Assalamuallaikum…
Ini adalah lanjutan dari bab sebelumnya, masih pada buku yang sama yaitu Acehnologi dan judul yang berbeda Study Religy Aceh. Sesuai dengan judulnya, bab ini akan membahas masalah Agama. Aceh merupakan kota yang mayoritasnya adalah masyarakat Islam.
Di Aceh ini mempunyai kajian islam yang sangat tinggi dibandingkan dengan provinsi- provinsi lain di Indonesia. Hal ini tebukti bahwa ketika zaman dulu, orang- orang tua mengajarkan anak- anak mereka mengaji padahal pada saat itu tidak ada lampu maupun listrik, dan banyak kita lihat bahwa orang dulu mengajarkan ilmu agama kepada sesamanya tanpa pamrih bahkan dengan niat yang sangat mulia. Di Aceh banyak juga terdapat pesantren- pesantren, mulai dari pesantren tradisional sampai ke pesantren modern baik dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Dengan keadaan yang seperti ini, maka generasi muda akan mampu bersaing ditingkat nasional maupun global dan generasi muda dengan mudah mendapatkan studi islam secara komprehensif.
Pada bab ini, di Aceh sendiri dinamika pemikiran tidak pernah stagnan. Hanya saja, setiap episode sejarah Aceh selalu mengalami kegaduhan, yang kadang kala berujung pada membungkam dialektika pemikiran keislaman di Aceh.
Penulis menyebutkan bahwa Aceh dan Jawa merupakan Pulau yang berbeda. Di pulau Jawa, semua keyakinan dan aliran dapat di-Jawa-kan. Tetapi sebaliknya di Aceh, tidak semua keyakinan dan aliran dapat di-Aceh-kan. Dalam konteks provinsi Aceh, keragaman varian pemikiran dan gerakan ternyata tidak dapat disatukan dalam suatu identitas Aceh. Pada saat yang sama, Aceh sebagai suatu kesatuan, mulai difragmentasi ke dalam bentuk-bentuk yang tidak senyawa. Persoalan inilah yang mempengaruhi cara pandangan ke-Aceh-an dan ke-islam-an. Disatu sisi, ada gerakan religi yang ingin menarik rakyat Aceh pada ideal Islam, yang terlihat seperti di Timur Tengah. Dan di sisi lain, ada gerakan religi yang menginginkan Aceh tetap dengan model keislamannya, tidak perlu mencontoh apa yang dipraktikkan di Timur Tengah.
Kesenyawaan antara Aceh dan religi merupakan suatu keniscayaan. Maka dari itu, studi Aceh pada era kekinian juga sebenarnya menstudi tentang dinamika perilaku keyakinan yang ada di Aceh. Harus dimengerti bahwa perubahan dalam bidang sosial dan budaya di Aceh berkembang sangat pesat. Perkembangan ini menuntut kecerdasan di dalam memahami bagaimana masyarakat mempersepsikan religi mereka.
Penulis juga menggarisbawahi beberapa hal yang perlu dalam rangka Studi Religi dalam perspektif Acehnologi. Pertama, di Aceh islam masih menjadi pusat dari kendali kehidupan religiusitas masyarakat. Kedua, salah satu pengikat religiusitas di Aceh adanya masyarakat ilmu dan islamologi. Ketiga, dalam memahami dinamika aliran pemikiran religi di Aceh perlu dilakukan pengkajian demi pengkajian yang tidak hanya melihat apa yang terjadi di Aceh, tetapi juga diluar Aceh. Dan yang terakhir, perubahan orientasi tradisi pembelajaran terhadap religi, telah memaksakan kehidupan rakyat Aceh terjerembab dalam memposisikan religi di dalam kehidupan sosial kontemporer.
Sebagai warga Aceh, kita memang wajib mengembangkan potensi kita untuk Aceh, caranya mudah saja yaitu dengan menggali terus menerus Ilmu Islam di Kota Serambi Mekkah ini.
Waassalamuaallaikum...