Ilustrasi Freepik
Salam dan selamat berbahagia di kampung halaman kepada para pemudik.
Jumlah pemudik lebaran tahun ini (2018) diperkirakan mencapai angka 30 juta jiwa. Demikian menurut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang saya lansir dari berita online Medan Bisnis Daily.
Meski saya sudah mudik sejak jauh bulan, di awal tahun, bisa dikatakan saya bagian dari angkat tersebut. Kalau pun menyebabkan angka bertambah, cuma selisih dua angka, karena disusupi dari saya dan istri. Haha
Angka 30 juta tentu bukan sedikit. Apalagi bila dinilai secara ekonomi. Dari sisi transportasi saja, berapa banyak putaran uang yang berputar di sepanjang perjalanan. Baik menggunakan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum. Mulai dari ongkos (bis, kereta, kapal, pesawat), bahan bakar, biaya makan dan minum di perjalanan, hingga layanan jasa di sepanjang perjalanan (parkir, wisata, bahkan penginapan).
Pergerakan uang akan berjalan dari kota rantau ke kampung asal. Menjadi pemasukan non-pendapatan asli daerah. Sebuah potensi besar untuk pembangunan daerah bahkan pembangunan desa asal.
Berapa banyak nilainya? Dalam satu artikel di agroindonesia, menyebutkan hasil riset sebuah lembaga amal pada musim mudik tahun 2013. Potensi pergerakan uang dari 30 juta pemudik pada tahun 2013 mencapai Rp 90,08 triliun. Dana tersebut mengalir melalui kegiatan transportasi (22,7 %), kedermawanan kepada sanak keluarga (20,96 %). Dari sisi zakat saja, sekitar 52 persen pemudik menunaikan zakatnya di daerah tujuan. Kala itu diperkirakan Rp 14,7 triliun zakat orang kota mengalir ke daerah.
Belum lagi bila ditambah dengan kebutuhan wisata, biaya hidup selama mudik, dan belanja oleh-oleh.
Mudik adalah energi positif bagi daerah asal. Selain sebagai satu tradisi sosial dan kekeluargaan masyarakat Indonesia. Energi positif ini pastilah dapat dimanfaatkan agar bangkit membesar untuk pengembangan daerah asal. Cara paling sederhana dan sebenarnya sudah terjadi, masyarakat desa menggalakkan usaha pertanian, kerajinan, serta olahan pangankhas, para pemudik menjadikannya oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Bisa saja pengalaman mudik memberi gagasan untuk berinvestasi di kampung asal. Cara lain, misalnya para steemian yang juga pemudik, mengambil peran sebagai duta kampung halaman.
Dan pasti, banyak cara lainnya untuk berbagi kabar baik tentang kampung halaman yang kita cintai. Selamat mudik, selamat merayakan lebaran 1 Syawal 1439 H. Salam dari Institut Agroekologi Indonesia (INAgri)
Salam dari INAgri