Kenangan saya di 4 Desember 1999

Selamat pagi semuanya .. sema di pagi ini kita semua dalam keadaan baik dan dalam keadaan sehat walafiat. Steemian sebenarnya saat menuliskan postingan ini saya tidak tahu harus menulis apa dan saya haru memulai dari mana. Saya sangat blank pada postingan kali ini, tapi saya mencoba menuliskan apa yang saya piir bisa menjadi informasi bagi saya dan juga steemian semua. Saya pikir tulisan ini sangat layak saya tuliskan sebagai media pengingat memori saya saat konflik berkecamuk di Aceh. Seperti yang saya sebutkan di atas saat saya blank tidak tahu menulis apa, maka saya mencoba melihat momen pada hari ini saja. Besok tepat 4 Desember 2017 adalah 41 Tahun di Deklarasikan Gerakan Aceh Merdeka oleh Almarhum Tgk Muhammad Hasaan Di Tiro. Gerakan ini adalah sebuah gerakan yang lahir dari proses panjang perjalanan sejarah Aceh pada masa lalu, artinya gerakan ini bukan lah gerakan yang lahir dengan tanpa dasar atau latar belakang. Semua orang Aceh pasti sangat mengenal sosok Tgk Hasan Di Tiro atau orang lebih sering menyebutnya dengan Hasan Tiro.

Hasan Tiro adalah salah satu tokoh kunci dari gerakan ini dan dia adalah deklarator dari GAM, tentunya hal ini membuat beliau sangat di cari oleh Negara. Hasan Tiro menurut saya menjadi salah satu tokoh yang mampu membuat orang Aceh mengenal siapa diri nya dan Hasan Tiro mampu membangun identitas ke Acehan dalam gerakan nya. Dan ini yang menyebabkan banyak sekali orang-orang bersimpati kepada beliau. Lalu apa hubungan nya dengan tulisan saya kali ini? hubungannya adalah terjadi nya proses perlawanan kembali di Aceh pasca di cabutnya Daerah Operasi Militer di Aceh atau lebih di kenal dengan sebutan DOM. Pencabutan ini membuat GAM semakin kuat dan semakin di terima oleh rakyat aceh, yang saat itu benar-benar merasakan bagaimana sakitnya atau hilangnya nyawa orang tanpa ada jejak. Dengan lahirnya ini maka eksistensi dari GAM semakin kuat. Negara tentunya tidak mau diam saja dengan membiarkan gerakan ini semakin kuat, maka dengan itu negara kembali mengirimkan pasukan untuk melakukan operasi terpadu yang di beri nama PPRM (Pasukan Penindak Rusuh Massa) pengiriman pasukan ini di dasarkan banyak nya aksi demontrasi yang terjadi di Aceh, berbagai hal yang terjadi pada masa DOM coba di minta penjelasan. lahirnya Tim Pencari Fakta (TPF) juga buah dari tuntutan korban-korban pelanggaran HAM di Aceh. Semakin selama gerakan ini semakin membesar dan tentunya semakin membuat negara menjadi risih, maka selanjutnya hanya mengelar operasi khusus untuk melumpuhkan gerakan ini, Tahun 1998 di tariknya pemberlakuan DOM dan 1 tahun menjadi masa yang tak di sia-siakan oleh GAM untuk memperkuat gerakannya di Aceh. Dengan begitu maka eskalasi kekerasan dan juga gelombang pengungsian akan terjadi di Aceh.

Tepat 4 Desember 1999 adalah moment pertaman bagi saya untuk melihat lansung upacara MILAD (ulang tahun) GAM dengan acara pengibaran bendera bintang bulan, dan momen ini tak saya sia-sia kan. Namun rencana itu harus saya kuburkan karena saya dan rekan-rekan relawan kemanusiaan harus benar-benar menjaga indepensi saya dan juga menjaga indepensi secara lembaga. maka dari itulah saya hanya bisa membaca beritanya saja soal pengibaran dan sesi-sesi dari milad tersebut. Di hari itu operasi besar-besaran di lakukan, dan kami sebagai lembaga kemanusian lokal yang bernama People's Crisis Centre (PCC). akan memberikan perlindungan jika terjadi gelombang pengungsian akibat operasi tersebut, dan sebagai lembaga kemusiaan lokal tentunya kami paling merasakan bagaiaman dampak dari perang yang terjadi di Aceh, tentunya ini menjadi cerita bagi masa depan untuk anak-anak muda dan juga bagi cucu-cucu saya nantinya. Pada tanggal 3 desember saat itu kami tidakk melakukan aktivitas apapun, kami hanya stand by di posko kami, suasana pada tanggal 3 desember memang terlihat seperti biasa saja, tidak ada aktivitas yang berlebihan. Namun gerakan mobil tentara tidak pernah henti, truck yang mengangkut pasukan terus berseliwiran. malam nya suasana semakin berubah, sedikit terlihat biasa dan perlahan-lahan suasan berubah menjadi hening. Saat ini kami semua sedang melakukan evaluasi dan juga menyusun rencana kerja untuk besok. Tiba-tiba dari luar terdengan banyak lampu-lampu yang menghiasa toko-tokok di hancurkan dan kami begitu terkejt saat pasukan brimob berada d depan posko dan meminta kami keluar. Semua kami keluar dan saat itu saya mendampingi koordinator PCC untuk berbicara dengan Komandan pasukan yang melakukan operasi pada malam itu. komandan mengatakan kalian harus hati-hati karena GAM mau melakukan upcara dan kalian harus siap membantu semua orang jika terjadi perang di Aceh. kata-kata ini kami sahut .. kami lembaga kemanusian dan kami tidak berpihak kemana pun, dan kami akan membantu semua orang, baik militer ataupun masyarakat dan tidak mengenal agama, suku dan ras. Dan kami di minta untk melapor ke pos mereka, besok pagii jam 8.

Beosknya saya dan koordinator serta di temani oleh seorang relawan (dia anak tentara ayahnya berpangkat letkol) datang ke posko sesuai dengan jam yang merak minta semalam. di sana kami di tanyakan apa aja yang akan kami lakukan selama ke depan dan mereka minta kami untuk membantu mereka saat ada korban di polisi dan tentara dan kami menjawabnya siap selalu. tak lama kami pun di izinkan untuk kembali ke posko. dan mereka terlihat keluar dari pos dan melakukan operasi. siang itu saya mendapat informasi, banyak daerah yang mereka sisir dan mereka melakukan kekerasan dan malam nya kami dapat informasi ada orang yang di tangkap. Dengan memberanikan diri kami menuju ke pos dan menanyakan soal aksi kekerasan yang mereka lakukan dan soal orang yang mereka tangkap kami minta untuk dilepaskan. saat itu terjadi debat dan juga adu argumentasi antara kami dan komandan serta beberapa anak buah dari komandan. Tentunya kami berpegang pada protap operasi militer dan juga aturan-aturan hukum soal penangkapan orang yang tidak bersalah. Dan akhirnya orang yang di tangkap di lepaskan. Suasana di saat itu memang sudah sangat hening dan sangat sepi, maklum tadi siang mereka melakukan operasi dan melakukan kekerasan terhadap masyarakat, sehingga orang-orang tidak berani keluar rumah. Dalam perjalanan pulang kami juga sangat takut, yang kami bayangkan kami di tembak dari belakang oleh orang tak di kenal. Begitulah sedikit cerita saya di 4 desmber 1999