Moment Pindah Sekolah (True Story) #2

in indonesia •  6 years ago 

Kami tinggal dirumah sewa yang terbuat dari papan dengan alas tanah, (untuk tahun 1980-an) rumah ini tidak tergolong dalam rumah yang sangat sederhana (RSS), pada bagian samping belakang ada sebatang pohon Kapas (kapouk) yang sudah cukup besar dan tinggi. Setiap tahunnya kami panen kapas yang cukup untuk membuat kasur baru atau bantal baru, biji buah mudanya juga enak (lemak) untuk dimakan. Jika musim panen kapas tiba, suasana sekitar jadi semarak karena kapas putih kecil-kecil yang terlepas dari cangkangnya berterbangan, hal ini menjadi alat bermain ku saat kecil.

Suatu waktu kami semua tidak tidak dirumah, aku lupa, tapi sepertinya waktu itu kami pulang kampung karena beberapa hari (mungkin lebaran Haji), rumah sewa tempat kami tinggal dilangsa kami biarkan kosong. Diantara hari yang kami tidak berada dirumah terjadi hujan dengan angin kencang yang mengakibatkan pohon kapas tua (pohon kapouk) disamping rumah tumbang melintangi rumah dari bagian belakang hingga kedepan, karena inilah kami bersegera pindah ke rumah Bayeun dalam kondisi apa adanya, beberapa jendela belum terpasang ditutupi dengan papan saja oleh ayahku. Rumahnya juga belum berdapur, sehingga ibu memasak di atas dapur darurat saja.

Saat itu aku baru saja duduk dikelas 4 Madrasah Intidayah Negeri (MIN Pilot Negeri Langsa) terpaksa pindah ke SD Negeri Bayeun. Semasa di MIN Pilot Langsa aku adalah murid yang biasa-biasa saja. Masa itu masih ada istilah nilai raport “Merah” yaitu nilai dengan angka “5”, jika ada beberapa angka 5, mungkin sampai empat angka 5 maka tidak bisa naik kelas. Nilai ku kebanyakan pas-pasan yaitu semuanya nilai 6 (he he he), untuk rangking kelas di MIN Langsa hanya mimpi.

Masuk sekolah pertama sekali di SD Bayeun, aku ditempatkan sebangku dengan si haris, dia adalah anak dari Komandan Rayon Militer (Koramil) Kecamatan Rantau Selamat. Haris anak yang ganteng, putih dan bersih, penampilannya juga necis untuk ukuran sekolah dikampung. Aku diperkenalkan oleh guru, semua mata tertuju padaku sebagai anak baru (pindahan), aku agak gugup juga, sehingga aku hanya duduk diap saja, mencoba menyesuaikan diri. Tapi aku ingat ada sombong juga didiriku saat itu, mungkin karena aku dari kota, sementara mereka (teman-teman) dikelas sekolah baruku adalah anak kampung.

To be Continue.

Salam Steemian, @saifuddin73


Please sign-up for a free Steemit account.

u4a6sbth80.png

Download eSteem-App today if you haven't

Enjoy eSteem for:

Surfer (Desktop)
Android
iOS (iPhone, iPad)
Get eSteem on Google PlayGet eSteem on Google PlayGet eSteem on AppStore

u4a6sbth80.png

g8ysgcsztp.png

u4a6sbth80.png

vote witness good-karma

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Semoga kami dapat mengambil pelajaran dr perjalanan hidup abg. Thanks for shared

Sepertinya bang @saifuddin73 sedang bermain dan bernostalgia ke masa lalu....

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by saifuddin from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.