Di sebuah desa kecil yang terletak di kaki gunung, hiduplah seorang nenek tua bernama Nenek Siti. Di usianya yang sudah sangat lanjut, Nenek Siti hanya memiliki satu keinginan sederhana: melihat anak-anak desa tumbuh bahagia dan sehat. Setiap sore, dia duduk di bawah pohon beringin tua di tengah desa, mengamati anak-anak bermain sambil mengisahkan cerita-cerita lama yang penuh makna.
Namun, seiring berjalannya waktu, kekuatan Nenek Siti semakin menurun. Tubuhnya mulai lemah dan langkahnya tak lagi sekuat dulu. Tapi dia tetap setia di bawah pohon beringin, karena dia percaya bahwa tempat itu adalah tempat yang penuh keajaiban dan harapan.
Suatu hari, saat matahari mulai tenggelam di balik pegunungan, seorang anak laki-laki bernama Raka mendekati Nenek Siti. Raka adalah seorang anak yang sering merasa cemas dan kesepian karena orang tuanya sibuk bekerja dan jarang memiliki waktu untuknya. Nenek Siti menyadari kesedihan di mata Raka dan memutuskan untuk membagikan sebuah cerita yang istimewa.
"Nak," kata Nenek Siti lembut, "aku ingin menceritakan sebuah cerita tentang sebuah bintang yang kehilangan sinarnya."
Raka duduk di samping Nenek Siti dengan penuh perhatian. Nenek Siti mulai bercerita tentang sebuah bintang di langit yang dulunya sangat bersinar, tetapi seiring waktu, cahayanya memudar dan ia merasa tidak berarti lagi. Namun, suatu hari, seorang anak kecil di bumi melihat bintang itu dan merasa terinspirasi. Anak itu memandang bintang itu setiap malam dan merasa ada sesuatu yang khusus dalam cahayanya. Anak itu kemudian mulai menggambar gambar-gambar indah dan menuliskan puisi tentang bintang tersebut, dan akhirnya, kisah bintang itu tersebar ke seluruh dunia.
"Walaupun bintang itu merasa tidak bersinar lagi," lanjut Nenek Siti, "ia masih memiliki kekuatan untuk menyentuh hati orang-orang dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih indah."
Raka mendengarkan dengan penuh rasa haru. Cerita itu menyentuh hatinya, dan dia merasa seperti Nenek Siti berbicara langsung kepadanya. Selama beberapa hari berikutnya, Raka mulai menggambar dan menulis puisi, mencurahkan perasaannya yang selama ini terpendam. Dengan bantuan Nenek Siti, Raka menemukan cara baru untuk berbagi perasaannya dan membuat teman-temannya merasa bahagia.
Suatu sore, Nenek Siti tampak semakin lemah dari biasanya. Raka datang dengan gambar dan puisi yang telah dia buat untuk Nenek Siti. Ketika dia mempersembahkan karyanya, mata Nenek Siti berkaca-kaca. “Terima kasih, Nak. Ceritamu dan karyamu membuatku merasa bintang di langit.”
Hari berikutnya, Nenek Siti tidak bisa lagi datang ke bawah pohon beringin. Namun, Raka dan anak-anak desa berkumpul di sana setiap sore, membacakan cerita dan menunjukkan karya mereka sebagai penghormatan untuk Nenek Siti. Pohon beringin yang dulu hanya menjadi tempat duduk nenek, kini menjadi tempat di mana kisah dan kenangan bersemangat.
Raka tumbuh dewasa dengan penuh rasa terima kasih dan inspirasi. Dia menjadi penulis terkenal, menulis tentang bintang-bintang dan kekuatan cerita, selalu mengingat betapa sebuah kisah sederhana dari Nenek Siti telah mengubah hidupnya.
Di bawah pohon beringin, di desa kecil itu, masih terdengar bisikan cerita dan tawa anak-anak, seperti warisan cinta dan harapan yang ditinggalkan oleh seorang nenek yang penuh kasih dan keajaiban.