Sumber Foto: https://sport.detik.com/sepakbola/berita/4069031/kekalahan-telak-yang-tak-disangka-arab-saudi
Bagi temn2 Steemities yang merayakan, penulis mengucapkan Ied Mubarrak, Tawabbalallhu minni waminkum, Minal ‘aidinal-faizin!
Kemarin (15/6/18), sekitar 1.8 milyar Umat Islam (Muslim) merayakan Hari Raya Idul Fitri. Layaknya perayaan, mereka menikmati suasana penuh kegembiraan, mengenakan pakaian terbaik, menyantap makanan terlezat, sesuai dengan standar dan kemampuan masing-masing. Sebagian Umat beruntung dapat merayakan Idul Firi secara yang sangat “wah”, sebagian sederhana, sebagian, tidak mustahil, bahkan “sangat-sangat” sederhana. Perayaan ini layak bagi Umat karena mereka --kecuali yang berhalangan atau belum terkena kewajiban agama—baru saja memenangkan “jihad besar” (istilah Rasul SAW) yaitu mengendalikan musuh yang terbesar, hawa nafsunya sendiri.
Perayaan dimulai dengan Salat Ied, bukan salat wajib, tetapi salat yang sangat dianjurkan (Arab: sunnah muakkadah) yang sarat dengan kumandang takbir, Allah Akbar. Kumandang serupa diriwayatkan dilakukan Umat ketika berhasil memenangkan peperangan yang menentukan tapi tanpa pertumbuhan darah; yaitu, ketika menaklukkan Mekkah dari Kaum Quraisy sekitar 13-14 milenium yang lalu. Patut diduga, Takbir merupakan formula sederhana yang dapat mengubah energi emosional “kemenangan besar” ke dalam bentuk sikap rendah hati (humility), perasaan remeh di hadapan Rabb, sekaligus rasa harga diri yang positif di hadapan sesama (dignity). Takbir dapat mengubah kegembiraan suatu kemenangan menjadi euforia mubazir dan kekanak-kanakan.
Pertanyaan yang layak diajukan adalah apakah semua Muslim secara aktual mampu merayakan Idul Fitri kali ini secara layak secara kemanusiaan? Jawabannya, kemungkinan negatif. Sebagian Muslim patut diduga tidak beruntung tidak dapat merayakannya secara layak; khususnya, di daerah miskin atau terpencil atau lingkungan kumuh di sebagian kawasan Asia-Afrika, di kamp-kamp pengungsian di kawasan Timur Tengah dan Kota-kota besar Eropa, dan di daerah konflik di Afganistan, Irak dan Yaman.
Sukar untuk membayangkan Muslim di wilayah sekitar Pelabuhan Hudayah Yaman (*) dapat menikmati suasana perayaan Idul Fitri secara layak. Kenapa? Karena wilayah ini baru saja digempur oleh pasukan sekutu yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Sukar membayangkan logika pemilihan sasaran tempur ini? Kenapa? Karena pelabuhan ini merupakan tempat terpenting bagi penyaluran bantuan kemanusiaan bagi korban konflik berdarah-darah di Yaman.
Lihat http://www.bbc.com/indonesia/dunia-44496011.
"Direktur Eksekutif WFP, David Beasley mendesak semua pihak "untuk memenuhi kewajiban melindungi warga sipil dan prasarana sipil, serta menghormati hukum kemanusiaan internasional".
Pesawat tempur koalisi sering kali menggempur pelabuhan Hudaydah dalam tiga tahun terakhir meskipun tempat itu penting bagi operasi kemanusiaan. Blokade sebagian pihak koalisi terhadap Hudaydah juga sangat mengurangi impor bahan-bahan kebutuhan pokok.
Dewan Keamanan PBB melakukan rapat tertutup pada hari Kamis (14/06), di tengah kekhawatiran perang akan menyebabkan ribuan orang sipil menjadi korban dan memicu masalah kemanusiaan yang lebih besar.
Sukar membayangkan logika pemilihan waktu serangan? Karena serangan itu dilancarkan satu-dua hari sebelum Hari Raya Idul Fitri."
Sukar membayangkan perhatian publik global menaruh perhatian terhadap tragedi kemanusiaan ini. Kenapa? Karena perhatian mereka tertuju pada Event Piala Dunia di Rusia.
Sukar membayangkan logika pemilihan waktu Event itu yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Demikian tidak relevankan perasaan kolektif Umat dengan populasi 1.8 milyar jiwa?
Sukar membayangkan Kesebalan Arab Saudi “dihajar” (istilah Detik kesebelasan Rusia pada Hari Raya Idul Fitri. Kenapa? Karena kesebelasan ini konon dipersiapkan secara “wah” dari sisi anggaran; juga, pertandingannya dihadiri oleh Pangeran Arab Saudi.
Lihat https://sport.detik.com/sepakbola/berita/4069031/kekalahan-telak-yang-tak-disangka-arab-saudi
"Arab Saudi dihajar Rusia 0-5 dalam pertandingan yang berlangsung di Luzhniki Stadium, Kamis (14/6/2018) malam WIB. Gawang yang dikawal oleh Abdullah Al Muaiouf, bergantian dibobol oleh Iury Gazinsky, Denis Cheryshev (dua gol), Artem Dzyuba, dan Aleksandr Golovin.
Dalam pertandingan melawan Rusia, Arab Saudi sebenarnya bisa melakukan penguasaan bola lebih banyak. Situs FIFA melansir data angka ball possession mereka mencapai 60 persen".
Congratulations @uzair19! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit