Rekan-rekan Steemian yang baik hati dan selalu dihati.

Postingan kali ini merupakan kali kedua saya pribadi menukilkan sedikit dari pada kepribadian dan ketokohan Buya Hamka yang sangat sarat akan fakta sejarah, dimana seperti bak kata pepatah, jika semuanya tentang beliau dituliskan seakan Samudera yang luas sekalipun tidak akan sanggup menampung tinta yang akan habis digunakan, baik dari jejak-jejak hidupnya, membedah pemikirannya, membaca dan membahas karyanya, menggali nilai-nilai dan falsafah hidupnya serta hal-hal positif lainnya yang telah diukir oleh tokoh nasional ini.

Pada kesempatan kedua ini kita akan melihat sedikit tentang Otobiografi Sang Tokoh Buya Hamka, pada perjalanan hidupnya dimasa kanak-kanak.
A. Biografi Buya Hamka
Sebenarnya untuk saat ini, mencari kisah hidup Buya Hamka tidaklah begitu sulit-penulisan otobiografi tokoh ini telah disemarakkan di lingkungan kampus-kampus Islam Indonesia, di mana setiap pengukuhan guru besar, sudah menjadi kebiasaan menyertakan bedah buku, dibagi-bagikan kepada peserta. dapat saya nyatakan dari banyaknya berbagai karya yang dituliskan, baik tentang pemikiran, hukum, tasawuf dan lain sebagainya. Biasanya, penelitian tentang pemikiran Buya Hamka selalu menyertakan biografi beliau, terutama dalam penelitian skripsi, tesis dan disertasi. Namun, dalam penyertaan biografi tersebut para peneliti hanya sebatas memaparkan pemikiran dan pendidikan Buya Hamka, bukan mengangkat masalah kisah perjalanan hidupnya. Karenanya, saya akan uraikan biografi ini dengan sedikit perbedaan lazimnya yang dituliskan oleh teman-teman peneliti. Yaitu, menguraikan garis-garis besar tentang perjalanan hidup, karier, dan hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelektual Buya Hamka.
Buya Hamka Saat masih memiliki 4 anak (zaki, rusdy, fachri dan aliyah)

