Re-view Acehnologi III : 27 " Cara Berpikir Orang Aceh "

in indonesia •  7 years ago 

PhotoGrid_1531979819858.jpg
Assalamuaallaikum..

Selanjutnya, Cara Berpikir Orang Aceh. Penulis bertujuan menggali falsafah berpikir orang Aceh yang dikenal dengan istilah seumike atau berpikir. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana cara berpikir dan apa saja yang dapat mempengaruhi cara berpikir orang Aceh. Penulis mengatakan bahwa kajian tentang hal ini telah banyak dilakukan oleh para sarjana diluar sana. Hadih Maja merupakan produk pemikiran yang paling otentik yakni nasihat para tetua Aceh atau nenek moyang Aceh.

Yang menjadi objek pembahasan ialah bagaimana proses berpikir atau seumike yang terjadi di lingkungan masyarakat Aceh. Ada beberapa kata yang sering digunakan dalam kehidupan masyarakat Aceh, diantaranya; bangai atau bodoh, carong atau pintar, heyeu atau hebat, ceumarot atau memaki, teumenak atau mengujat, reuboh atau rebus, dan lain sebagainya. Istilah-istilah ini sering di dengar oleh penulis dalam kehidupan sehari-harinya dulu yang mana disetiap istilah mengandung maksud tersendiri.

IMG_20180719_131410.jpg
#sourceofgoogle

Istilah reuboh atau rebus diatas ditujukan kepada seorang yang mendidih atau marah ketika suatu kelompok temannya mengoloknya. Perlu digarisbawahi bahwa dalam hal ini olokan yang di lontarkan sangat jarang berkaitan dengan 2 hal yaitu agama dan keluarga, karna memang tidak boleh masuk ke ruang pribadi dan ruang inti. Oleh karena itu jika tidak ingin direuboh maka upaya membayar makan dan minum menjadi solusinya. Hal itu pula yang menjadi tradisi orang Aceh ketika sekumpulan orang makan dan minum bersama, maka yang membayar hanya satu orang saja. Hal-hal demikianlah yang menunjukkan bagaimana proses relasi perkauman muncul dalam tradisi sosial masyarakat Aceh.

Dari apa yang dijelaskan diatas terlihat bahwa cara berpikir orang Aceh masih mengikuti wilayah dan status sosial. Cara berpikir orang Aceh memang berbeda bahkan untuk mempersatukan masyarakat Aceh harus menggunakan ritual, keagamaan dan sosial kebudayaan.

Pola pikir tersebut diatas dibangun atas tiga fondasi dasar yaitu alam, agama dan jiwa. Alam bermaksud mengendali tingkah laku masyarakat Aceh, sering diungkapkan dengan istilah hana roh atau tidak ada ruh. Hana roh adalah pemahaman yang muncul, jika dilakukan melawan alam, jadi sesuatu dilakukan karena mengikuti keinginan alam tanpa harus bertanya apakah itu masuk akal atau tidak. Pola pikir yang didasarkan pada jiwa yang sering diistilahkan dengan hana get atau tidak baik. Pola ini mengandaikan bahwa sesuatu perbuatan dilakukan berdasarkan pada ilmu-ilmu para bijaksanaan. Konsep berpikir ini juga ada pada ureung tuha di aceh, dimana mereka sering menegur dan menasehati dengan falsafah hana get atau hana jroh. Konsep yang dibangun disini adalah relasi dengan keluarga, kawom, dan masyarakat. Misalnya yang tidak menghadiri gotong royong kampung maka akan dianggap hana get dan akan mendapatkan hukuman sosial di dalam masyarakat. Ketiga, yaitu agama yang diistilahkan dengan hanjeut atau tidak boleh. Artinya setiap perbuatan tidak boleh berlawanan dengan agama.

Jadi kesimpulannya, cara berpikir orang Aceh berdasarkan tempat dan lingkungan soaial dimana mereka tinggal. Dan semoga bahasan kali ini bermanfaat.

Wassalamuaallaikum..

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!