Aku cinta J.A.K.A.R.T.A

in jakarta •  6 years ago 

Judul tulisan ini terambil dari lagu milik band indie Jakarta yang sempat populer di dekade 2000-an. Jaman itu belum ada ERK (kalau tidak salah). Lagu ini terngiang-ngiang dibenak saya sepanjang tiga hari terakhir ini.

Ya, seperti kita tahu, beberapa malam yang cukup melelahkan di Jakarta. Bukan apa-apa, tempat kerja plus tempat tinggal saya lokasinya tak seberapa jauh dari titik-titik rawan yang kemarin ramai. Meskipun di panas-panasnya kerusuhan, lokasi saya relatif aman.

Di jam-jam meledaknya gesekan, saya sedang bersama beberapa muka lelah driver ojol yang merana di warung Indomie karena dua hari kemarin sepi orderan. Kantor-kantor di Kawasan sudirman memutuskan meliburkan diri. Jalan rasuna said lengang lancar jaya. Saya sih tetap berangkat kerja. Karena saya memang anak yang rajin. Agak sedikit macet di perempatan imam bonjol sebab banyak polisi berjaga di sekitar gedung KPU.

Salut untuk semua elemen yang terus berupaya menjaga kententraman ini, utamanya para demonstran yang dengan tertib damai membubarkan diri sesuai dengan ketentuan jam unjuk rasa. Salut untuk TNI-Polri yang tidak kenal lelah berjaga siang malam. Salut untuk semua warga yang turut mengamankan situasi, tidak terbakar provokasi. Salut untuk awak media yang rela menerjang gas air mata yang konon terbikin dari kenangan itu (pantesan perih!).

FF62FEBE-BA47-4F71-A7B2-F552E52DA219.jpeg
Jepretan ciamik fotografer tirto.id yang membuat kerusuhan kemarin bagaikan adegan battle of hogwarts.


Menyaksikan Kabar burung bekerja

Ya, malam itu sambil menunggu indomie mateng, saya iseng membuka twitter dan mencari komentar-komentar netizen yang budiman tentang Petamburan, Slipi, Tanahabang, dan Jalan Sabang. Banyak sekali tweet beredar malam itu. Opini, analisa, rumor, dan tentu saja, hoax. Saya lihat sebuah tweet (yang sangat diragukan kebenarannya) mulai diretweet oleh banyak akun. Disusul oleh tweet lain, yang tentunya kabar burung jua. Apakah twitter memang sarang yang baik untuk kabar burung? :D

Fenomena ini kemudian diganti dengan aksi balas membalas hashtag. Tentu saja dari kubu 01 dan 02. Saya nyimak aja. Scroll-scroll layar hp sambil menyantap indomie. Saya teringat Tsamara caleg PSI, juga Faldo Maldini. Keduanya populer di jagat twitter, tapi tidak berhasil dapat kursi. Twitter memang sampah betul. :D

Beralih ke Facebook, kondisinya lebih mengenaskan. Saling ejek dan nyinyir nya lebih parah, lebih dalam, karena ruang buat cuap-cuapnya juga lebih banyak. Saya cuma bisa mengunyah indomie dengan muram. Ini orang-orang kenapa pada punya energi berlebih buat nyinyir sih. Pilpres nya sudah selesai. Unjuk rasa nya sudah selesai. Warga di kebon sirih yang notabene di episentrum kejadian huruhara saja bisa menahan diri, ini yang jauh-jauh malah sibuk mengompor-ngompori.

A4B4B42B-39C6-458F-9E04-6593048249A8.jpeg

AD325907-4220-4A59-8195-4DDC7A25E16C.jpeg

E25C5080-7292-4EF1-A3AA-4136C8FCC45D.jpeg

Gambar-gambar kiriman kawan via Whatsapp kira-kira satu jam sebelum gesekan kerusuhan pertama. Calm before the storm.


Dari layar TV, terlihat polisi mulai bergerak maju. Menghalau massa yang masih bertahan di sekitar gedung Bawaslu. Situasi memanas, polisi makin merangsek maju. Massa berlarian, ada yang masuk ke gang-gang kebon kacang. Wah, saya kepikiran teman-teman yang tinggal disitu. Gimana mereka sahurnya nih. Mau sahur tapi di jalanan bertebaran gas air mata...

“Dih, nyerangnya pakai kembang api!” Kata driver ojol yang mukanya kelihatan sudah sangat mengantuk.

“Dih, larinya ZigZag! Kayak main PUBG.” Kata rekannya.

“Noh, dorong gerobak, bawa molotov. Itu kayaknya masih bocah nanggung dah umurnya,” kata rekannya yang lain.

Mata mereka lekat menatap televisi. Saya yakin diantara mereka sudah tidak ada lagi itu konstetasi politik, kubu 01, 02, Golput, Kampret, Cebong, atau apalah. Semuanya sudah cukup melelahkan. Mereka pastinya berharap esok hari jalanan kembali ramai, kantor-kantor kembali buka. Saya pun demikian.

Waktu saya menulis ini, seorang kawan di facebook mengunggah status: “orderan sablon kaos 2000 biji belon kelar. Besok tenabang dah buka belum ya?”

Semoga, pak cik, semoga...

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Telah @puncakbukit resteem ke ribuan follower yaa.. :}