Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh pembaca yang dirahmati oleh Allah, kembali lagi saya akan meriview buku bapak KAMARUZZAMAN BUSTAMAM-AHMAD, kali ini pada bab jejak budaya Aceh. Mudah mudahan kita bisa ambil bagian yang penting dalam buku ini.
Sebelumnya saya akan menjelaskan apa itu budaya, Budaya adalah cara hidup yang berkembang dalam suatu komunitas masyarakat, budaya ini bersifat mewarisi turun temurun dari generasi nenek moyang sampai dengan sekarang, salah satu contoh dalam budaya Aceh, peutren aneuk, maulid, tahlilan yang mana telah dahulu dilakukan oleh nenk moyang kita, sehingga kali ini kita tinggal menjalankan saja, kemudian membuat peraturan hukum, sehingga bagi yang tidak mengerjakannya akan di rasa aneh.
Ada sebagian pakar yang mengatakan kedatangan Islam di Aceh itu melalui jalur Jazirah Arab. Adapun penamaan Aceh itu diawali oleh huruf A yang bermakna Arab, C dimaknai sebagai Cina, E dimaknai sebagai Eropa, sedangkan H dimaknai sebagai Hindia.
Dari segi pemaknaan kata Aceh itu dapat disimpulkan bahwa di Aceh itu terdapat empat agama besar yaitu Arab dengan Islam Cina dengan Agama Kong Hucu atau Tao Eropa dengan agama Kristen dan Hindia dengan Hindu.
Walaupun Aceh, terdapat empat agama besar posisi Islam tidak bisa digeser.
Acehnologi berupa menjawab tentang bagaimana keberadaan Islam yang ditinjau dari sudut budaya Aceh, sehingga Acehnologi menghasilkan bahwa keberadaan Islam yang dilihat dari sudut pandang budaya Aceh itu merupakan hasil pemikiran-pemikiran orang Timur Tengah.
Agama dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat, tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lain, karena secara garis besar budaya itu berupa makna yang muncul dari bentuk dan isi sedang agama itu makna yang bersatu dalam bentuk dan isi budaya.
contohnya orang yang rela dibunuh (mati) demi memperjuangkan agamanya, dia rela melakukan berbagai aksi, dorong tersebut berasal dari dorongan (keyakinan / kepercayaan) seseorang terhadap Tuhannya. Menurut Roger M. Keesing budaya itu dilihat dari 3 sudut pandang, Pertama budaya sebagai pengetahuan masyarakat, kedua budaya sebagai struktural yang ditinjau dari struktur keturunan dan hal yang bersifat mistik (tidak rasional),ketiga lambang,bagaimana cara pandang masyarakat mengenai suatu budaya yang hidup dilingkungannya.
Acehnologi mencari tahu mengenai kebenaran bahwasanya kebudayaan Aceh itu merupakan warisan dari budaya Iran yang bernuansa badui, dalam hal ini acehnologi berupaya memberi pemahaman dengan mengemukakan alasan secara umum mengapa Aceh memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kawasan lain di Indonesia, seperti budaya Jawa dan Bali yang sangat dekat dengan Hindu dan Budha jika dilihat dari sisi Asia Selatan. Peradaban Jawa dan Bali kawasannya itu lebih dekat dengan Asia Selatan India dan Nepal.
Dalam kajian peradaban Islam atau peradaban Aceh khususnya maka ada beberapa item yang perlu dipahami, yaitu bahasa, budaya, agama dan sejarah yang menjadi poin penting.
Pada sejarah abad ke enam belas bahwa kehidupan kerajaan dan rakyat Aceh lebih dominan yang domisilinya itu daerah pesisir/ pantai, daripada daerah pendalam atau pendesaan, karena pada saat itu semua daerah pendesaan dan perkotaan itu dibangun dipinggir sungai yang dekat dengan Lautan Hindia atau Selat Melaka. Sedangkan rakyat jelata pada masa itu terlihat sangat aneh, mengapa mereka terlihat sangat aneh? Karena mereka menggunakan serban diatas kepala mereka, serban itu diikat seperti gulungan, sehingga ujung kepala rakyat jelata tersebut tertutup, kemudian dipundaknya itu mereka memakai baju atau rompi.
Dalam tradisi orang Jawa dikenal dengan istilah Slematan, dalam Aceh juga terdapat ritual seperti orang Jawa, orang Aceh menamainya dengan istilah keunduri, dalam masyarakat Aceh ada berbagai macam keunduri.
Contohnya keunduri blang masyarakat Aceh membawa hidangan ke sawah, untuk meuramin dalam istilah Aceh, secara bersama-sama, kenduri ini biasanya kenduri Tron awal-awal sebelum ditanam, saat lahan hendak dibajak. Kemudian, saat padi sudah mulai menghijau,hal ini merupakan tradisi meminta keberkahan supaya hasil panennya itu membawa hasil yang bagus.
Kemudian ada lagi dalam masyarakat Aceh itu keunduri laot, biasanya masyarakat aceh itu sembelih kerbau, tradisi ini sebagai simbol rasa syukur dan terima kasih kepada pemilik laut yang telah memberikan rezeki kepada nelayan.
Banyak kesamaan antara orang Jawa dan orang Aceh, orang Jawa percaya pada hal-hal ghaib atau mistik, masyarakat Aceh pun juga percaya kepada hal-hal tersebut.
adapun istilah ghaib dalam masyarakat Aceh seperti teu mamong, peukeunong (santet), dan lain lain.
Orang kesurupan dan terkena santet tersebut harus dirajah dengan menggunakan ayat-ayat Al-qur’an, biasanya yang merajahnya itu seorang Teungku atau Ustad yang sudah memahami cara menanggani orang tersebut dan dibacakan ayat ayat suci alquran.