Hai-hai~ teman-teman...aku datang lagi..kkk~
Part II
**
“Ahh, tapi dia sangat tampan, Teru-teru bozu..” Gumam Erika kemudian sambil berpaling melangkah pergi.
“Awas kau, Teru-teru, aku akan menghantuimu, sampai rumahku aman ditempatnya..ahahahaha”
Dan akhirnya Erika pulang dengan perasaan yang kembali bersemangat setelah tahu siapa pemilik tanah yang ditempati apartementnya. Padahal sebelumnya Erika sudah memikirkan hal yang tidak diinginkan karena Erika tidak tahu akan berhadapan dengan orang seperti apa.
Tapi setelah bertemu dengan orang yang bernama Dennis Erlangga atau dinamainya teru-teru bozu itu, Erika yakin keinginannya akan dipenuhi oleh teru-teru bozu yang baru sekali dijumpainya karena pria tampan itu pasti orang yang baik.
–
–
Keesokan harinya hal yang sama terjadi lagi ketika Lina akan membangunkan kesayangannya untuk kuliah. Gadis cantik itu sudah siap dengan segala keperluannya dan sudah akan berangkat saat Lina tiba di depan pintunya.
“Do’akan aku!!” Ucap Erika dan langsung diiyakan Lina yang masih takjub melihatnya.
Erika tidak peduli tatapan sahabatnya itu untuk sekarang ini, karena yang terpenting hari ini dia akan kembali menemui teru-teru bozu-nya yang pasti akan ada disaat pagi ketika pria tampan itu sampai di kantornya.
Dan kesanalah Erika berangkat setelah memberitahu dosennya bahwa dia tidak bisa masuk kuliah hari ini karena ada hal darurat yang harus ditanganinya.
“Berbohong demi kebaikan, tidak apa-apa..” Gumamnya sambil menutup pintu taksi yang membawanya ke depan gedung mewah itu lagi.
Sebuah perusahaan otomotif yang besar di kota Surabaya dan pemiliknya pria tampan yang bernama Dennis Erlangga. Walau baru pertama kali melihat pria itu tapi Erika yakin dia akan mendapatkan keinginannya.
Hanya karena wajah cool Dennis Erlangga membuat Rika tidak takut atau bahkan ia seperti tertarik pada pria tampan direktur perusahaan itu.
“Baiklah teru, datanglah secepatnya!!” Ucapnya kemudian sambil berdiri disamping gerbang perusahaan itu.
Erika tidak ingin kembali bertemu dengan satpam kemarin yang membuat harinya menyebalkan untuk kedua kalinya. Maka dari itu gerbanglah pilihan utama tempatnya menunggu kali ini sampai pemilik perusahaan itu datang nanti.
“Pemilik...pasti dia punya banyak uang.” Gumam Erika sambil melihat lagi kartu nama Dennis.
“Kalau pun iya, kenapa memangnya??” Tanya seseorang tiba di depannya.
“TERU?!??” Seru Erika begitu melihat siapa yang ada di depannya dan menyahuti gumaman konyolnya.
Ya, Dennis Erlangga kini berdiri di depan Erika yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dennis langsung mendekati Erika begitu gadis cantik itu sampai di sana tanpa diketahui Erika.
“Kenapa memangnya??” Ulang Dennis.
“Belikan aku makan.” Jawab Erika tanpa sadar kemudian menutup mulutnya.
“Kau belum makan??” Tanya Dennis penuh selidik.
Dan Erika hanya menggelengkan kepalanya dengan jujur karena dia memang belum makan apa-apa setelah buru-buru meninggalkan Lina.
Dennis terus menatap mata coklat Erika yang sedang menatapnya dalam dan sedetik kemudian Erika sadar tangannya sudah digenggam pria itu dan dia mengikuti Dennis yang menariknya dengan patuh.
Tanpa sadar Erika menatap tangan kanannya yang hilang ditangan besar Dennis hingga membuat pipinya terasa panas dan bisa dipastikan merona seketika.
“Aiishhh~” Gerutunya sambil memegang pipinya sendiri dengan tangan sebelah kiri.
Namun gadis cantik itu langsung menurunkan tangannya lagi saat mereka melewati beberapa karyawan yang menatap keduanya dengan tatapan bertanya.
