Kali ini saya ingin memperkenalkan diri kepada semua teman saya. Karena ada istilah "Tidak tahu maka tidak ada cinta" Nah, dari istilah itulah namanya jadi bermakna. Jika ada yang bertanya kepada saya "Siapa namamu" aku menjawab "Namaku Faziel Jealson, biasa disebut Jealson". Saya berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia.
Sementara kegiatan keseharian saya menjadi penulis atau jurnalis, sejak saya masih dibangku SMA sudah merasa tertarik untuk menjadi Wartawan. Bahkan setiap pengantar ke ruang sekolah, saya selalu menyampaikan cita-cita ingin menjadi seorang jurnalis.
Keinginan saya pun tertanam untuk melanjutkan kuliah di kampus Institut Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Saat itu, saya mengajak Departemen Komunikasi untuk belajar lebih banyak tentang jurnalisme, selama proses pembelajaran di kampus dan bahkan menemukan jiwaku untuk menulis.
Namun, keingintahuan saya terhadap dunia jurnalis tidak berhenti sampai di situ (Kampus), namun saya juga memperdalam ilmu jurnalisme di luar kampus Basri Daham Journalist Institute (BJI) yang didirikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe, Aceh. . Jadi di sinilah aku benar-benar memanggil jiwa untuk menjadi jurnalis profesional, tapi proses belajar di sekolah tidak berlangsung lama, hanya bertahan eman (6) bulan dan termasuk magang.
Nah, saat tahap magang. Mentor menugaskan saya ke salah satu media online nasional (Indonesia) selama lima bulan. Saat magang banyak cerita pahit yang saya lewati, pertama kali terjun ke dunia wartawan untuk meliput kejadian yang terjadi di wilayah tersebut. Saat itu, saya berada di bawah kendali editor media untuk meliput lapangan, setiap tugas yang diberikan oleh editor saya kepada saya selalu mengerjakannya.
Pengalaman pertama meliput berita, rasanya seperti orang buta yang tidak tahu kemana dia pergi. Karena disamping kurangnya pemahaman tentang prosedur pertanggungan, kendala utama juga adalah teknik penulisan yang belum sepenuhnya dipahami. Setelah meliput lapangan dengan mendapatkan data lengkap dari sumber terpercaya, maka saya goyah tidak tahu bagaimana cara menulisnya menjadi berita yang bisa dikonsumsi masyarakat.
Alhasil, liputan yang diberikan oleh editor tentu tidak bisa ditayangkan dengan cepat, saat saya selalu mendapat telepon dari redaktur dengan nada bicara sedikit keras. Tanya editor itu kepada saya "Di mana Anda sekarang, mengapa Anda tidak mengirimi saya berita" dan ketika saya sedikit gemetar ketakutan, saya menjawab "Berita yang telah saya bungkus bang, saya hanya bingung tidak tahu bagaimana cara menulis" dari Tentu jawab saya ini sangat polos, dan editornya menjawab lagi "anda tulis aja tetap sesuai dengan data yang ada, lalu biarkan saya menumpuk kalimat atau konten berita" saya juga menjawab "Iya, bagus bang" dan editor kembali mejawab "Oke, Saya tunggu, jangan lama ".
Begitulah pengalaman pahit yang saya alami selama magang di media massa, itu adalah sedikit keras. Tapi itu salah satu cara disiplin agar wartawan bisa terbiasa bekerja cepat. Bukan untuk menekan seorang jurnalis dalam arti berada di bawah paksaan, ternyata itu adalah sains yang berharga bagi saya.
Setelah menyelesaikan magang di media selama lima bulan, saya mendapat kabar baik dari redaktur saya. Suatu hari saya menerima pesan singkat via SMS dari redaksi, isi pesan "Apakah anda tertarik untuk menulis di media ini, jika berminat silahkan kirim CV atau data pribadi anda ke email saya". Tentu ini berita yang sangat menggembirakan bagi saya, inilah yang saya tunggu-tunggu, berkat perjuangan keras akhirnya saya bisa secara resmi menulis di salah satu media nasional yang terkenal di indonesia, terasa asyik meski tidak bisa. diungkapkan dengan kata-kata.
Akhirnya sampai sekarang saya resmi menjadi jurnalis profesional. Namun, tentu masih banyak hal yang masih perlu dikaji lebih dalam tentang ilmu jurnalisme.
Selain itu, saya juga pernah menjadi penyiar di salah satu radio swasta Kota Lhokseumawe, Aceh. Saya berkecimpung dalam dunia penyiaran ini ketika saya mendapat magang dari kampus selama dua bulan, ketika saya belajar banyak tentang bagaimana mendapatkan siaran yang tepat. Mengapa saya belajar tentang penyiaran, karena ini adalah bagian dari jiwa dan minat saya terhadap dunia media massa, antara wartawan dan penyiaran satu-satunya tujuan saya adalah menyampaikan informasi kepada masyarakat secara faktual dan dapat diandalkan, juga ingin mendidik masyarakat melalui saya. menulis dan mengirim via radio siaran.
Seiring waktu, setelah melakukan pekerjaan magang di radio. Kemudian, saya kembali mendapat tawaran dari direktur radio untuk melanjutkan aktivitas saya di sana, saya tidak menolaknya. Saya telah menjadi penyiar radio selama dua tahun, ketika ada talk show radio, saya juga menjadi tuan rumah acara tersebut, radio tersebut menghadirkan pembicara yang dapat dipercaya seperti pejabat publik dan tokoh terkemuka lainnya di provinsi Aceh. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga sehingga uang tidak bisa dibeli, banyak ilmu yang bisa saya dapatkan, karena yang tidak kita ketahui sebelumnya, saat itulah pikiran kita akan terbuka dengan sendirinya.
Namun, pada akhirnya aktivitas saya sebagai broadcaster terhambat, karena banyak tugas di dunia jurnalistik yang harus saya selesaikan. Jadi saya mengalami kesulitan untuk membagi waktu untuk pindah ke radio, akhirnya saya meminta izin kepada direktur radio tempat saya bekerja untuk beristirahat sejenak, dengan rasa pengertian direktur terhadap saya, maka dia setuju untuk berhenti. saya.
Saya ingin menceritakan sedikit tentang hobi. Nah, hobi saya adalah membaca buku sejarah, olahraga, menulis, fotografer, dan petualangan.
Terima kasih...