Re-view Acehnologi III : 28 " Tradisi Berguru di Aceh "

in indonesia •  7 years ago 

PhotoGrid_1531981392184.jpg
#sourceofgoogle

Assalamuaalaikum..

Tradisi berguru di Aceh memang sudah menjadi kebiasaan – kebiasaan orang Aceh, terutama yang tinggal daerah perkampungan. Orang – orang yang pergi berguru pada seorang ulama baik itu di Dayah atau di Madrasah akan sangat beruntung karena seseorang itu dianggap berguna, bermanfaat, dan berdampak kebaikan yang besar pada masyarakat. Bahkan jika kita melihat pemimpin besar, tentu ada guru yang hebat di belakangnya yang selalu mengarahkan dan membagi ilmu dan hikmah secara lahir batin. Ini menjadi bukti bahwa berguru menjadi begitu sangat penting.

Pada bab ini ditulis bahwa tradisi meugure atau berguru juga menjadikan suatu lembaga untuk mencari jejak spirit ke-Aceh-an. Orang Aceh juga menyebutkan bahwa Dayah merupakan pusat ilmu pengetahuan sistem pendidikan yang paling berkaitan dengan masyarakat dan kegiatan yang melingkupinya, jadi pendidikan orang Aceh sering terintegrasi antara dunia ilmu pengetahuan dengan keperluan masyarakat, proses infiltrasi alumni Dayah bisa memasuki keseluruhan sendi masyarakat.

Tradisi Aceh adalah tradisi intelektual yang amat agresif, fase-fase pencarian spirit intelektual terus dilakukan. Namun hal tersebut tidak lagi membahas persoalan mengenai peradaban, dan Aceh tidak lagi diberikan kesempatan sama sekali untuk menghasilkan peradaban. Dalam artian tradisi intelektual diarahkan untuk menahan pemikiran atau dampak dari peradaban luar yaitu peradaban Barat dan peradaban Jawa.

IMG_20180719_133615.jpg
#sourceofgoogle

Bab ini juga menjelaskan bahwa dunia pendidikan di Aceh bukanlah tradisi yang berdiri sendiri, melainkan memiliki hubungan dengan sejarah. Hubungan inilah yang telah terputus selama ratusan tahun saat ini seolah-oleh pendidikan Aceh merupakan suatu pengalaman baru yang terkoyak dari spirit yang ada pada orang Aceh sendiri.

Walaupun dulu pendidikan belum tersentuh oleh dunia modern, tetapi karya intelektual Aceh lulus menjadi rujukan hingga sekarang ini terutama di bidang agama, hal ini dikarenakan dulu lebih memusatkan kepada makro-kosmos yaitu adanya kegelisahan jika dari mereka tak mampu mewariskan sesuatu kepada generasi berikutnya.

Pertemuan dengan peradaban barat dan jawa lah akhirnya arah pendidikan di Aceh hanya ditujukan pada aspek mikro-kosmos. Walaupun demikian Aceh tetap menghasilkan pemikir-pemikir yang sangat otentik. Mereka dengan segala keterbatasan telah menghasilkan karya dan spirit intelektual yang amat kuat pada generasi berikutnya.

Sekian. Wassalamuaallaikum…

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!