Erika semakin bingung kemana Dennis akan membawanya, mata coklatnya menyusuri bagian dalam perusahaan itu yang membuatnya menganga lebar dan menutupnya kembali saat mulutnya terasa capek.
“Hey Teru, kita kemana?” Tanya Erika akhirnya tidak tahan penasaran.
Mendengar pertanyaan Erika langsung membuat langkah kaki Dennis berhenti dan berpaling melihatnya.
“Kau bilang apa??” Tanyanya.
“Kita mau kemana???”
“Bukan itu..!!”
“Lalu??” Tanya Erika dengan kepala dimiringkan.
“Yang pertama..”
“Owhh,ohh ,mm~T-teru..” Akhirnya Erika mengerti dan menjawabnya dengan malu-malu.
“Dennis Erlangga..” Ucap Dennis sambil menganggukkan kepalanya lalu kembali berjalan tanpa melepas tangan Erika.
“Teru..” Jawab Erika membuat Dennis kembali berhenti.
“Dennis..”
“Teru-Teru..” Jawab Erika keras kepala.
Akhirnya Dennis membiarkan panggilan aneh yang entah berasal dari mana itu dan kembali melanjutkan perjalanan mereka hingga berhenti di depan cafetaria atau tempat makan siang karyawan kantor itu.
“Mmm~itu...”Ucap Erika ragu sambil melihat ke dalam.
“Makanlah...” Ucap Dennis dengan nada sedikit lembut membuat Erika langsung menatapnya.
“Tidak mungkin!!” Jawabnya jujur.
“Ayo, kau minta dibelikan tadi kan.” Ucap Dennis lagi sambil menarik kembali tangannya memasuki cafetaria yang terlihat mewah itu.
“APA?? ITU...AKU..” Erika langsung berhenti berteriak begitu melihat suasana kafe yang nyaman itu.
Dengan wajah merah merona Erika mengikuti langkah Dennis yang membawanya ke tempat paling sudut agar tidak ada yang mengganggu mereka.
“Pesan apa??” Tanyanya kemudian.
“Mm, tidak usah, aku tidak lapar..” Jawab Erika malu dan saat itu pula suara di perutnya mengatakan sebaliknya.
Dengan berat hati dan pipi merona Erika melihat Dennis yang memasang wajah aneh dan tidak bisa diartikan membuat Erika semakin salah tingkah.
“Aku lapar...” Ucap Erika lupa sama malunya.
Tanpa bertanya apa-apa lagi Dennis meninggalkannya dan memesan makanan khusus makan siang untuk gadis cantik yang ditemuinya untuk ketiga kali itu. Setelah selesai pria tampan itu pun kembali ke tempat duduknya didepan Erika yang sedang menopang dagunya melihat keluar.
“Ahh~hujan...”Gumamnya tiba-tiba.
Dan benar saja gerimis mulai turun membasahi bumi kembali di bulan September ini. Dan Erika bersyukur berada di dalam ruangan saat udara diluar akan semakin dingin dengan angina yang berhembus dengan lembutnya.
Dennis terus menatap wajah cantik didepannya tanpa berniat memanggil untuk mengatakan pada pria itu bahwa dia sudah kembali. Namun detik selanjutnya Erika yang menyadari ditatap seseorang langsung berpaling melihatnya.
“Hey teru,hujan tuh, coba hentikan..” Ucapnya dengan wajah polos dan bibir dimajukan.
“Maksudmu??” Tanya Dennis bingung.
“Ahh~tujuanku..mmm, kau yang ingin merobohkan satu-satunya apartement jelek di bangunan real estate itu kan??” Tanya Erika tiba-tiba.
“Ohh, iya..”
“Jangan!! Itu rumahku, aku tidak punya tempat tinggal lain..”
“Bukan urusanku..” Jawab Dennis dingin.
“Aiishh!!! Dasar orang kaya!!”
“What!!!”
“Tidak, aku mohon!! Aku tidak punya uang, bagaimana aku bisa menyewa apartement lain lagi?? Walau yang lebih jelek sekalipun...”
“Makanlah..” Jawab Dennis mengalihkan pembicaraan.
Erika ingin membantah sekali lagi, tapi matanya terlihat berbinar saat beberapa makanan lezat sampai di meja mereka. Gadis cantik itu tiba-tiba saja merasa sangat lapar dan harus segera menghabiskan makanan itu.
“Aku tidak mau!!” Jawab Erika dengan bibir dimajukan.
“Itu salahmu..”
“Tentu saja salahmu, Teru bodo!!”
“Siapa Teru??” Tanya Dennis terlihat bingung.
“Kamu, siapa lagi??”
“Kenapa aku??” Tanya Dennis lagi namun Erika sudah memasukkan makanan ke mulutnya.
“Kita sudah pernah bertemu waktu hujan, Teru bodo..” Jawab Erika setelah menelan makanannya.
“Lalu apa hubungannya??”
“Tidak ada..”
Erika hanya menikmati makanan di depannya tanpa mengingat Dennis tidak menyentuh apapun. Apalagi pria tampan itu masih saja menyusuri setiap lekuk wajahnya yang terlihat menggemaskan itu.
“Ahh, aku harus pergi..” Ucap Dennis tiba-tiba bangun dan melesat pergi.
Erika yang masih mengunyah makanannya tidak sempat menahan pria tampan yang sangat misterius itu.
Erika rasa Dennis orang yang sangat serius dalam hal apapun, terlihat dari kata-kata yang keluar dari mulutnya itu hanya sedikit. Tapi hal itu juga yang membuat Erika semakin penasaran dan ingin mengetahui apa yang ada dibalik jas rapi itu.
“Apa??” Teriak Erika menyadari pikirannya sendiri. “Dasar bodoh!!”
Gadis cantik itu pun terus menikmati makanannya sampai tidak ada yang bersisa dan membuat perutnya sedikit terlihat. Dengan wajah riang Erika membelai perutnya dan bersyukur dapat makanan yang lebih enak dari yang biasanya.
“Tapi, siapa yang akan bayar ini???!” Tanyanya baru sadar.
“Semuanya sudah di bayar..” Jawab pelayan di belakangnya.
“Ooh, benarkah??” Tanya Erika ragu.
Pelayan itu hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum melihat kelakuan gadis cantik itu dan sedikit menundukkan wajahnya saat Erika berdiri untuk pergi.
Kemudian Erika pun pergi mencari Dennis kembali, padahal dia tidak tahu kemana harus pergi. Namun kakinya melangkah sesuai perintah otaknya yang ingin bertemu Dennis sekali lagi.
Setelah berjalan-jalan sendirian dengan wajah polos dan membingungkan, akhirnya Erika menyerah dan berhenti tiba-tiba. Setelah melihat sekelilingnya barulah Erika sadar bahwa dia berada di tempat yang tidak pernah dikenalnya.
“Ohmygod!!! Dimana iniiiii???” Teriaknya frustasi.
Suaranya yang keras membuat beberapa sahutan terdengar dibelakang hingga membuatnya merinding sendirian. Tanpa pikir panjang gadis cantik itu langsung duduk dilantai dan melihat lagi kesekelilingnya dengan wajah polos.
“Aku tersesat..” Gumamnya pasrah.
“Siapapuuun..pungut aku dong..” Ucapnya entah pada siapa.
“Bolehkah??” Tanya seseorang tiba-tiba di belakangnya.
“Nooooo…” Jawab Erika memeluk dadanya tanpa melihat orang itu.
“Aigoooo, tadi dia bilang siapapun..bagaimana, huh??” Tanya seorang lagi.
“Andre, jangan mengganggunya..” Ucap pria pertama akhirnya berdiri didepan Erika.
“K-kalian siapa??” Tanya Erika gugup.
“Kami?? Hanya lewat, kau anak kucing tersesat ya??” Tanya pria tampan itu lagi.
“Bukan!!” Bantah Erika.
“Lalu?? Kau ingin kami pungut??”
“Tidak!!”
“Ohh,,ayolah!!!”
“Tidak, Deeenniiiiis!!!!” Teriak Erika tiba-tiba membuat kedua pria itu berhenti dan terlihat kebingungan.
“Dennis?? Kau kenal Dennis??” Tanya pria yang pertama bingung.
“Ahh, kalian juga kenal??” Tanya Erika langsung merasa bahaya sudah lewat.
“Dia sahabat kami..” Jawab pria satu lagi.
“Kenalkan, aku Aris, ini sahabatku, Andre.” Ucap pria pertama itu dengan senyum ramahnya tiba-tiba.
“Lalu, kenapa kau memanggilnya??” Tanya Aris kemudian.
“Tidak, aku tidak memanggilnya..” Bantah Erika yakin.
“Iya, tadi...barusan...”
“Tidaaakk, dia itu teru, bukan Dennis..”
“Apa?? Teru??” Tanya Andre semakin bingung.
“Ahh, sudahlah!! Aku mau ketemu dia, kalian tau dimana??” Tanya Erika sok akrab.
“Ohh~tahu, ayoo..” Jawab Aris langsung menarik Erika dan membawanya pergi dari sana.
–
–
Tak berapa lama mereka bertiga pun sampai didepan pintu kaca besar dan bertuliskan ‘direktur’ di atasnya membuat Erika semakin yakin bahwa Dennislah pemilik semuanya ini.
“Ayo, dia pasti didalam.” Ucap Aris.
Dan Andre langsung membuka pintu kaca itu tanpa mengetuk lebih dulu dan membuat Erika sekali lagi percaya bahwa mereka memang sahabat dari seorang direktur.
“Upps, maaf..” Ucap Andre begitu pintu itu terbuka.
Di dalam sana terlihat Dennis sedang bersama seorang wanita yang berdiri sangat dekat dengannya dan terlihat sangat serius.
Tanpa sebab apa-pun Erika tiba-tiba merasakan sesuatu di dadanya, seperti diiris dan terasa sakit. Membuatnya tanpa sadar memegang dadanya sekilas dengan pandangan lurus menatap Dennis.
“Kami akan datang lagi..” Ucap Aris.
“Tidak apa-apa, kami sudah selesai..” Ucap Dennis lalu tersenyum pada wanita cantik itu.
Dan sekali lagi dada Erika diiris tipis namun membuat sakitnya dua kali lipat dari yang pertama tadi. Erika bahkan tidak menyadari kepergian wanita itu karena matanya tidak pernah lepas dari Dennis yang ada didepannya.
“Kami menemukan kucing ini tersesat..” Ucap Andre kemudian.
Dan Dennis baru menyadari bahwa ada orang lain diantara mereka yang sedari tadi terus saja menatapnya tanpa berkedip. Dennis tidak menjawab ucapan Andre karena tatapannya kini terpaku pada Erika yang menatapnya dalam.
Hal itu membuat Aris dan Andre menatap mereka bingung dan akhirnya memilih meninggalkan ruangan itu tanpa berkata apapun lagi.
Menit selanjutnya Erika baru menyadari bahwa mereka saling bertatapan hingga berapa lama tanpa ada kata-kata yang keluar dari bibir mereka. Erika tidak tahu arti tatapan Dennis yang sama dalamnya itu, tapi Erika tahu bahwa dia sudah terperangkap dalam mata hitam itu.
“Teru..” Panggilnya setengah berbisik.
“Ahh, aku sedang membicarakan masalah apartementmu, sekretarisku...”
“Benarkah??!!?” Tanya Erika dengan semangat yang berlebihan.
Pertanyaannya itu entah dimaksudkan untuk dua pernyataan, Erika tidak begitu yakin. Tapi jawaban Dennis tadi membuat semua beban yang ada dikepala dan dadanya sedikit terangkat.
“Hey, teru-teru..” Panggil Erika lagi.
“Iya??” Jawab Dennis tanpa sadar.
“Mmm~itu, aku...mm, I love you..” Ucap Erika dengan wajah merona seketika dan tentu saja membuat mata Dennis hampir keluar dari sarangnya.
“Apa maksudmu??” Tanya Dennis tidak percaya.
“Ya itu, aku menyukaimu, ani~mencintaimu..” Jawab Erika yakin.
“Dari mana keyakinanmu itu??”
“Dari hati..”
“Cih, aku tidak percaya..pulanglah..”
“Apa??? Kau mengusirku??”
“Iya, kurang jelas??”
“Awas kau!! Akan ku buat kau percaya, teru-teru bozu..bye!!!”
Erika menghentakkan kakinya sekali lalu keluar dari ruangan itu secepat dia bisa karena dia sudah tidak sanggup berada didepan pria tampan itu lagi.
Sampai di luar ruangan Erika langsung merutuki dirinya sendiri karena sudah mengeluarkan kata dahsyat itu dengan tiba-tiba. Tapi memang itulah yang dirasakan Erika pada pria tampan yang baru tiga kali ditemuinya itu.
Erika tidak tahu apa yang menyebabkannya mengatakan cinta secepat itu yang tentu saja membuat Dennis tidak percaya. Tapi setelah melihat senyum Dennis pada wanita itu membuat Erika bertekad ingin memiliki senyuman menawan itu yang tidak pernah ditujukan Dennis padanya.
Dan rasa sakit yang dirasakannya tadi bukan sakit yang biasanya terjadi yang bisa disembuhkan oleh obat. Melainkan sakit karena melihat kedekatan wanita itu dengan Dennis yang dari pertama sudah mencuri hati Erika.
“Ahh~bodo!!” Gerutu Erika sambil melangkahkan kakinya meninggalkan gedung tinggi itu.
Dan kali ini Erika sudah menghafal jalan yang ditujunya tadi saat bersama dua sahabat Dennis yang tidak diketahui keberadaannya sekarang.
–
–
Sesampainya Erika di rumah dengan wajah lesu langsung saja membuat Lina yang memang menunggunya melihatnya dengan wajah khawatir.
“Kenapa Ka??”
“Hoooo, cintaku diragukan..” Jawab Erika menerawang.
“APA???” Lina tidak percaya pada apa yang didengarnya.
“Kau ini kenapa Ka?? Tadi pagi kau bilang mencari masa depan, dan sekarang cintamu diragukan, apa kau baik-baik saja??” Tanya Lina semakin khawatir.
“Iyaaa, cintaku diragukan oleh masa depanku, Lin...” Jawab Erika langsung merebahkan tubuhnya di sofa.
Lina yang kebingungan hanya bisa menggelengkan kepalanya dan segera pergi ke dapur untuk mengambil air putih dan memberikannya pada Erika.
“Jelaskan padaku..” Ucapnya kemudian.
Erika meminum airnya dengan patuh dan mengembalikan gelasnya pada Lina lalu menatap wajah sahabatnya itu dengan serius.
“Aku mengatakan cinta pada seseorang, pemilik tanah ini, dan dia tidak percaya..” Ucap Erika akhirnya.
“Apa?? Secepat itu?? Bagaimana dia bisa percaya??” Tanya Lina dengan kening berkerut.
“Tapi, aku jujur Lin, aku tidak pernah bohong.” Jawab Erika dengan wajah polosnya.
“Aku tahu..” Jawab Lina langsung.
“Eheee,,kan??”
“Eumm!! Lalu, kau akan menyerah??” Tanya Lina penasaran.
“Emm~ aku...” Erika terlihat ragu.
“Tentu saja tidak, my girl!!” Ucap Lina lantang menggantikan Erika.
Gadis cantik itu langsung memberi sahabatnya itu death glare mematikan karna sudah membuatnya terkejut tiba-tiba. Tapi kemudian..
“Tentu saja, yeaahhh!!!” Serunya penuh semangat.
“Yeaahhhh!!!” Ikut Lina memberi sahabatnya semangat.
“Ehh, tapi siapa namanya, seperti apa??” Tanya Lina kemudian.
“Tampan, seperti teru..” Jawab Erika dengan senyum garingnya.
“Teru-teru mana ada tampan, bodo!!” Ucap Lina langsung memukul kepala Erika pelan.
“Aiishh, nanti kau juga tahu..”
“Ahh, ne, First love, huh?? Tapi yang jelas, fighting!!” Ledek Lina sekaligus menyemangati Erika.
Gadis cantik itu hanya bisa merona mendengar kata sahabatnya yang seratus persen benar adanya. Ini kali pertama Erika jatuh cinta untuk 24 tahun hidupnya selama ini, dan Erika bertekad akan mendapatkannya secepat mungkin.
–
–
Dan hari pun berlalu setelah pernyataan cinta itu, Erika bagai menghilang ditelan bumi setelah sebelumnya setiap hari menunggunya untuk meminta. Dan sampai hari ini pun pria cantik itu tidak menampakkan dirinya di depan kantor Dennis apalagi bertemu dengannya.
“Kau merindukan kucing itu??” Tanya Aris tiba-tiba.
Saat ini mereka bertiga sedang menghabiskan waktu istirahat mereka di atas atap gedung bangunan tinggi itu. Ketiganya selalu menghabiskan waktu bersama baik di dalam maupun diluar kantor.
“Dia bukan kucing.” Jawab Dennis sambil menerawang ke langit lepas.
“Tapi dia Marmut.” Jawab Andre.
“Terus, apa yang terjadi dengan apartementnya??” Tanya Aris mengalihkan pembicaraan.
“Aku akan tetap meratakannya.”
“Apa??? Kau kejam Dennis, lihat itu..” Ucap Aris sambil melihat ke bawah.
Di bawah sana Erika baru saja memasuki gerbang perusahaannya dengan wajah letih dan terlihat buru-buru.
“Dia datang lagi..” Ucap Andre.
“Aku belum mengiyakan permintaannya..” Jawab Dennis.
“Kalau begitu dia akan terus mencarimu..” Ucap Aris melanjutkan perkataan Dennis yang masih setia menatap gadis cantik itu di bawah.
“Kenapa dia tidak masuk saja??” Tanya Andre bingung melihat Erika hanya berdiri saja.
“Mungkin dia berpikir aku ada di luar..”
“Ahh, sayangnya..tunggu dulu..”
Aris mengedarkan pandangannya mencari sesuatu agar bisa digunakannya untuk mencapai Erika di bawah. Dan kebetulan saja ada serpihan semen kering yang ada dipinggiran atap di sana hingga membuat Aris tersenyum sendiri.
“Ini caranya..” Ucapnya sambil mengambil semen sebesar gengaman anak kecil itu dan berjalan ke pinggir.
“Heyyy!! Kau akan mengenainya!!” Cegah Andre tidak percaya.
“Tenang saja..” Ucap Aris langsung melempar benda itu ke bawah dan berharap Erika akan menyadarinya.
Dan tentu saja gadis cantik itu menganga lebar melihat benda itu melayang ke arahnya, namun reflek Erika lebih cepat berjalan hingga membuatnya langsung menghindar.
“Aiigooo, ada yang ingin membunuhku..” Ucap Erika begitu melihat benda itu pecah di tanah.
Lalu gadis cantik itu pun melihat ke atas tempat benda itu berasal dan hampir jatuh menimpanya. Setelah meneliti semaksimal mungkin akhirnya Erika bisa melihat dengan jelas siapa yang melemparnya.
“Dasar ikan!! Apa dia mau membunuhku??” Gerutu Erika saat melihat Aris sedang melambai ke arahnya.
“Awas kau!!” Ancam Erika sambil mencari sesuatu didalam tasnya.
Setelah beberapa detik, Erika akhirnya mengeluarkan kertas polio dan sebuah bulpen tinta besar lalu kembali memakai tasnya. Kemudian gadis cantik itu pun menunduk sebentar untuk menuliskan sesuatu di kertas itu sambil mengeluarkan smirknya yang mengerikan. Lalu Erika pun menengadahkan kepalanya sambil mengangkat kertas itu tinggi-tinggi agar Aris bisa melihatnya.
“Ohmygod!! Benarkah?????” Teriak Aris sambil memegang kepalanya setelah membaca tulisan Erika.
Saat itu pula kedua pria yang tidak dilihat Erika tadi keluar dan ikut melihat ke arahnya. Dan Erika mengenali pria pertama yang langsung menunduk melihatnya, dialah Dennis Erlangga.
Tanpa sadar Erika menyunggingkan senyuman manisnya saat melihat wajah Dennis yang nampak jelas kekhawatiran di sana. Erika hanya menuliskan satu kata ‘Darah’ di kertasnya yang dimaksudkan untuk mengerjai Aris yang bukan sengaja melemparnya.
Setelah melihat Dennis ada di sana Erika langsung mengambil kertas lain dan menuliskan satu kata yang membuat kedua sahabat Dennis tertawa melihatnya.
“Teru..”
Dennis yang melihat itu langsung saja mengatakan sesuatu pada sahabatnya itu dan mereka pun langsung berlarian entah kemana. Namun beberapa menit kemudian mereka kembali dengan kertas dan bulpen yang sama seperti yang dimiliki Erika.
Dennis langsung mengambil bulpen itu dan menuliskan satu kata dan langsung memperlihatkannya pada Erika yang sudah terlalu lama menunggu di bawah.
“Dennis”
“Cih..keras kepala..” Gumam Erika lalu kembali menuliskan kata-kata untuk Dennis.
“Miss me??”
“Tidak”
“Bohong!!”
“Tidak ada gunanya”
Erika langsung memasang wajah sedih membaca kata-kata Dennis, namun segera menulis kembali.
“But I MISS YOU”
“….”
Erika langsung tertawa melihat Dennis membalikkan kertasnya tanpa menuliskan apa-apa dengan wajah blank. Bukan maksud Erika untuk mengerjainya, tapi itu yang dirasa Erika saat tidak melihat pria tampan itu beberapa hari ini.
Selama tidak mengunjungi Dennis untuk meminta pembatalan apartementnya diratakan, Erika menghabiskan waktunya dengan belajar karena ada beberapa mata kuliah yang diujiankan. Selain itu Erika juga berusaha menata hatinya selama tidak bertemu dengan Dennis.
Menata hati dan menyelami apa yang dirasakannya itu bukanlah cinta sesaat, tapi tumbuh dengan cepat di hatinya. Beberapa hari tidak melihat Dennis membuatnya takut untuk bertemu kembali karena mungkin Dennis akan mengira pernyataannya yang lalu hanya ucapan dibibir semata.
Tapi kerinduan Erika yang semakin dalam mengalahkan semua pikiran buruk yang sudah dibayangkannya terlebih dahulu. Dan akhirnya Erika kembali mengunjungi Dennis dengan dua alasan yang sama pentingnya bagi hidupnya saat ini.
“Teru..Aku bersungguh-sungguh sejak awalku..” Tulis Erika lagi.
“Kau cinta pertamaku..”
Dennis tidak membalas lagi tulisannya namun hanya melihat dengan serius wajah gadis cantik itu yang berusaha menulis kata-katanya lembar demi lembar.
“Ini bukan demi apartementku..”
“Tapi sejak hari itu, kau teru-teru bozu-ku”
“So...Dennis teruku …”
“Love me, Please^^”
Erika memasang wajah tersenyum penuh keyakinan sambil terus menatap mata Dennis dalam walau dari kejauhan.
Bahkan dia tidak peduli dengan banyaknya karyawan Dennis yang sudah keluar dan menemaninya di sana sambil melihat ke atas dengan perasaan cemas akan jawaban yang akan diberikan oleh direktur mereka.
Namun setelah di tunggu beberapa menit tetap tidak ada jawaban dari Dennis yang berdiri mematung dengan wajah datarnya seperti biasa.
Erika yang melihatnya langsung merasakan sakit dihatinya berkali lipat dari hari itu saat Dennis meragukannya. Setelah menghela nafas lelah akhirnya Erika merapatkan bibirnya dan tersenyum lemah sambil berpaling pergi dari sana.
Namun setelah beberapa langkah sebuah batu atau pecahan semen kembali jatuh tepat didepannya hingga membuatnya berhenti seketika.
Dengan reflek Erika langsung berpaling dan melihat ke atas yang kini terdapat kertas yang melambai-lambai di tiup angin dari atas. Setelah beberapa detik mencoba membaca tulisan yang ada di kertas itu, akhirnya senyuman manis pun terkembang di bibirnya yang berwarna.
“I love You, Teru.”
Tapi kemudian Erika sadar bahwa Dennis sudah tidak ada lagi disana, juga Aris dan Andre sahabatnya. Saat Erika masih tetap membaca tulisan itu berkali-kali sampai dia bisa mengukirnya di kepala.
Tiba-tiba sebuah suara membuatnya terkejut dan tanpa aba-aba pipinya pun merona dengan indahnya saat menyadari suara siapa yang kini ada didepannya.
“Aku di sini, jangan melihat ke sana…” Ucap Dennis dengan wajah tampannya yang tidak pernah berubah walau tidak ada senyuman disana.
“A-apa itu benar??” Tanya Erika gugup tiba-tiba.
“Aku tidak pernah berbohong…” Jawab Dennis langsung berdiri begitu dekatnya dengan Erika.
“Mmm, terima kasih..” Ucap Erika menundukkan wajahnya.
“Untuk apa??” Tanya Dennis sambil terus menatap bibir di depannya itu.
“Mencintaiku, begitu cepat..”
“Kau salah..” Jawab Dennis membuat Erika langsung menatapnya.
Namun harus kembali menunduk karena wajah Dennis yang terlalu dekat membuatnya sulit untuk bernafas.
“Aku sudah menyukaimu sejak awalku..” Ucap Dennis kemudian.
Dan kali ini Erika langsung menatapnya tanpa ragu untuk mencari kebenaran dari kata-kata itu. Namun kata-kata yang mengejutkan itu benar-benar tidak bisa diragukan sedikitpun karena mata Dennis yang sedang menatapnya menepis semua keraguannya.
Dan kemudian tanpa ragu lagi Erika langsung memeluk pria tampan yang sudah menjadi kekasihnya itu dalam beberapa menit.
Dengan pelukan itu pun semakin membenarkan kata-katanya di hari pertama saat ingin bertemu Dennis, bahwa dia akan mencari masa depannya. Dan sepertinya Dennislah yang akan menjadi masa depannya, saat Erika merasakan Dennis membalas pelukannya dengan penuh kelembutan.
“Ahh, bukankah itu??” Erika langsung melepas pelukannya saat melihat mobil hitam yang dikenalnya berada tidak jauh dari mereka berdiri.
“Ada apa??” Tanya Dennis sedikit kesal pelukannya terlepas.
“Mobil itu selalu lewat didepanku” Jawab Erika saat mobil itu mendekati mereka.
“Ahh,,itu..” Dennis berhenti berkata saat mobil itu berhenti tepat didepannya.
“Sudah siap, Tuan??” Tanya sopir didalam mobil itu setelah menurunkan kaca depannya.
“Ini mobilku, Erika..ayo..” Ucap Dennis tersenyum untuk pertama kali.
Tapi Erika hanya menatapnya terbelalak tidak percaya dengan mulut terbuka mengumpulkan semua kepingan yang bisa diingatnya. Setelah semuanya menyatu barulah Erika mengeluarkan suaranya yang tercekat ditenggorokan.
“Ja-jadi..kau mengikutiku??” Tanya Erika baru sadar dan Dennis hanya menganggukkan kepalanya.
“Se-sejak kapan?”
“Sejak hari hujan itu, setahun yang lalu..”
“APA????”
“Jangan berisik, ayo..” Ajak Dennis sambil menarik tangan Erika.
“Kemana??”
“Makan malam..”
“Tap-tapi..”
“Tidak ada tapi-tapian, dan jangan lupa apartementmu akan tetap diratakan..”
Erika langsung menarik tangannya dengan kasar hingga membuat Dennis berhenti dan melihatnya penuh tanya.
“Dari awal ingin diratakan karena akan dibangun yang baru atas namamu..”Ucap Dennis dengan wajah yang biasa saja.
Namun Erika sekali lagi seperti kehilangan arwahnya mendengar penuturan yang kedua dari pria yang baru saja jadi kekasihnya itu.
“Atas namamu..” Ulang Dennis sambil memasukkan Erika ke dalam mobilnya.
“Kau tidak bisa melakukannya..” Jawab Erika masih tidak percaya.
“Aku bisa segalanya..”
“Tidak mungkiiin!!!!!”
Dan teriakan Erika pun mengalun dengan indahnya seiring laju mobil itu meninggalkan perusahaan Dennis dan karyawannya yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka dengan takjub.
Semua dari mereka berharap yang terbaik untuk kedua pria yang baru saja merajut kasih itu agar selalu bahagia bersama hingga selamanya.
THE END.
Teru-teru bozu : boneka penangkal hujan
you shoud insert a picture..it will be more interesting.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit