Assalamuaallaikum..
Selanjutnya mengenai Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negri di Aceh. Disini kita akan melihat bagaimana peran para alumni luar negri menyalurkan ilmunya dalam masyarakat Aceh.
Pada era sekarang ini banyak dari beberapa masyarakat Aceh yang pergi ke luar negri untuk menuntut ilmu. Ketika orang tersebut sudah menyelesaikan studinya di luar negri, maka ketika dia pulang dia akan dianggap sebagai orang hebat dan orang pintar oleh masyarakat kampung. Akibatnya, peran ini menjadi tradisi menuntut ilmu yang berkesan di Aceh. Dan orangtuanya akan mengadakan syukuran, sebagai tanda terimakasih kepada sang Khalik karna anaknya telah terlindungi selama menuntut ilmu di negeri orang.
Pengalaman mereka yang mengenyam pendidikan di luar Negeri , diarahkan pada penguatan personal development. Sehingga mereka terkadang malah ingin keluar dari jalur pemerintahan yang bersifat birokratif, masuk ke dalam dunia pendidikan di kampus. Namun, lagi-lagi situasi dan alam akademik di Aceh ternyata tidakmendukung semangat yang mereka miliki. Sehingga ada kalanya mereka pindah ke Pulau Jawa untuk mendapatkan lapangan yang lebih besar dalam melanjutkan kiprah mereka terhadap masyarakat. Selain itu, adapula tradisi masyarakat kampus yang alumni luar negeri mulai menceburkan diri mereka dalam birokrasi dan social politik.
Jika kita lihat generasi pada era 1970-an maka mereka memainkan peran yang sangat signifikan dalam mengembangkan spirit keilmuan. Ini terbukti dengan adanya karya-karya mereka yang masih bisa kita jumpai hingga saat ini, belum lagi karya tersebut tidak hanya dibaca di Indonesia, melainkan juga telah dibaca oleh orang Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand Selatan.
Contohnya, Hasbi Ash-Shiddieqy yang merupakan ulama dari Aceh tidak pernah mengenyam pendidikan luar negeri, namun perannya setara dengan pemburu-pemburu Islam di luar Negeri. Begitu pula Ali Hasjmy, sebagai ilmuwan serba bisa tetapi sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan diluar negeri.
Melihat hal demikian, membuat kita berpikir bahwa pada tahun 1970-an para sarjana yang sangat produktif di Aceh, sama sekali bukan alumni Timur Tengah ataupun Universitas ternama di Eropa atau Amerika Serikat. Jadi, dapat dikatakan bahwa mengenai peran dalam masyarakat Aceh, persoalan lulusan dalam maupun luar negeri pada era 1970-an bukan persoalan penting
Sayangnya generasi muda saat ini sangat minim dalam menghasilkan karya-karya hebat layaknya pada era 1970-an dan 1980-an. Hal ini disebabkan mereka yang mendapatan beasiswa untuk melanjutkan studi luar negeri seperti kawasan Eropa, Amerika Utara dan Australia cenderung dipersiapkan untuk mengisi pos-pos jabatan strategis untuk pengembangan ilmu pengetahuan, bukan usaha dalam berkarya. Sarjana ini cenderung sangat sedikit dalam hal menulis, mereka kerap ditempatkan pada jabatan penting di kampus.
Setelah terjadinya tsunami di Aceh tahun 2004 lalu, berdiri lah lembaga khusus yaitu Komisi Beasiswa Aceh. Ini suatu bentuk untuk menciptakan SDM Aceh yang mampu mengisi pembangunan Aceh pasca tsunami. Dengan begitu mandat untuk menciptaan otak-otak kreatif dipikul oleh lembaga yang berada di bawah sayap pemerintahan Banda Aceh. Model perekrutan untuk diberangkatkan ke luar negeri pun sudah semakin terbuka, artinya siapapun bisa mendaftar selama dia orang Aceh.
Penulis ingin para intelektual Aceh baik lulusan dalam negeri maupun luar negeri mampu mengabdi untuk bangsa Aceh agar pengenalan terhadap Aceh semakin menguat dan mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Cukup sekian. Wassalamuaallaikum..