https://zh-cn.facebook.com/Prof-DR-Buya-Hamka-177430065659235/
Alasannya dalam membuat style yang agak berbeda dalam hal penulisan biografi Buya Hamka ini dibandingkan dengan postingan yang pertama, tidak lain agar memudahkan memahami fase-fase perjalanan kisah hidup Buya Hamka. Sebab, yang terdapat dalam Kenang-Kenangan Hidup pembahasan perjalanan beliau uraikan tidak secara runut. Jika dalam postingan pertama walaupun saya mengangkat 2 judul besar tentang Pendidikan Buya Hamka serta Ketertarikan pada Kegiatan Tulis Menulis namun dua judul besar tersebut saya jabarkan agak melebar.
Baca Kembali "https://steemit.com/indonesia/@suhadi-gayo/perkembangan-intelektual-buya-hamka"
Hal ini saya lakukan tentunya bukan tanpa alasan, yang pertama saya selaku penulis ingin melihat tingkat ketertarikan teman-teman steemian pada tema atau pembahasan Tokoh yang begitu di Agungkan dimata Dunia Islam Internasional ini. yang kedua setelah melihat tingkat ketertarikan pada postingan pertama itu yang menurut saya pribadi lumayan besar maka terbersitlah didalam benak saya sebagai seorang Steemian juga untuk mengambil langkah dan teknik pembahasan yang lebih detail terhadap segala Aspek Tokoh Besar ini sehingga diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dan pedoman hidup bagi kita semua sebagai Generasi Penerus Bangsa indonesia dan Agama Islam yang sangat kita cintai dan kita banggakan ini.
1. Perjalanan Hidup Buya Hamka
1.1. Masa Kanak-Kanak.
Buya Hamka dilahirkan dari sepasang orang tua, dimana ayahnya bernama Syekh Haji Abdul Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan panggilan Haji Rasul, Menurut pengakuan Buya Hamka, sejak kelahirannya tahun 1908, telah banyak pelajar agama yang datang ke surau ayahnya, sebab ayahnya baru saja pulang dari Mekkah. Kemasyhuran ayahnya telah sampai ke mana-mana dan kalau sudah pulang dari Padang Panjang ke kampung, ramailah rumah, asap di dapur tidak akan pernah berhenti.
Sementara itu, ibunya bernama Siti Shafiyah. Keseharian beliau memanggil ibunya uaik. “Ibuku cantik” itulah bahasa tulisan Buya Hamka ketika memberikan komentar pada foto ibunya. Buya Hamka memiliki sepuluh bersaudara seibu, lima dengan ayahnya sendiri dan lima lagi dengan ayah tirinya. Tahun 1934 M. ibunya meninggal dunia pada kisaran umur empat puluh dua tahun. Umur yang cukup belia, sedangkan umur Buya Hamka ketika itu dua puluh enam tahun.
Lumrahnya sebagai anak kecil yang memiliki dunianya tersendiri, yang jika tidak dipahami oleh orang tuanya, niscaya akan membuat perkembangan terutama dalam hal pendidikan agama Islam memiliki sedikit hambatan. Karena itu, tidak jarang masyarakat desa Tanah Sirah, Maninjau mengenalnya sebagai anak yang nakal. Bahkan ayahnya sering menyindir Buya Hamka kecil itu dengan kalimat, “Ayah dulu semenjak seumuran dengan kamu sudah alim”, Pada masa kanak-kanak tersebut tidak dijumpai kenakalan Buya Hamka kecil yang mencolok, tapi jika dilihat dari cerita sahabat beliau yang seumuran dengannya ketika itu akan dijumpai kenakalan Buya Hamka yang cukup menggelikan. Seperti apa yang diungkapkan oleh A. Gaffar Ismail, ayah dari seorang sastrawan tersohor di Indonesia, yaitu, Taufik Ismail.
Malik, yang terkenal bengal, pada suatu hari memanggil saya dan disuruh memejamkan mata. Saya sebagai seorang junior itu tentu patuh memicingkan mata. Malik senior menggosok-gosok telunjuk ke leher saya, mengumpulkan daki di ujung jarinya. Selanjutnya saya disuruh membuka mulut dan mata masih dalam posisi terpicing. Selanjutnya, Malik memasukkan daki sebesar butir beras itu ke dalam mulut yang ternganga itu.
Kenakalan selanjutnya terdapat dalam kisah ketika Buya Hamka kecil menuntut ilmu di sekolah mirip pesantren Parabek. Sebelumnya, tidak ada hal-hal aneh yang terjadi di pesantren itu. Namun, sesudah Buya Hamka menjadi bagian dari pesantren, ada sebuah isu yang sangat menakutkan seluruh penghuni pesantren, yaitu keberadaan hantu indung bala yang dapat berubah wujud manjadi manusia dan harimau. Jika berubah menjadi manusia, yang menjadi tandanya adalah tidak berbandar di bawah hidungnya.
Suatu malam, di dalam lepau banyak anak-anak sedang memperbincangkan hantu tersebut dengan pemilik lepau. Tiba-tiba, masuk seorang yang cukup menakutkan, wajahnya bercoreng-moreng hitam-putih mirip harimau, berserban putih, selimut tua, dan bertongkat. Satu orang pun tidak ada yang berani melihat, semua ketakutan! Satu menit ia berdiri di pintu langsung hilang ke gelapan. Semakin yakin pula anak-anak dan pemilik lepau bahwa hantu indung bala adalah jin Islam. Cerita berupa hantu itu pun tersebar dari surau ke surau lain. Ternyata, pelakunya utama hantu yang mereka maksud tidak lain adalah Buya Hamka kecil. Kisah itu ia beritahukan kepada sahabatnya Dani dan Gaffar (ayah Taufik Ismail) anak asli Parabek.
Buya Hamka kecil, paling suka berkeluyuran dan sangat jarang di rumah, sepulang dari sekolah, paling hanya mengganti pakaian, makan dan langsung menjumpai teman-temannya. Terkadang, niat yang bagus itu justru berbelok kepada hal-hal yang bersifat hobi, Suatu ketika, Buya Hamka kecil hendak ke surau terakhir berbelok niat menjadi ke gedung bioskop bersama teman-temannya. Karena tidak mempunyai uang, mereka mengintip dari penyekat seng yang sengaja mereka lobangi dan menonton dengan sepuas-puasnya dari lobang tersebut. Ternyata, penjaga bioskop tahu ulah nakal Malik kecil dan konco-konconya, lantas ia menaburkan kotoran ayam di sekeliling lobang seng tadi. Selesai film diputar, mata mereka juga telah hitam-hitam bekas pengintipan tadi, ada yang kena hidung, baju, kain sarung sembahyang dan lain-lain. Dalam suara gedung itu terdengar suara ketawa bahak-bahak penjaga bioskop tadi.
Kenakalan yang masih sembilan tahun itu memusingkan kepala kedua orang tuanya, mendapat sindiran dari ayah, nasehat baik dari ibu. Pastinya, seluruh kampung sudah mengenal karakter Buya Hamka yang hidup sesuka hatinya. Berangsur dengan bertambahnya umur, ternyata mendapat goncangan berat dalam hidup Buya Hamka yang ketika itu masih berumur dua belas tahun. Yaitu, sebuah peristiwa yang tidak diinginkannya, yakni perceraian orang tua.
Tentang Adat Minangkabau sebelum abad dua puluh, ada sebuah anggapan lama bahwa seorang laki-laki “yang berbangsa” tidak patut hanya beristri satu akhirnya beliau tulis dalam sebuah karyanya yang sedikitnya berisi pernyataan sebagai berikut:
"Perkawinan berulang-ulang, kawin dan cerai, kawin dan bercerai pula, adalah adat; adalah kemegahan yang harus dipegang teguh, baik orang yang terkemuka dalam adat, atau orang yang terkemuka dalam agama. Padi yang cukup dimakan setahun, sawah yang berjenjang, ladang yang luas, adalah sandaran teguh bagi seorang penghulu atau mamak, akan menerima seorang alim atau seorang penghulu jemputan, menjadi menantu."
Kenyataan (perceraian orang tua) ini membuat suasana hati seorang yang masih beranjak remaja tidak tentu arah. Semakin hari, ia semakin tidak dapat merasakan bagaimana kasih sayang dari orang tua. Kemudian ia memutuskan untuk merantau ke tanah Jawa, dan di sinilah yang banyak mempengaruhi kejiwaan Buya Hamka, dalam istilah beliau di dalam otobiagrafi tersebut sebagai zamannya pancaroba.
Berlanjut
1. Perjalanan Hidup Buya Hamka
1.2. Masa Remaja.

Salam
@suhadi-gayo
Tokoh besar yang pernah ada dinegara kita tercinta ini, semoga kedepannya akan lahir Buya Hamka yang lain di negara ini...Semoga....Amin
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Saya suka dengan Postingan kamu @suhadi-gayo
saya telah upvote
cek juga postingan saya, follow, upvote atau resteem !
Saling membantu dan berbagi informasi !
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Postingan anda sesuai dengan suasana bulan ramadhan ya, good.. Good
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
koq jadi teringat hayati ya ? zainuddin juga, pantang pisang berbuah dua kali hayati.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit