Myself, sat in a corner of a warkop. Alone, emptying the morning that leaves for lunch. A cup of sanger coffee, accompanying my solitude. Trying to tinker with my handphones, looking at data after data that might be the answer to my activities today.
A cup of coffee makes my adrenaline rhythm passionate spirit arise. Arise determines my footsteps to success today.
Again a cup of coffee accompanied in solitude among the hustle and bustle of breakfast people in this warkop.
A cup of thin coffee at the tip of my lips, flowing between my throats. Wet sneaks behind my imagination.
A cup of coffee for solitude
italicSecangkir kopi dikala sendiri
Sendiri, terduduk disudut sebuah warkop. Sendiri, menyosong pagi yang berangkat siang. Secangkir kopi balutan sanger, menemani kesendirianku. Mecoba mengotak-atik handphoneku, melihat data demi data yang mungkin menjadi jawaban untuk aktifitasku hari ini.
Secangkir kopi membuat ritme adrenalin gairah semangat kerjaku timbul. Timbul menentukan langkah kakiku menuju sukses hari ini.
Lagi-lagi secangkir kopi menemani dalam kesendirian diantara hiruk-pikuk orang-orang sarapan di warkop ini.
Sedutan secangkir kopi tipis diujung bibirku, mengalir disela-sela kerongkonganku. Basah menyelinap dibalik daya khayalku. Secangkir kopi untuk kesendirian.