kaum ibu memprotes keras upaya pengataruan angka kelahiran di desanya.
"Aceh Utara boleh saja dicap sebagai Kabupaten Termiskin di Aceh, tapi Pemerintah jangan coba-coba mengatur kapasitas produksi dari "pabrik" kami. Kami tidak khawatir jika nanti tidak mampu memberi makan anak-anak kami, yang penting harga kakao dan pinang tetap tinggi", ujar Milea, seorang ibu rumah tangga yang merupakan salah satu peserta pada acara sosialisasi tersebut.
Milea merasa heran dengan Pemerintah yang sibuk mengurus jarak tanam para petani, yang menurutnya sangat tidak penting sama sekali.
"Terserah kami donk mau mencangkul dan menanam sesuka kami, toh sawah dan ladang ini kan punya kami? Pemerintah siapkan saja infrastruktur yang diperlukan, seperti irigasi, jalan usaha tani, pupuk bersubsidi, dll", tambah Milea.
Sementara Dilan yang juga turut sebagai peserta hanya senyum-senyum malu, sembari merapikan rambutnya yang acak-acakan karna tidak sempat disisir, saking terburu-buru mengikuti acara sosialisasi dan takut tidak kebagian amplop transportasi.