Artificial Intelegence (AI) dan Dunia di Masa Mendatang

in indonesia •  7 years ago 

Sejujurnya, Artificial Intelegence (AI) merupakan suatu istilah yang baru bagi penulis. Awal perkenalan penulis dengan istilah ini ketika mengikuti Konferensi yang di adakan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta pada Agutus 2017 lalu. Konferensi yang mengusung tema Sustaining The Planet: A Call For Interdisciplinary Approaches and Engagement, dihadiri oleh akademisi dari beragam lintas ilmu. Profesor Takeshi Kimura merupakan satu diantara akademisi yang hadir dan memaparkan penelitiannya mengenai Robot dan Etika Agama.

artificial_intelligence-511738-edited.jpg
[http://blog.robotiq.com/whats-the-difference-between-robotics-and-artificial-intelligence]

Penelitian Profesor dari Kyushu University tersebut begitu memukau tidak hanya karena idenya yang sangat brilian, namun efek dari penelitian itu bagi kehidupan masa depan manusia juga akan memberi guncangan. Walhasil selama 2 hari konferensi tersebut berlangsung, perhatian peserta lain terfokus pada presentasi dari Profesor Takeshi Kimura.

Presentasi Profesor Takeshi Kimura dimulai dari sebuah gambaran umum tentang bagaimana Robot telah berkembang saat ini, dan telah mencapai tahap keragaman dari segi kualitas dan fungsinya. Perkembangan Robot yang terus meningkat hingga saat ini, mengakibatkan tingkat kebutuhan yang tinggi akan kemampuan AI dalam diri Robot. Tantangan kebutuhan tersebut bisa kita lihat terus dijawab dengan hasil-hasil produksi Robot yang kian canggih. Robot pelayan dan Robot Seks yang kini telah menjamur di negara-negara maju seperti Jepang dan Tiongkok memperlihatkan perkembangan mengejutkan dari Robot.

Namun, terdapat kukarangan yang hingga saat ini belum terjawab mengenai apakah Robot dapat merasakan sensitifitas kemanusiaan, layaknya manusia? Pertanyaan tersebut, kerap dijadikan critical point melihat perkembangan Robot yang sampai saat ini masih sulit dijawab oleh para pengembang Robot di di dunia. Pertanyaan inilah yang coba untuk dijawab oleh Profesor Takeshi Kimura melalui penelitian Robot dan Etika Agama nya. Dan dalam presentasinya, beliau terus mengeluarkan ide-ide brilian tentang penyatuan dua ilmu yang berbeda jauh tersebut. Sayangnya, penelitian yang ia lakukan bersama tim dari Kyushu University hingga saat ini belum selesai. Profesor Takeshi Kimura masih mencari formula etika seperti apa yang cocok untuk diterapkan dalam Robot. Untuk itu, AI menjadi kunci utama dalam penyatuan tersebut.

Dalam perhatian penulis, Konsep AI yang diaplikasikan dalam teknologi Robot telah membuka sebuah pintu baru menuju era yang masih remang-remang kita ketahui. Apakah sebuah kemajuan yang patut untuk diapresiasi atau justru sebuah awal ancaman bagi manusia?

Gambaran yang terpampang dalam imajinasi penulis saat memikirkan hal tersebut ialah tantangan masa depan tidak hanya relasi antara manusia dengan manusia ataupun manusia dengan alam, akan tetapi juga manusia dan robot. Akan seperti apakah masyarakat dikedepannya? pengaruh apa yang akan diberikan dalam dunia akademis? bisakah robot memiliki prinsip-prinsip etika agama? lalu seperti apa pandangan agama dengan adanya robot-robot seperti manusia?

Hal yang lebih membuat penulis sulit untuk tidur ialah jika Robot benar-benar bisa memiliki etika agama, dan memiliki sensitifitas kemanusiaan, apakah konsep Tuhan di masa depan akan berubah?

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Good post.... Keep writing

  ·  7 years ago (edited)

Tulisan introducemyself mana nih. Pendatang baru di Steemit wajib menulis perkenalan terlebih dulu. Sudah saya upvote dan follow.

Ya sudah saya ingatkan untuk buat introduce yourself

maaf saya baru jadi masih belum mengenal betul aturan di steemit
segera saya buatkan introducemyself

Manusia selalu berusaha untuk lbh baik dlm bidup dgn melakukan penelitian terus menerus. Namun Tuhan tetap sama, tdk akan pernah berubah semaju apapun teknologi yg dihasilkan. Namun yg terjadi hanyalah perubaahan cara manusia memahami Tuhan. Mereka yg tetap beragama vs atheis.

Pakai kata ganti 'saya' untuk menggantikan kata 'penulis'.

Good Job...