Lagi lagi pada kesemptan ini saya akan mereview karya @kba13 pada buku Acehnologi volume 4 .Pada bab ini akan diuraikan hubungan Aceh dan Pinang, sebagai salah satu bahagian sejarah hubungan antara Indonesia dan Malaysia, sebelum dan sesudah keduanya negara tersebut merdeka.
Kajian ini mencoba menjelaskan bagaimana sebenarnya sejarah hubungan tersebut, ketika Francis Light memberikan peluang yang amat besar bagi rakyat Aceh untuk memina pulau Pinang. Selain rujuk pada kajian-kajian sebelumnya, satuan ini juga mengedepankan oral history yaitu melihat cerita-cerita yang masih berkembang tentang sejarah kedua negeri tersebut.
Namun, belum ada agaknya yang melihat bagaimana pertemuan dua negeri tersebut telah begitu memberikan kesan terhadap kontruksi indentitas Melayu. Harus diakui, bahwa Aceh memiliki peranan yang sangat penting dalam membina identitas dan tamaddun Melayu, namun nyatanya jarang yang menghubungkannya dengan pulau Pinang. Kenapa bisa sepwrti itu ??tidak lain alasannya adalah, dikarenakan lebih banyak dikaitkan dengan hubungan Aceh Melaka. Namun fase sejarah ini sangat terkait ketika Aceh me-Melayu-kan semenanjung Tanah Melayu sejak pendirian kerajaan Melayu Melaka. Hal ini jelas penulis @kba13 uraikan dalam Acehnologi (Lihat hlm 1007 vol 4)
Sejauh ini, studi mengenai pulau pinang telah banyak dilakukan oleh para sarjana, khususnya studi mengenai sejarah pendirian pulau ini oleh Francis Light.
Adapun kajian mengenai Aceh pada abad ke-18 Masehi, dimana saat itu merupakan era konflik internal di dalam kerajaan Aceh Darussalam dan keinginan pihak Eropa untuk mencampur urusan dalam negeri Aceh.
Kedua studi ini ternyata telah mengikat sejarah yang amat kuat antara pulau Pinang dengan Aceh, mengapa bisa seperti itu?? dimana tidak hanya kemudian pembahasan mengenai pulau pidang dengan kerajaan Aceh Darussalam, tetapi juga sejarah migrasi, agama, dan perdagangan. Misalnya saja kajian Anthony Reid yang memaparkan tentang sejarah peperangan antara Aceh dan Belanda,ternyata tidak dapat dinafikan, kontribusi di plomasi yang yang dilakukan oleh orang Aceh di pulau Pinang.
Akibatnya, studi ini mengkaji sejarah Aceh ketika mengalami gejolak dimana kontribusinya semakin surut dalam sejarah Melayu. Pada saat yang sama, pulau Pinang seakan-akan menjadi “ gerbang “ bagi orang Aceh untuk melakukan aktivitas perdagangan dan keagamaan. Namun, pulau Pinang sendiri masih dapat dikatakan sebagai negeri yang baru sejak dibuka pada tahun 1786.
Hubungan Aceh dengan pulau Pinang terlihat dalam relasi antara Francis Light dengan Seyyed Hussain al-Aidid. Namun, kedatangan orang Aceh ke pulau Pinang, telah lama terjadi, bahkan sebelum kedatangan Francis Light ke pulau tersebut.
Mereka datang sebagai pedagangan yang berjualan Teluk Jelutung, sekarang dikenal sebagai Kampung pulau, jalan perak. Tidak hanya itu, orang Aceh juga telah menjadikan pinang sebagai tempat melakukan proses lobi saat perang dan “transit” ketika mereka hendak melakukan haji. Faktor lainnya adalah kedekatan secara geografis antara pulau ini dengan Aceh, khususnya beberapa kawasan seperti Lhokseumawe, Idi, Simpang Ulim dan Tamiang.
Faktor inilah yang kemudianmemicu aktivitas perdagangan antara pulau Pinang dengan Aceh sangat marak dilakukan. Studi ini ingin menunjukkan saat, kerajaan Aceh mulai menemukan kemunduran, justru aktivitas rakyat di luar istana sangat gencar dilakukan di pulau pinang.
Ketika kita membaca buku ini dapat disimpulkan bahwa Aceh sama sekali bukan Melayu. Namun karena identitas Melayu diislamkan oleh Aceh kemudian banyak juga pengetahuan yang disampaikan oleh para ulama Aceh ke Melayu sehingga keduanya kerap dianggap sama .
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.academia.edu/10357533/Konstruksi_Identitas_Melayu_dalam_Sejarah_Aceh
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit