Suap atau menyuap terus saja mengalir bagai tetes air yang tak pernah habis-habisnya. Jika pada masa orde lama (orla) dan orde baru (orba), jarang sekali menyaksikan kasus suap-menyuap muncul di ruang publik , baik lewat televisi maupun surat kabar. Kasus-kasus seperti itu sepertinya sengaja ditutupi. Namun dewasa ini, sejak komisi pemberantasan korupsi (KPK) mulai dibentuk, masyarakat mulai menonton para koruptor dilayar kaca atau membaca dikoran-koran, sama hebohnya dengan menyaksikan pertandingan sepakbola dalam iventpiala dunia.
Aktor-aktor pelaku korupsi satu persatu ditemukan, masuk bui. Namun bermuculan pula aktor-aktor baru dalam dunia suap-menyuap. Pekerjaan suap dan menyuap terus saja terjadi, perilaku ini sepertinya sudah mendarah daging dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dinegeri Indonesia tercinta. Mereka tak gentar dengan tuntutan hukum, apalagi bagi yg beragama islam, pelaku suap atau yang menyuap hukumannya sama saja. Di mahkamah Tuhan nanti juga akan dimintai pertangungjawaban, pertanyaannya mengapa tak pernah habis, laksana seekor tikus sambung menyambung menjadi satu. Masya allah!
Diantara yang tertangkap tangan oleh tim komisi pemberantasan korupsi (KPK) nota bane adalah oknum wakil rakyat, Oknum Gubernur, Oknum Walikota, dan Okunum Bupati serta pejabat negara lainnya. Padahal para oknum tersebut, pesangon dan fasilitas hidupnya ditanggung rakyat dan negara, tetapi para oknum masih pula memanipulasi negara dan rakyat. Padahal ketika ingin duduk dikursi jabatannya, para oknum mengumbar sekian janji akan setia berjuang untuk kepentingan rakyat. Setelah menempati posisi mengapa lupa kepada rakyat. Malahan oknum-oknum tersebut sangat suka mengerat laci, menghabisi segala isi, membuat istana pribadi. Seharusnya berkaca diri buat apalagi menerima suap, sedangkan gajinya saja cukup untuk disimpan buat beberapa keturunan.
Di musim ini, rakyat-bangsa dan negara ini membutuhkan para wakil dan pemimpin bangsa yang berkenan memikirkan kemajuan bangsa dan negara, bukan yang menebalkan kantong jas sapari atau mengemukakan rekening pribadinya di bank.
Ini saya tuliskan kembali karena tahun ini telah dicanangkan sebagai tahun politik. Jadi, barangsiapa dalam pertarungan politik nantinya yang menjadi pemenang diharapkan berkaca pada janji-janjinya di masa kampanye. (TULISAN SAYA YANG BERTEMA SAMA DENGAN TULISAN INI PERNAH DIPUBLIKSAKAN DI KOLOM REFLEKSI HARIAN UMUM HALUAN, SENIN 30 MARET 2009).
#Sementara Tiga foto yang tampil dalam tulisan ini sumbernya dari Majalah INTEGRITO vol. 56/IV/Maret-Apr 2017 dan Volume 54/VIII/ Nov-Des 2016.
Koruptor sekarang sudah ngak ada rasa malu nya lagi, Bang.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Betul adinda Idafitri, seperti telah menjadi darah dan daging bagi para koruptor, serta urat malunya sudah putus. Salam
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Entah siap yang telah merusaknya, mas emong soewandi, