Mungkin yang terlintas dalam pikiran kita saat mendengar kata gaming adalah tindakan yang buang-buang waktu, percuma, buang-buang duit dan tidak memiliki masa depan. Tak jarang ketika kita bermain game, orangtua pun berang melihatnya.
Tapi itu dulu. Sekarang, masa depan gaming sudah menunjukkan tampangnya. Olahraga elektronik atau yang lebih dikenal dengan esports, sudah mulai mewabah dan ditanggapi serius di Indonesia. Esports adalah kegiatan gaming yang difasilitasi dengan perangkat elektronik, lebih tepatnya video game.
Esports sendiri dipandang menguntungkan dari segi bisnis. Tidak hanya peserta pertandingannya, tetapi juga sponsor dan panitia penyelenggara juga mendapatkan uang dengan nominal yang tidak sedikit. Pendapatan yang menguntungkan ini berasal dari berbagai aspek seperti tiket menonton, iklan online, penjualan merchandise, kerja sama antar brand, dan lain-lain.
Dengan masa depan gaming yang mulai diperhitungkan, sudah jelas gaming bukanlah kegiatan yang sia-sia. Simak hal-hal baik berikut yang membuat hobi gaming kamu tidak lagi sekedar membuang-buang waktu:
1. Ada program beasiswa untuk esports, loh!
Ketika mencari beasiswa kuliah, kita wajib mengandalkan IPK dan persyaratan akademis lainnya. Beda dengan University of California di Irvine yang menawarkan hal lain. University of California, Irvine di Amerika menawarkan beasiswa esport 4 tahun untuk League of Legends atau yang lebih dikenal dengan istilah LOL. University of California, Irvine mencoba hal yang sedang dilakukan Korea Selatan. Salah satu universitas di Korea Selatan, South Korean University juga menawarkan beasiswa serupa.
Mereka melakukan hal tersebut lantaran game League of Legends adalah salah satu game yang populer di dunia,. Untuk tahun ini saja University of California, Irvine hanya membuka beasiswa untuk 10 mahasiswa yang terpilih. Tertarik kuliah disana? Cuma modal skill gaming bisa dapat beasiswa. Untuk info lebih lanjutnya kalian bisa cek di http://www.esports.uci.edu
2. Sekolah-sekolah mulai memasukan esports sebagai mata pelajaran
Ternyata esports tidak hanya tersebar di perguruan tinggi saja, esport juga merambat sampai sekolah-sekolah, salah satunya SMA 1 PSKD di Jakarta Pusat. Belum lama ini mereka membuka program esports sebagai kegiatan belajar mengajar. Tidak tanggung-tanggung, mereka juga memberikan beasiswa. Sayangnya kuota yang diberikan hanya sedikit. Karena itu juga, SMA 1 PSKD membuka lowongan untuk program esports. Melihat pasar esports yang semakin luas, ditambah dengan negara tetangga seperti Malaysia juga sudah memulai program ini. SMA 1 PSKD mulai inisiatif dengan mengajak perusahaan MSI dan Steelseries sebagai sponsor.
Tidak hanya di Jakarta, negara-negara di Eropa ternyata sudah lebih dulu memulai program esports di sekolah-sekolah, contohnya Norwegia dan Swedia. Dengan adanya program esports tingkat sekolah, diharapkan dapat menyaring potensi gamer profesional dan bisa bersaing di tingkat internasional, khususnya untuk mengharumkan Tanah Air kita.
3. Turnamen DOTA 2, The International dengan hadiah terbesar di dunia
Buat yang suka main Dota 2, pasti sudah tidak asing lagi dengan turnamen besar yang satu ini. Turnamen ini adalah turnamen Dota 2 terbesar di dunia yang dibuat oleh Valve Corporation.
Turnamen pertama diselenggarakan pada tahun 2011 dengan total hadiah 1,6 juta USD. Berkat total hadiah yang mencapai angka 1,6 juta USD membuat turnamen-turnamen lain juga ikut menaikan hadiah turnamen dengan nilai yang serupa, bahkan lebih tinggi. The International merupakan langkah awal dari seluruh turnamen esports.
Sebelum turnamen, akan ada event Battle Compendium, yang dimana setiap orang yang membeli Battle Compendium akan berkontribusi untuk menambah total hadiah turnamen The International. Kabarnya untuk turnamen sebesar itu Valve hanya menyumbang 10% dari total penjualan Battle Compendium.
Jadi, bagaimana? Tertarik untuk membawa hobi kami to the next level? Buktikan ke orang tua kamu bahwa gaming tidaklah seburuk yang mereka kira!
Sumber: Venture
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://venture.ninja/kasual/hobi-gaming-tapi-dimarahin-ortu-ini-solusinya/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit