Dear Steemian Indonesia,
Sebagai jurnalis dengan spesialisasi liputan lingkungan hidup dan Koordinator Tim Penulis Buku "Tsunami Aceh Getaran Dunia" (2006), saya terobsesi agar masyarakat Aceh memiliki kepedulian yang tinggi terhadap potensi bencana alam di Aceh.
Soalnya, bukan saja karena Aceh berada di atas cincin api (ring of fire), tapi juga karena secara ekologis dan hidrologis pun provinsi ini sangat rawan bencana, khususnya banjir bandang, banjir luapan, rob, dan tanah longsor.
Penting juga bagi warga di provinsi paling barat Indonesia ini untuk mengenali potensi dan keperkasaan gempa Aceh. Adalah keliru kalau orang menganggap enteng keperkasaan gempa Aceh.
Saat gempa dahsyat memicu tsunami pada 26 Desember 2004, di seismograf BMKG Mata Ie, Aceh Besar, skala kekuatannya tercatat 8,9 SR. Angka itulah yang dipercaya dan dicatat publik sebagai kekuatan gempa Aceh saat itu. Angka itu pula yang diabadikan sohib saya, wartawan yang juga penyair ternama Fikar W. Eda menjadi judul buku antologi puisinya, "Aceh 8,9 Skala Richter".
Tapi pemahaman saya tentang skala richter itu jadi berubah drastis saat saya bersama delegasi Indonesia lainnya (Wapres Jusuf Kalla, Menteri Erna Witoelar, Alfian dan Vanda Meutia dari Greenomics Jakarta, Acting Gubernur Aceh Azwar Abubakar, dan Dr. Ahmad Humam Hamid) diundang dalam Tsunami Summit di Washington DC tahun 2006.
Saat itu Bill Clinton selaku Special Envoy UN (Utusan Khusus PBB) untuk pemulihan negara-negara terdampak tsunami Aceh mengumumkan di awal pidatonya. Bahwa gempa Aceh yang memicu tsunami itu skalanya bukan 8,9 SR, juga bukan 9,1, tapi justru 9,3 SR. Data yang diungkapkannya bersumber dari United State Geological Survey (USGS).
Beda angka pencatatan mungkin disebabkan pengaruh keterandalan, sensitivitas, dan usia alat pengukur yang digunakan. Info yang saya dapat, seismograf yang ada di Mata Ie, Aceh Besar itu peninggalan Belanda. Jadi, sudah cukup tua. Bisa jadi, data USGS-lah yang saat itu lebih akurat.
Terus terang, saya tercenung lama mendengar paparan Bill Clinton saat itu, meski bahasa Inggris saya berlepotan. Tapi yang penting, sejak itu tahulah saya bahwa keperkasaan gempa Aceh itu memang luar biasa. Paling tidak, nomor dua terdahsyat setelah gempa Chile yang berkekuatan 9,5 SR.
Saat dipercaya dan didanai Seichi Okawa (mantan koresponden Majalah Tempo di Tokyo) untuk menulis buku tentang tsunami Aceh, cerita tentang keperkasaan gempa Aceh itu saya tuliskan dalam sebuah bab khusus. Itu bisa dibaca di buku "Tsunami Aceh Getaran Dunia", terbitan Japan-Aceh Network, 2006.
Tentulah sangat penting bagi penduduk Aceh untuk mengetahui potensi/kekuatan gempa di daerahnya. Paling tidak, dia jangan sampai mendirikan rumah atau bangunan di jalur gempa dan harus tahu pula tentang kualitas pembesian bangunan yang layak untuk kondisi bumi Aceh yang keperkasaan gempa tektoniknya mencapai 9,3 SR itu.
Nah, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Aceh, terutama kaum mudanya, terhadap bencana dan pengurangan risikonya, maka pada pertemuan ke-36 Forum Aceh Menulis (FAMe) yang saya bina, kami hadirkan geolog senior yang juga penulis buku "Aceh Laboratorium Bencana", yakni Ir. H. Faizal Adriansyah, M.Si.
Setelah mendengar materi yang ia sampaikan nanti peserta diharapkan mengerti tentang apa saja yang termasuk dalam kategori dongeng geologi, apa itu teori 'Big Bang', dan benarkah Indonesia itu jelmaan dari benua Atlantis yang hilang? Kemudian, sebagai penduduk Aceh apa yang harus kita dipersiapkan mengingat Aceh berada di atas cincin api. Lalu bagaimana menuliskan fenomena alam tersebut ke dalam tulisan?
Pada Rabu, 4 April 2018 pukul 14.30-16.30 WIB di Kampus PKP2A LAN Aceh, Jalan Dr. Mr. Teuku Muhammad Hasan, Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar sudah tampil Ustaz Faizal Adriansyah yang juga Kepala PKP2A Lembaga Administrasi Negara/LAN Aceh membahas materi tentang "Dongeng Geologi, Dinamika Kebumian, dan Menukilkan Aneka Fenomena Alam ke Dalam Tulisan".
Belajar geologi dan dinamika kebumian sambil belajar menulis itu hanya ada di FAMe.
Luar biasa bang yarmen dinamika
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Semata-mata agar kita sadar bahwa keperkasaan gempa Aceh itu luar biasa. Angka 9,3 SR itu hampir mentok skala seismograf yang hanya 10 SR.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Woo hebat bg Yarmen hee
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Mantap. Tsunami juga megubah persepsi tentang pentingnya sistem peringatan dini bencana.
Oh "Aceh 8,9 Skala Richter" buku kumpulan puisi dan kisah korban tsunami .
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ustadz Faizal Guru saya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kalau kebetulan ada di Banda pada Rabu ini ayo ikut gabung.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Siap Pak YD! :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit