Foto: KAI/Kumparan
Satu lagi pilihan moda transportasi bagi warga Jakarta dan sekitarnya akan tersedia pada tahun ini. LRT (light rail transit) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi yang sudah lama dinantikan rencananya akan beroperasi pada Agustus 2022.
LRT adalah jenis moda transportasi berbasis rel seperti halnya trem, tanpa masinis, ringan, dengan gerbong pendek, dan jangkauan rute yang relatif pendek.
Karena berbagai hal, pembangunan LRT Jabodebek tertunda dan biayanya pun bertambah dari perkiraan awal yang sebesar Rp29,9 triliun menjadi Rp32,5 triliun atau bertambah sebesar Rp2,6 triliun.
Tarif menggunakan layanan LRT direncanakan sebesar Rp15.000 sekali jalan. Dengan tarif sebesar itu bisa dipastikan pengguna LRT akan terbatas pada kalangan tertentu. Bandingkan saja dengan tarif Commuter Line Jabodetabek yang sebesar Rp3.000 untuk 25 km pertama dan Rp1.000 untuk 10 km berikutnya, juga dengan tarif TransJakarta yang sebesar Rp3.500 sekali jalan. Tarif LRT yang sebesar Rp15.000 terasa amat mahal sehingga dipastikan penggunanya akan terbatas.
Jika ingin LRT sukses sebagai alternatif moda transportasi massal maka pemerintah harus menyubsidi tarif seperti halnya Commuter Line dan TransJakarta. Transportasi massal harus dipandang sebagai layanan dari negara kepada warganya, bukan bisnis. Subsidi transportasi massal adalah keharusan jika kita tidak ingin jalanan dikuasai kendaraan pribadi.