Bismillah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pembaca yang budiman semoga Allah merahmati kalian semua.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini saya ingin mencoba meriview kembali buku Acehnologi yang di tulis oleh bapak Dr. KAMARUZZAMAN BUSTAMAM-AHMAD, Ph.D acehnologi 3 pada bab Makna dan Peran Bahasa Aceh.
Dalam bab Makna dan Peran Bahasa Aceh penulis menceritakan masa beliau sewaktu mengenal bahasa pada saat masih anak anak, kemudian saat hijrah ke banda Aceh sampai berangkat ke Yogjakarta yang mana penulis perlu memaksakan diri untuk tinggal dengan orang jawa agar bisa memahami bahasa mereka dengan baik dan benar. kemudian juga beliau ceritakan saat pulang ke Aceh.
Dalam kajian antrolologi bahasa sangat perlu dikuasai dengan sebaik mungkin, karena seorang antropologi yang berhubungan dekat dengan masyarakat mustahil bisa memahami pengaruh bahasa dalam kehidupan sosial, pola pikir mereka, dan simbol simbol mereka tanpa bisa berbahasa dengan baik dan benar. Karena dalam antropologi yang saat dibutuhkan adalah cara kita berintraksi dengan mereka, jika kita salah salah dalam berinteraksi maka apa yang ingin kita dapati dari mereka tidak akan tercapai, oleh karena itu dalam bab ini penulis mencantumkan perkataan Kutha Ratna yang mana dia mengatakan :

Maka daripada itu dalam bab tersebut dijelaskan pemahaman bahasa didalam dunia makna dan simbol didalam masyarakat sangat dibutuhkan karena bahasa memiliki fungsi pertama, bahasa merupakan media untuk memberikan makna dari sebuah tanda dan simbol dalam bermasyarakat. Kedua, bahasa merupakan bagian dari komunikasi dan atau relasasi sosial, seseorang tidak dapat dikatakan sudah berkomunikasi dengan sempurna sebelum dia mengucapkan beberapa patah kata. Ketiga, setelah kita bisa berkomunikasi dengan baik terhadap seseorang maka disitulah akan terlihat ekspresi dan watak seorang manusia, karena sunnguh tidak mungkin kita dapat mengetahui seseorang sebelum kita berkomunikasi dengan dia.
Selanjutnya jika kita menoleh sekilas ke bangsa eropa, dengan pemikiran pemikiran dan konsep mereka yang serba hebat dan intelektual maka semua itu tidak lepas pengaruhnya dari kepiawaian mereka dalam berbahasa. Karena demikian penulis mencoba membuka pemikiran kita akan pentingnya bahasa tersebut, tidak hanya kepada diri sendiri, juga kepada bangsa Aceh ini, yang mana keberadaan bahasa ini sangat besar pengatuhnya terhadap peradaban dan kebudayaan sebuah bangsa.
Contoh kecilnya jika kita tidak bisa berbahasa inggris dengan baik apakah bisa kita berhubungan internasional? Tidak! Sama sekali tidak mungkin, oleh karena itu penulis disini sangat menekankan agar kita sebagai manusia yang berpendidikan agar tidak mengabaikan soal bahasa ini.
Beliau juga memaparkan jika kita ingin menjadi seorang peneliti maka hal yang pertama kali kita lakukan adalah mempermantap bahasa dengan sebaik baiknya. Misalnya jika kita ingin memahami mengenai peradaban Aceh, jika kita tidak bisa menggunakan bahasa Aceh dengan baik maka sangat sulit sekali memahami peradaban aceh tersebut karena banyak bahasa Aceh yang sangat kental yang mungkin sebelumnya tidak kita ketahui.
Oleh karena itu, jika kita ingin membangkitkan belajar bahasa maka kita harus memperkenalkan jati diri ke Aceh an kepada generasi seterusnya dan tidak malu untuk menjadikan budaya Aceh sebagai salah satu pedoman untuk adat istiadat kita.
Salah satu contohnya adalah berbahasa Aceh dengan baik dan benar, agar bahasa kita tidak hilang secara sendirinya.