Jika kesedihan bisa berbicara mungkin akan tampaklah ragam cabangnya
Sedih dan gembira memanglah silih berganti
Taatkala jiwa dan raga merasa dialah yang paling menderita
Lukanya terlalu dalam
Rersimpan rapi dalam lembaran sanubari
Banyak simpanan lara mebuat jiwa dan raganya kian luluh lantak
Usianya baru memasuki kepala lima
Jangan tanya sedih gembiranya
Baginya semua tak ada bedanya
Lamunannya sering balik ke masa lalu
Raut mukanya tak tentu
Tubuh ringkihnya tak lagi tegak perkasa
Masa perkasanya telah berganti
Ibarat batre yang soak
Kantong memorinya telah penuh
Tak mampu lagi mencerna antara nyata dan alam hayalan
Raganya tak mampu berdamai dengan dirinya sendiri
Ibarat bendungan jebol
Itulah gambarannya
Seorang perempuan yang bukan ibu kandungku
Darinya akupun bercermin
Hidup ini haruslah disyukuri
Ilmu agama adalah pelita hidup
Tatkala pelita kita padam
Dalam terang benderang kita tersesat
Kini semuanya tinggal kenangan
Engkau pergi menjelang bulan ramadhan tahun ini
Semoga Allah mengampuni segala dosamu
Meluaskan kuburmu
Menempatkanmu dalam surga firdaus_nya