Dalam teks Islam ada kalimat, "belajarlah hingga ke negeri China". Ada yang mengatakan itu bukan hadist. Meskipun demikian hal yang ingin dijelaskan di sini adalah belajar. Belajar menjadi unsur penting dalam teologi Islam. Yang paling klasik adalah seruan untuk membaca, seperti tercatat dalam ayat pertama diterima Nabi Muhammad ketika sedang melakukan kontemplasi, yaitu QS Al 'Alaq 1-5.
Kali ini, kami diundang oleh satu kaukus yang punya perhatian pada isu keberagaman, Hak Asasi Manusia (HAM), dan isu perempuan yaitu Dian Interfidei, Imparsial, Institut Mosintuwu, dan Fahmina Institute untuk menghadiri dua acara yaitu Round Table Discussion (RTD). Selanjutnya acara dilanjutkan melalui Training of Trainers. Awalnya acara ini hanya dipersiapkan untuk empat organisasi tersebut. Ini juga bentuk pembelajaran era now.
Namun Elga Sarapung, direktur Dian Interfidei menginginkan proses pembelajaran ini harus bisa bersemi di banyak kelompok. Sehingga akhirnya dipilih juga jaringan dari Aceh, Papua, Sulawesi Selatan, NTT, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan. Saya sendiri diundang dalam konteks itu karena telah bersama-sama dalam gerakan jaringan antar-iman dalam tujuh tahun terakhir.
Dalam Round Table Discussion (RTD) para peserta diajak berdiskusi tentang peran media dalam memengaruhi kesadaran publik. Saat ini media, terutama dengan semakin kompleksnya perkembangan media sosial dan media digital menjadi realitas baru dalam memengaruhi informasi publik. Ini era post-truth, ketika informasi meluber dan bergelinjang di kepala kita, dan kita tidak memiliki ruang untuk bisa lagi menyeleksinya sebagai informasi yang menyehatkan, sebaliknya malah meremukkan nalar dan kemanusiaan kita.
Saat ini dunia media menghadapi dilema yang juga memengaruhi hasil produksi informasi. Di media-media mainstream terlihat adanya problem kapasitas jurnalis yang gagal mengangkat substansi masalah yang dipublikasi. Hal kedua yang terjadi adalah media mainstream juga tergoda dengan cara bekerjanya media sosial dan media digital, yaitu berburu kecepatan mempublikasi yang kadang mengabaikan kualitas akurasi dan dampak sosial yang bisa timbul. Makanya kini semain bergaung peace journalism, bahwa tujuan utama publikasi adalah bukan hanya menyampaikan informasi tapi informasi yang sehat, nyaman, menyenangkan, mendewasakan publik, dan tidak membuat publik semakin mudah marah, nyinyir, dan terprovokasi ke hal-hal yang destruktif.
Setiap acara penyegaran wacana dan analisis kritis tentu melahirkan cara pandang baru melihat masalah. Bagi saya sendiri Training of Trainers yang diisi oleh pakar dari Belanda, Huub Sloot cukup memberikan sumbangan metodologi dan perspektif. Ia mengerti cara menganalisis dan melakukan adovokasi secara lebih efektif dan terukur. Dari acara ini kita semakin memahami bahwa gerakan sosial bukan tidak hanya memiliki niat baik dan idealisme yang tinggi, tapi juga harus bisa menjadi manajer dan organisasi gerakan advokasi dan lobi secara baik, dari metodologi, efesiensi, logistik, dan instrumen pengetahuan yang benar.
Sebagai orang Belanda, karakter pengajaran pelatihan yang sangat strickly dan efesien menjadi bagian penting ToT ini. Ia juga sangat memerhatikan waktu. ketika peserta memiliki komitmen masuk ke kelas pada 8.30 WIB, tapi peserta masuk pada 8.35 WIB atau 8.45 WIB, bagi Huub itu juga bukan sesuatu yang baik.Bagaimana kita akan mengalahkan musuh-musuh gerakan sosial yang sudah sangat terlatih dan disiplin dengan birokrasi dan aparatnya, sementara kita masih bersikap amatir terhadap waktu? Meskipun demikian, Huub tidak menekankan pada punishment terhadap pelanggaran . Kami sendiri yang memilih menghukum diri sendiri dengan bernyanyi. Hukuman yang menyenangkan!
Pelatihan ini telah menunjukkan bahwa kita harus belajar dari mana saja, bahkan dari orang Belanda yang nenek moyangnya pernah menjajah kita. Dari pelatihan ini saya akhirnya mengetahui bagaimana Belanda menjadi Pax Netherlandica, kekuatan super power dunia pada abad 17 sebelum Amerika menjadi Pax Ametricana pada abad 20. Belanda punya banyak kekuatan pengetahuan yang membentuk warganya menjadi manusia bertanggung-jawab dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan. Bagi mereka hidup ini harus mampu memberikan pengaruh positif pada orang lain, tanpa harus membunuh dan membuat diri kita semakin menderita.
Hal lain adalah, melalui ToT ini saya merasa bahwa memilih menjadi aktivis sosial sama bermartabatnya seperti menjadi pejabat atau menjadi politikus, bahkan lebih. Karena aktivis sosial juga harus mampu menjadi manajer dan intelektual. Ia harus mengetahui dan menguasai banyak pengetahuan. Tanpa belajar banyak, kita akan kesulitan untuk memberikan masukan atas masalah yang kita kritik. Menjadi aktivis sosial adalah menjadi orang yang bertanggung-jawab dengan solusi, bukan hanya kritik.
Oh, betapa hidup akan menjadi indah dengan memberi nilai tambah pada pengetahuan dan sikap, bukan hanya mengumpulkan kredit kepangkatan dan jabatan. Saya melihat orang yang sibuk mengumpulkan jabatan dan hidupnya begitu hina, karena harus terus menjilat atasan atau kepala pemerintah untuk mendapatkannya. Lidahnya pun semakin panjang seperti Sungai Citarum.
Gembiralah dengan pilihan menjadi aktivis sosial!
23 November 2017
Wah menarik ini, kalau bisa risalah material pertemuan nya bisa diposting mas ?
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Boleh.. Tp hal2 teknikal dan akan membosankan bagi pembaca cepat di steemit...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
mantap guru....waktu belajar ya belajar, waktu bermain ya bermain...waktu dengan steemit juga tak boleh di tinggalkan...hehehehe
salam tabik.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hehehe... Harus bagi waktu yang baik
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tidak banyak komentar untuk tulisan ini bang..
sadra kira, Belajar dari banyak hal itu secara otomatis membuat kita paham akan banyak hal pula, terimakasih bang..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tentu.... Dan untungnya dunia antropologi harus belajar banyak
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih Pak Kemal yang sudah mengingatkan kita kembali untuk terus belajar Dan jangan pernah berhenti
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
My pleasure Mr @damanhurabbas..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kraak, inlander barang... Hehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Dont ever thinks as inlander.... Think as the free men
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @teukukemalfasya! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
tulisan yang bermanfaat
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit