Tentang Kampung Halaman

in introductionbyself •  7 years ago 

Benteng Huraba adalah suatu tempat dari satu bukti dari sekian jejak-jejak perjuangan merebut kembali kemerdekaan dari kaum penjajah Belanda setelah Indonesia diproklamasikan merdeka tahun 1945.

Ia ibarat kerucut yang diletakkan, mulutnya menghadap bawah, dan bagian atas kerucutnya dipotong sepertiga dari atas. Sekilas tampak juga ibarat bukit. Jika mau ke atas, harus menaiki sekitar 20 an anak tangga.

Tangga naik Benhur
Benteng 2Di atas bukit ini seolah melingkar berdiameter 10, dan dipagari besi bulat setinggi satu meter yang dicat warna hitam. Menaiki anak tangga, sampai di atas, di sisi kiri dan kanan terletak meriam yang pernah digunakan para pejuang di Sumatera Timur dan Tapanuli melawan Kolonial Belanda. Meriam ini di bawa dari Medan.

Meriam sebelah kanan namanya Meriam si Manis, sedangkan meriam sebelah kiri disebut Meriam Lucsim. Dua meriam ini dari kesatuan Mobile Brigade Besar I Sumatera Utara yang telah berjasa selama perang kemerdekaan I dan II dibawah pimpinnan (komando) Komisaris Kepolisan Tingkat II, M. Kadiran di front Sumatera Timur dan Tapanuli.

Di tengah bukit ini terdapat satu bangunan mirip kastel, tingginya kurang lebih enam meter dan dikelilingi rantai. Di sini hanya tercatat 16 orang yang telah gugur, yang tercatat ini hanya dari polisi dan angkatan, sedangkan dari rakyat biasa tidak disebutkan. Di sisi belakang bukit ini di luar pagar besi, dibuat tembok yang dihiasi relif perjuangan.

Dari sejarah yang tercatat, tempat ini merupakan titik akhir (garis lini) perjuangan mempertahankan kembali kemerdekaan Indonesia, karena saat itu, Ibu Kota Republik Indonesia dipindahkan ke Bukit Tinggi. Jika pertahanan di sini dapat dilumpuhkan Belanda, alhasil bangsa kolonial ini akan kembali menguasai republik ini.

Berdasarkan arsip yang tercatat di Belanda dan laporan ini pernah dimuat harian Kompas pada Selasa, 26 September 1989, saat itu tentara Belanda merasakan hal yang aneh di jalur lintas Tapanuli Selatan ini, yang mana mereka merasa jalanan di Tapanuli Selatan laksana Lorong Maut.

Tempat ini dikasih nama Benteng Huraba, Huraba diambil dari nama desa letak benteng ini berada. Peletakan batu pertama benteng ini dilakukan Kepala Daerah Kepolisian Sumatera Utara, Brigadir Jendral Polisi JFR Montolalu pada 4 September 1980.

Benteng yang diresmikan 21 November 1981 oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jendral Polisi DR Awaloedin Djamin MPA ini merupakan monumen peristiwa perjuangan merebut kembali kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 5 Mei 1949.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hai @wahyupohan.. Selamat ngumpul di Steemit! Suka bertemu anda di sini.. sudah upvote yaa.. 8)