisme, Strukturalisme, interaksionis, antropologi marxis, dan sosioekologi. 
Fungsionalisme, istilah ini mengacu pada tradisi berpikir yang dipengaruhi oleh Emile Durkheim. Singkatnya, fungsionalisme merupakan suatu perspektif yang menekankan fungsi adat dan institusi sosial.
 Strukturalisme, pandangan ini berasal dari antropolog Perancis, Claude Levi-Straus. Disebutkan bahwa analisa melalui pemikiran Levi Straus berangkat dari pandangan bahwa fenomena sosial-budaya merupakan gejala yang sama dengan gejala kebahasaan karena gejala-gejala tersebut mempunyai makna tertentu.
Interaksionis, pandangan ini mengandaikan bahwa pertukaran barang di dalam masyarakat memiliki makna sendiri dalam membangun hubungan sosial.
Antropologi Marxis,  Paradigma ini mempertanyakan teori-teori antropologi yang telah ada sebelumnya. Maksudnya, objek kajian antropologi yang semula dipandang sebagai kawasan yang terpencil, sebenarnya merupakan bagian dari upaya proses kolonialisme. 


Sejauh mengenai kajian agama sebagai gejala sosial, disebutkan bahwa kajian ini, bertumpu pada sosiologi agama. Adapun objek dari sosiologi agama adalah berkenaan dengan fenomena agama. Tokoh utama yang paling berpengaruh dalam sosiologi agama adalah Emile Durkheim dan Max Weber.
Tampak bahwa ranah antropologi masih berhubungan dengan reproduksi pemahaman keagamaan, yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kebudayaan dalam suatu masyarakat. Di sinilah kemudian kajian ini berhubungan dengan sistem simbol sebagai bagian dari kebudayaan, dalam kehidupan beragama masyarakat.
Oleh sebab itu, antropologi dapat membuka tabir secara perlahan-lahan bagaimana praktik keagamaan dilakukan di suatu tempat tertentu.

IMG_20180724_080217.jpg
https://goo.gl/images/KjuBzB

Pada pembahasan bagian ini, akan dijelaskan bagamana operasionalisasi penelitian antropologi. Dalam hal ini salah satu cara yang paling kerap dilakukan adalah etnografi. Ketika memulai penelitian antropologi, paling tidak ada 5 variabel dalam menyusun topik penelitian: Pertama, situasi dari dalam manusia mencakup tingkah laku, kepercayaan, nilai-nilai dan persepsi. Kedua, situasi dari luar yang meliputi karakteristik masyarakat. Ketiga, tingkah laku yang mengkaji tentang apa yang dimakan oleh masyarakat, dengan siapa mereka berkomunikasi, seberapa banyak mereka bermain atau berkerja. Aspek ini meliputi apa yang menarik bagi ilmuwan sosial ketika mereka berada pertama kali di tempat yang sama sekali baru baginya. Keempat, artefak yang merupakan hasil kreasi manusia. Kelima, lingkungan, baik yang fisik mauoun sosial. 
Setelah menentukan topik, maka peneliti bisa menyusun kerangka kerja, ini meliputi beberapa tahap itu: Pertama, Penentuan topik penelitian. Kedua, penentuan pertanyaan masalah. Ketiga, review literature. Keempat, penggunaan teori. Kelima, penentuan tempat untuk melakukan penelitian lapangan. Keenam, penentuan teknik penelitian. Ketujuh, menentukan partisipan. Kedelapan, penentuan durasi untuk melakukan penelitian lapangan. Kesembilan, cerita mengenai penelitian kepada partisipan. Kesepuluh, cara mendapatkan akses kedalam komunitas yang akan diteliti. Kesebelas, peran sebagai peneliti. 
Data penelitian etnografi pada akhirnya bisa berbentuk sekumpulan catatan lapangan serta hasil wawancara dan visual yang kemudian menjadi bahan analisa. Demikianlah proses penelitian melalui metode etnografi.


Pada akhir pembahasan dalam bab ini dapat disimpulkan bahwa: Pertama, penelitian sosial keagamaan merupakan ranah penelitian yang cukup menjanjikan bagi peneliti, untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang telah terikat dengan kehidupan beragama umat islam. Kedua, paradigma dalam antropologi pada prinsipnya adalah hasil rumusan pada pendiri ilmu-ilmu sosial barat, di dalam memahami masyarakat di luar kebudayaan mereka. Ketiga, antropologi yang menekuni agama juga telah memperlihatkan bagaimana kekayaan data yang bisa ditelaah oleh peneliti sosial keagamaan. Keempat, etnografi merupakan metode yang dilakukan dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!