Kisah Gampong Geulanggang

in kisah •  7 years ago 

KISAH GAMPONG GEULANGGANG

Tersebutlah seorang pemuda, Tgk Abdullah bin Husin, dari Pulo Iboh, Peusangan, pergi ke Gampong Rambong, Pidie, untuk belajar agama. Usai “meudagang” sang pemuda tersebut kembali ke Peusangan dan menambah ilmu lagi pada Tgk di Awei Geutah. Kemudian sang pemuda tersebut dikawinkan dengan salah seorang putri Tgk di Awei Geutah dan sebagai tempat berteduh diberikan sebuah rumoh Aceh.

Kemudian Tgk Abdullah meminta izin pada mertuanya untuk membuka tempat seumubeut sambil membuka gampong. Maka jatuhlah pilihan ke sebuah tempat yang disebut Geulanggang Leumoe. Kawasan itu tidak ada penduduknya dan sebagian dijadikan tempat gembala sapi dan kerbau milik Ampon Nago dari Peusangan yang dilepaskan begitu saja. Kawasan itu juga ditumbuhi dengan batang capa yang sangat lebat dan tinggi. Di satu tempat ada sebatang pohon geulumpang yang sangat besar dan tinggi, di bawahnya ada “abeuk” dan sering dijadikan sebagai teumpat peuglah kaoy yang sangat elit oleh penduduk di sekitar Bireuen.

Tgk Abdullah kemudian memilih sebuah tempat mendirikan rumahnya, yaitu rumah Aceh yang diangkut dari Awei Geutah, pemberian mertuanya. Di samping rumah itu digali sebuah kolam tempat mengambil wuduk untuk shalat. Lama kelamaan ramailah orang yang datang mengaji ke tempat itu dan jadilah sebuah kampung kecil yang disebut Geulanggang Meunasah Kulam. Untuk melayani semua itu Tgk Abdullah berkunjung kembali ke Rambong, Pidie, meminta kepada gurunya beberapa orang Tgk muda untuk dijadikan Tgk dayah. Gurunya memberikan dua orang tgk muda yang berasal dari Meureudu dan keduanya masih bersaudara sepupu dan berakhlak sangat baik, yaitu Tgk Hasballah dan Tgk Abdurrahim.

Tgk Abdullah mempunyai dua orang anak perempuan yang sangat cantik, Halimah dan Latifah. Kedua anaknya tersebut kemudian dinikahkan dengan dua orang Tgk muda dari Meureudu, yaitu Halimah dengan Tgk Hasballah, dan Latifah dengan Tgk Abdurrahim. Kemudian dari keturunan kedua merekalah akhirnya menjadi asas penduduk Geulanggang Meunasah Kulam yang kemudian berkembang biak.
Lama kelamaan keluarga tersebut makin berkembang dan memenuhi kawasan Geulanggang tersebut kecuali sekitaran pohon Geulumpang teumpat peuglah kaoy karena tak ada yang berani menebangnya dan membersihkan hutannya. Akhirnya sepakat untuk membelah kampung itu menjadi tiga dan lahirlah Geulanggang Gampong, Geulanggang Teungoh, dan Geulanggang Kulam sebagai kampung induk. Kampung Geulanggang Kulam sering disebut Meunasah Kulam. Di Geulanggang Teungoh kemudian dibangun sebuah meunasah yang baru dan oleh sebab itu Geulanggang Teungoh kemudian lebih populer dengan nama Meunasah Barou. Geulanggang Gampong yang juga mempunyai meunasah sendiri lebih dikenal dengan nama Cureh. Meunasah barou ini unik karena meunasahnya berbeda dengan kedua kampung lain yang dibangun dari rumah Aceh, Meunasah barou ini bangunan beton permanen dengan tiang tengahnya batangan rel kereta api.

Tahun 1970an, seorang adik dari nenek saya, Tgk Muhammad Insya, pernah kembali ke Meureudu mencari saudara-saudaranya di sana dan dia menemukannya dan beliau sangat dimuliakan, namun tidak disebutkan kampung apa.

Mempelajari asal penduduk Geulanggang jelas asal dari Pulo Iboh + Awei Geutah + Meureudu. Susur galur dari keturunan Tgk Abdullah bin Husin sampai sekarang masih dapat ditelusuri karena masih ada jalur inti yaitu keturunan Geuchik Karim, dan keturunan Tgk Cut Ajad (ayah dari nenek saya) yang kawin dengan putri Tgk Diwa, dan Tgk Ridwan (ayah Pak Ramli Ridwan, SH, mantan Plt Gubernur Aceh dan Bupati Aceh Utara). Tgk Cut Ajad sendiri juga berasal dari Meureudu. Keluarga inti lainnya yaitu keluarga Geuchik Akop Meunasah Barou, dan keluarga Geuchik Akop Meunasah Kulam. Jadi pada intinya, hampir 80 % penduduk Gampong Geulanggang adalah dari satu keturunan yang sama.

Demikian cerita yang dapat saya kumpul dari penuturan dengan Nek Dan, seorang penduduk yang paling sepuh di Geulanggang Kulam. Saya mewawancarai beliau beberapa kali dan terakhir, di Medan sebelum beliau meninggal dunia. Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik kepadanya bersama isteri beliau yang selalu ikut menambah informasi ketika diwawancarai.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @mawardihasan! You received a personal award!

1 Year on Steemit

Click here to view your Board

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations @mawardihasan! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!