Cerita Nostalgia Ramadhan di Penghujung Rajab

in indonesia •  7 years ago 

image


Sumber

"Meski demikian, tapi saya pikir persoalannya tentu tidak sedramatis itu bagi anak-anak yang masih bocah. Mereka, bocah-bocah itu, menikmati datangnya magrib layaknya kode kebebasan. Persis seperti lengkingan peluit tanda dimulainya sebuah permainan. Kalian tahu apa yang paling ditunggu anak-anak tersebut setelah magrib berlalu? Yaa.. Shalat taraweh. Tak bisa dipungkiri, bagi anak-anak shalat taraweh adalah momen yang tepat untuk merealisasikan kemenangan dari hawa nafsu dan lapar seharian."

Semalam adalah malam 27 Rajab. Salah satu malam paling bersejarah dan sakral bagi umat Islam. Sebagai umat Islam kita meyakini dengan penuh seluruh, bahwa, pada 27 Rajab Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan luar biasa dari Masjidil Haram ke Mesjidil Aqsa (Israk) dan kemudian dari Masjidil Aqsa melanjutkan perjalanan ke langit, ke Sidhratul Muntahan (Mikraj) demi menjemput ibadah mulia bernama shalat.

Sampai hari ini shalat adalah media yang menempatkan kita sangat sangat dekat dengan Allah. Barangkali, kita semua tahu bahwa ketika melakukan shalat tidak ada jarak lagi antara kita dengan Pemilik Semesta. Shalat adalah peninggalan teragung dari Nabi Muhammad SAW agar kita tetap bisa berkomunikasi dengan Allah setiap harinya. Setelah Bulan Rajab berakhir, maka itu berarti kita sudah sangat dekat dengan bulan seribu bulan. Ya, Bulan Ramadhan. Malam ini, tepat di penghujung Rajab, saya tiba-tiba bernostalgia dengan bulan penuh berkah tersebut.


image


Sumber

Malam ini saya merindukan Ramadhan sebagai seorang bocah kecil yang hidup di kurun waktu belasan tahun lalu. Anggap saja ini cerita dengan alur mundur. Bagi saya, setidaknya ada dua hal yang paling ditunggu saat Bulan Ramadhan tiba oleh anak-anak: suara bedug yang ditabuh menjelang magrib dan satu lagi adalah ibadah shalat taraweh. Hanya itu? Tentu bukan. Tapi saya hanya akan membahas dua momen tersebut.

Saat masih kecil, meresapi dentuman suara bedug yang menandakan datangnya maghrib ketika Ramadhan adalah menghayati kemenangan melawan berbagai bentuk hawa nafsu dan juga setan. Saya kira kita semua sepakat dengan wejangan yang kerap dituturkan oleh setiap orangtua kepada anak-anaknya. Bahwa ketika azan magrib dan bunyi bedug ditabuh, itu berarti kemenangan bagi mereka yang puasa dan sanggup menahan haus serta lapar seharian.


image


Sumber

Meski demikian, tapi saya pikir persoalannya tentu tidak sedramatis itu bagi anak-anak yang masih bocah. Mereka, bocah-bocah itu, menikmati datangnya magrib layaknya kode kebebasan. Persis seperti lengkingan peluit tanda dimulainya sebuah permainan. Kalian tahu apa yang paling ditunggu anak-anak tersebut setelah magrib berlalu? Yaa.. Shalat taraweh. Tak bisa dipungkiri, bagi anak-anak shalat taraweh adalah momen yang tepat untuk merealisasikan kemenangan dari hawa nafsu dan lapar seharian.

Maka jangan heran ketika shalat taraweh tiba banyak masjid atau mushola terlihat seperti taman bermain bagi anak-anak. Kita semua pasti pernah menemukan mesjid yang dipenuhi dengan riuh dan keramaian anak-anak dengan ragam permainannya saat shalat taraweh. Pekik gembira dan sorak sorai anak-anak yang menyenangkan begitu semarak membuat suasana Ramadhan makin seru.

Ada yang asik bermain kejar-kejaran, petak umpet, pijit sarung dan sebagainya. Bahkan ada juga anak-anak yang saling mengerjai ketika sedang khusyuk shalat. Menarik kaki temannya ketika sujud, yang lebih usil adalah menyingkap sarung teman di depan teman-teman perempuan. Intinya, suasana Ramadhan adalah momen yang tepat untuk bernostalgia. Dan sekarang saya sedang melakukannya tepat di penghujung Rajab ini.


image


Sumber

Saat ini waktu telah membawa saya dan orang-orang yang seumuran dengan saya menikmati Ramadhan dengan cara yang lain. Dengan cara yang lebih berat dan sedikit keriangan. Bahwa Ramadhan adalah bulan untuk memperbaiki diri bagi orang-orang yang sudah berusia senja. Bahwa Ramadhan adalah momentum untuk saling memaafkan dan membersihkan segala noda-noda kotor yang ada di jiwa. Maka di penghujung Rajab ini, mari kita menjadi lebih dewasa dengan memaafkan sesama dan memperbaiki keburukan.

Memaafkan bisa dimulai di Steemit. Memaafkan melalui postingan, komentar yang positif dan berbagai hal positif lainnya. Intinya kita terus rajin memosting postingan yang beraura positif, sehingga Steemit menjadi media terbaik untuk menyambut Ramadhan dengan segala kebaikan. Bernostalgia adalah kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan emosi dan kepekaan jiwa. Maka dalam postingan ini saya menyebarkan kebaikan dan hal positif melalui cerita nostalgia di Bulan Ramadhan yang terjadi belasan tahun lalu.

Inilah postingan saya malam ini. Semoga bermanfaat bagi saya pribadi dan teman-teman yang ada di Steemit semuanya. Salam hangat untuk seluruh anggota Komunitas Steemit Indonesia. Salam literasi.


image


Regards

@samymubarraq

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Alhamdulilah ramadhan semakin dekat.

Alhamdulillah.. Sebulan lagi.. :)

Marhaban ya ramadhan

Ramadhan pertama di Steemit..

Sama, saya juga. Jangan luoa real madrid dihambo malaga malam nyo.

Ronaldo hana ji meuen beuh.. 🤣

Ramadhan sebentar lagi... 😅

Yuhuuu.. Haha

Ramadhan di Aceh akan terasa beda, frekuensinya meningkat dibanding pada bulan lain.

Iyaa betul.. Ramadhan di Aceh selalu beda.. 😂😂

Mutuah meubahgia asoe surga. Beumalem beu kaya. Amin

Amiiinnn.. Terima kasih, Bang :)

Saban-saban aduen