Kisah Kerbau di Zona Merah

in inveromental •  7 years ago 

4-1.jpg

Ada tiga aspek yang harus di kedepankan dalam konsep pembangunan yang berkelanjutan, yaitu aspek ekonomi, sosial, dan aspek ekologi. Jika salah satunya tidak seimbang dalam neraca pembangunan, maka akan terjadi kerugian besar.

Melihat dinamika Pertambangan emas ilegal di Aceh yang hanya mengedepankan aspek ekonomi maka terjadi kerugian besar dari sisi sosial dan ekologi. Terjadinya bencana ekologi seperti banjir dan longsor salah satu dampak yang sedang kita rasakan.

Sepertinya tidak akan pernah habis cerita unik yang terjadi dalam kegiatan pertambangan emas ilegal di Aceh. Selain bermain di zona merah atau zona terlarang atau zona lindung, juga terdapat banyak cerita lain.

Tidak hanya manusia yang menjadi pekerja dalam kegiatan ilegal tersebut, hewan juga diikutsertakan terlibat aktif untuk membantu kerja kerja manusia. Kerbau contohnya, kerbau dijadikan sebagai alat transportasi untuk mengangkut bahan bakar minyak untuk alat berat di lokasi pertambangan emas ilegal.
3-1.jpg
Atas instruksi "pilot" kerbau dipaksakan membawa jeregen minyak isi 30 liter dalam Medan tanjakan bukit, jalan berlumpur, juga harus mengarungi sungai. Bukan satu jeregen, secara bertahap kerbau harus membawa puluhan jeregen. Dalam sehari biasanya kerbau mampu membawa sekitar 30 jeregen dengan Medan jalan yang cukup parah.
5.jpg
Tidak saya sebutkan lokasi dimana, ongkos antar satu jeregen seharga 100 ribu per 100 meter jarak antar. Rata - rata posisi alat berat dengan lokasi camp tempat tampungan BBM berjarak 200 meter, artinya dalam setiap jeregen biaya antar antara 150-200 ribu rupiah.

Bagi orang yang menggunakan kerbau dalam sehari mendapatkan penghasilan rata - rata 4 juta rupiah. Sedangkan bagi orang yang hanya mengandalkan bahu, hanya mampu mengantar 4-5 jeregen perhari, artinya juga mendapatkan penghasilan sekitar 1 juta perhari.
2.jpg
Dari jumlah pendapatan sekitar 4 juta, pertanyaan kemudian kerbau mendapatkan "jatah" berapa. Biaya operasional kerbau dalam sehari tergolong cukup murah, karena makan dan minum tersedia gratis dalam kawasan hutan juga berada di lokasi yang sama. Biaya lain untuk kerbau sepertinya tidak ada
6-1.jpg
Sampai kapan kondisi ini terus dipertahankan oleh pemerintah. Bukan masalah ekploitasi kerbau, tetapi aktifitas pertambangan emas ilegal ini. Secara ekonomi harus diakui, mereka sejahtera. Akan tetapi secara ekologi kita mendapatkan kerugian yang cukup besar. Walhi Aceh merelease bencana ekologi di tahun 2017 terjadi sebanyak 120 kali dengan berbagai bentuk. Sedangkan tingkat kerugiannya harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah berkisar 1,5 Triliun. Total kerusakan hutan di tahun 2017 mencapai 26 ribu hektar lebih. Pertanyaan kemudian siapa yang akan bertanggung jawab atas kondisi di atas.

Semoga bermanfaat tulisan ini, mohon masukan untuk kesempurnaan ke depan.

Salam adil dan lestari @nasir83

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Bereh, tulisan yg sangat menarik

Nyan ranking bek le bak 26 @andrimunazir kajeut lanjut, perbanyak postingan Mangat bagah jiek

Oke bg, thanks beh... Bek tuwoe sigoe2 neu upvote ata lon beh hehehe