Formerly this Country is Darussalam

in indonesia •  7 years ago 

Dahulu Negeri Ini Bergelar Darussalam

IMG_20180510_145319.jpg

The advice of the Acehnese parents to his son refers to the hadith of the Prophet Muhammad who always encouraged his people to work hard, as if he lived the rest of the world and had to earnestly do worship, as if he died the next day. People look down on people who are lazy, so lazy ones are called "sibeu o" (idlers). There is even a proverb for lazy people in Aceh: "bak sibeu-o uteuën pih luah, bak simalah dakwa pih raya," meaning in the eyes of lazy bush (forest) feels spacious and likes to argue or complain.

Nasehat orang-orang tua Aceh terhadap anaknya merujuk pada hadist nabi Muhammad SAW yang selalu menganjurkan umatnya supaya bekerja keras, seolah-olah ia hidup seumur dunia dan harus dengan sungguh-sungguh dalam mengerjakan ibadah, seakan-akan ia mati esok hari. Masyarakat memandang sangat hina terhadap orang yang malas, sehingga untuk pemalas digelari "sibeu o" (pemalas). Bahkan ada suatu pepatah untuk orang-orang malas di Aceh: "bak sibeu-o uteuën pih luah, bak simalah dakwa pih raya" maksudnya dimata pemalas semak (hutan) terasa luas dan gemar berdebat atau mengeluh.

In the past, when the people of Aceh still cling to religion and adat, people who are considered lazy or being unemployed are invited to work. First as a helper while being taught about the intended occupation, whether trading, gardening or other work. However, after the person is considered proficient then made as a partner and work together or work independently with the responsibility given to teach others again. Because the ancient Acehnese opened up many pepper fields (seuneubôk lada), more unemployed youths were brought to pepper field to be employed with advance loan assistance.

Dahulu, sewaktu masyarakat Aceh masih berpegang teguh pada agama dan Adat, orang-orang yang dinilai malas atau sedang menganggur diajak bekerja. Mula-mula sebagai pembantu sambil diajari tentang pekerjaan dimaksud, baik berdagang, berkebun maupun pekerjaan lainnya. Namun setelah orang tersebut dianggap sudah mahir kemudian dijadikan sebagai rekan dan bekerja sama ataupun bekerja secara mandiri dengan diberikan tanggung jawab untuk mengajari orang lain lagi. Karena jaman dahulu masyarakat Aceh banyak membuka kebun lada (seuneubôk lada) maka lebih banyak pemuda-pemuda pengangguran dibawa ke seuneubôk lada untuk dijadikan pekerja dengan mendapat bantuan pinjaman di muka.

IMG_20180513_161058.jpg

To prevent criminal acts especially theft, people in Aceh, especially in the village are required to assist or give a job to unemployment. Because the people of Aceh are aware that if someone does not have a job and income will have a negative effect on other citizens, especially in the act of theft. Therefore, the ancient people of Aceh do not know unemployment. Aceh a vast and fertile country with all its wealth becomes a place to seek sustenance for its people.

Untuk mencegah perbuatan kriminalitas khususnya pencurian, masyarakat di Aceh khususnya di perkampungan diwajibkan untuk membantu atau memberi suatu pekerjaan kepada pengangguran. Karena masyarakat Aceh menyadari jika seseorang tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan akan berefek negatif terhadap warga lainnya terutama pada tindakan pencurian. Oleh sebab itu jaman dahulu masyarakat Aceh tidak mengenal pengangguran. Aceh negeri yang luas dan subur dengan segala kekayaannya menjadi tempat mencari rezeki bagi rakyatnya.

Rich people used to be very generous and generous, always wanting to help or provide capital to anyone who wants to work. If someone wants to farm, the rich will give the rice field with the profit-sharing agreement. Agricultural tools, seeds and initial capital down the rice fields, assisted by the owner of the rice field or from other residents who sekampung. The nature of tolerance and spirit gotong royong make sense of brotherhood in Aceh so strong. Sometimes in working the rice paddy community menggob royong or more often referred to as "meuramè, meuseuraya or meu-urôh".

Orang-orang kaya dahulu sangat pemurah dan dermawan, selalu ingin membantu ataupun memberikan modal kepada siapa saja yang mau bekerja. Jika seseorang ingin bertani, orang kaya akan memberikan sawah dengan perjanjian bagi hasil. Alat-alat pertanian, benih dan modal awal turun kesawah, dibantu oleh yang pemilik sawah atau dari warga lainnya yang sekampung. Sifat tenggang rasa dan semangat gotong royong menjadikan rasa persaudaraan di Aceh begitu kuat. Terkadang dalam mengerjakan sawah masyarakatpun bergotong royong atau lebih sering disebut dengan istilah "meuramè, meuseuraya atau meu-urôh".

IMG_20180517_181639.jpg

So strongly the people of Aceh cling to religion and customs to make this country prosperous and earthy. From this phenomenon, this country is called Aceh Darussalam or Aceh a prosperous country. Today the people of Aceh have moved away from the religious and customary laws inherited from their ancestors to today's phenomena that are seen as corruption, theft, robbery, murder, malnutrition, poverty and hunger. So, should this country still hold the title of darussalam....

Demikian kuatnya masyarakat Aceh berpegang teguh pada agama dan adat hingga menjadikan negeri ini makmur dan bersahaja. Dari fenomena tersebut negeru ini digelari Aceh Darussalam atau Aceh negeri yang sejahtera. Jaman sekarang masyarakat Aceh sudah menjauh dari hukum agama dan adat yang diwariskan nenek moyang hingga fenomena hari ini yang terlihat korupsi, pencurian, perampokan, pembunuhan, gizi buruk, kemiskinan dan kelaparan. Maka, patutkah negeri ini masih menyandang gelar darussalam...

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!