Dua hari lagi, sudah tepat berada di pertengahan bulan Juni. Bulan yang juga membelah kalender dalam paruh tahunan. Namun cuaca yang melanda kota tempat tinggal saya, masih juga sama dengan dua atau tiga bulan yang lalu. Terik matahari masih begitu menyengat. Saat ini, menurut informasi yang saya dapat dari aplikasi cuaca di gawai genggam saya, cuaca di sini mencapai 34 derajat celcius. Padahal sudah sore. Tetapi cuaca masih begitu panas.
Bagaimana dengan ketika matahari berada tepat di atas kepala di sekitaran jam 12 siang tadi? Wuih, panasnya bikin aspal berminyak. Kalau kata orang tua di kampung, suum crah ulee buya (panasnya mampu membuat kepala seekor buaya retak).
Biasanya, menjelang senja atau pada malam hari akan turun hujan. Kondisi inilah yang membuat fisik kita semakin sengsara. Pasalnya, setelah pada siang hari tubuh terpapar panas matahari yang menyengat, pada malam hari suhu anjlok ke angka yang cukup rendah. Ibarat gelas yang terisi air panas, tiba-tiba disimpan di dalam lemari pendingin. Kira-kira kondisi tubuh kita juga akan seperti itu.
Cuaca ekstrem ini jarang terjadi wi waktu saya kecil. Dulu, musim panas dan penghujan, memiliki masa yang berbeda. Karena itu, para petani yang menggarap lahan pertanian pun, bisa mematangkan rencananya sebelum memulai mengolah lahan. Mereka tahu kapan hujan akan turun dengan lebat. Kami dulu merasakan musim hujan yang terus menerus ketika nama akhir bulan ada ‘ber’nya. Dimulai dari September, Oktober, November hingga Desember. Itu masa kami harus sering-sering berhubungan dengan ember, untuk menadah cucuran air hujan.
Nah sekarang, antara musim panas dan hujan sudah sangat kompak, tidak seperti dulu. Sekarang sering kali, setelah panas menyengat, hujan pun turun dengan lebat. Begitu juga musim hujan sudah tidak terjadwal lagi. Katanya ini dampak dari perubahan iklim. Perubahan iklim ini juga dampak dari pemanasan global yang sebagian besar karena ulah manusia yang abai pada lingkungan.
Suhu bumi meningkat, es di kutub mencair, ketinggian air laut juga terus bertambah. Belum lagi banjir yang semakin trengginas memporakporandakan rumah dan lahan warga. Ini dosa siapa? Dosa kita semua, dosa para pendahulu dan kaum yang hidup sekarang. Karena tidak mau hidup dalam kondisi yang alam inginkan. Efek rumah kaca, efek penggunaan freon, dan penggunaan plastik yang merambah di semua negara. Sehingga alam pun berontak.
Syukur sekarang ada banyak kelompok yang mulai menyuarakan gerakan untuk hidup sehat. Menghindari penggunaan karbon, plastik, freon dan ajakan untuk menjaga lingkungan juga semakin masif. Semoga semua ini belum terlambat.
mantap bang masih eksis. salut kita
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hello, as a member of @steemdunk you have received a free courtesy boost! Steemdunk is an automated curation platform that is easy to use and built for the community. Join us at https://steemdunk.xyz
Upvote this comment to support the bot and increase your future rewards!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @zainalbakri! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Do not miss the last post from @steemitboard:
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit