Re-view Acehnologi III : 29 " Tradisi Kepenulisan di Aceh "

in indonesia •  7 years ago 

PhotoGrid_1531983078461.jpg
#sourceofgoogle

Assalamuaallaikum..

Saya akan membahas Tradisi Kepenulisan di Aceh. Jika dibandingkan dengan Pulau Jawa, Aceh memang tidak begitu marak dalam dunia perbukuan, namun orang Aceh masih tetap memiliki ketertarikan intelektual dan tulis menulis. Hal ini bisa dibuktikan ketika dibuka sejarah perbukuan khususnya pada abad ke-18 hingga abad 19 M, maka akan ditemukan puluhan karya para ulama Aceh. Tidak hanya itu pada abad selanjutnya juga, karya-karya penulis Aceh juga tidak pernah padam.

Aceh merupakan lambung Intelektual di Nusantara. Jika dilihat dari perspektif pembukuan, Aceh telah memberikan satu konstribusi yang penting walaupun kebanyakan buku ditulis dalam bahasa Melayu. Karya-karya dari Aceh banyak dijadikan rujukan ke-agama-an umat Islam di Nusantara.

Untuk membangkitan kembali keinginan dan kehendak generasi Aceh untuk mau mengenal dan mendalami karya-karya para endatu mereka sendiri adalah dengan cara menyediakan mata pelajaran atau mata kuliah di sekolah yang ada di Aceh untuk memahami karya-karya orang Aceh itu sendiri, baik itu karya dalam bentuk manuskrip ataupun naskah, juga dengan pendekatan memasukkan karya orang tersebut sebagai bahan bacaan masyarakat Aceh khususnya generasi yang sekarang ini.

PhotoGrid_1531983482811.jpg
#sourceofgoogle

Para penulis Aceh seperti Hasbi Ash-Shiddieqy merupakan ulama Aceh yang sangat berjasa dalam menulis buku dan menentukan arah kajian hukum Islam di Indonesia.
Karya-karya Hasbi Ash-Shiddieqy dapat dijadikan contoh konkrit. Karna wilayah cangkupan karya Hasbi tidak hanya dalam bidang Hukum Islam, tetapi juga meliputi hadist dan studi Al-Qur'an.

Disini penulis menyebutkan apa – apa saja yang menjadi faktor seseorang menulis buku di Aceh.

  • Para ulama menulis buku karena ingin mengisi kekosongan literatur ke-islam-an.

Para guru atau Ulama menyalin kitab dan mensyarahkannya untuk memberi pencerahan bagi muridnya untuk belajar ilmu ke-islam-an.

  • Para ulama menulis buku karena ada permintaan dari penguasa.

Kitab-kitab ulama dijadikan sebagai semacam UU bagi rakyat Aceh.

  • Respon karena keadaan terkini.

Artinya buku-buku yang hadir ditengah-tengah masyarakat ada yang berbentuk soal tanya dan narasi ilmiah.

  • Menulis untuk berpolemik.

Yaitu karya yang merupakan jawaban terhadap beberapa persoalan sufi. Dengan seiring berjalannya waktu, tradisi menulis secara polemik tidak begitu muncul kembali. Menjadi agak sulit mencari karya yang bersifat polemik seperti pada abad ke 17 M.

  • Menulis sebagai sebuah bagian dari pekerjaan intelektual.

Maksudnya adalah menulis merupakan bagian dari panggilan jiwa seorang ilmuwan.

Penulis memberi kita pesan tentang Tradisi Kepenulisan di Aceh agar kita yang sebagai generasi muda ini termotivasi untuk menekuni hasil – hasil pemikiran ulama Aceh tempo dulu.

PhotoGrid_1531983935810.jpg
#sourceofgoogle

” Sudah saatnya bagi generasi muda untuk kembali membangkitkan spirit intelektual para pemikir Aceh untuk melanjutkan Tradisi Kepenulisan tentang Aceh. diharapkan juga para generasi muda Aceh mampu memikirkan dan menekuni hasil-hasil pemikiran 'ulama Aceh tempoe doeloe. Karena proses sejarah dan intelektual adalah bagian penting dari konstruksi suatu bangunan ilmu pengetahuan, tidak terkecuali dengan Acehnologi. “

Wassalamuaallaikum..

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!