Ibu Kedua Kami

in kantong •  6 years ago 

Jika kesedihan bisa berbicara mungkin akan tampaklah ragam cabangnya

Sedih dan gembira memanglah silih berganti

Taatkala jiwa dan raga merasa dialah yang paling menderita

Lukanya terlalu dalam

Rersimpan rapi dalam lembaran sanubari

Banyak simpanan lara mebuat jiwa dan raganya kian luluh lantak

Usianya baru memasuki kepala lima

Jangan tanya sedih gembiranya

Baginya semua tak ada bedanya

Lamunannya sering balik ke masa lalu

Raut mukanya tak tentu

Tubuh ringkihnya tak lagi tegak perkasa

Masa perkasanya telah berganti

Ibarat batre yang soak

Kantong memorinya telah penuh

Tak mampu lagi mencerna antara nyata dan alam hayalan

Raganya tak mampu berdamai dengan dirinya sendiri

Ibarat bendungan jebol

Itulah gambarannya

Seorang perempuan yang bukan ibu kandungku

Darinya akupun bercermin

Hidup ini haruslah disyukuri

Ilmu agama adalah pelita hidup

Tatkala pelita kita padam

Dalam terang benderang kita tersesat

Kini semuanya tinggal kenangan

Engkau pergi menjelang bulan ramadhan tahun ini

Semoga Allah mengampuni segala dosamu

Meluaskan kuburmu

Menempatkanmu dalam surga firdaus_nya

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!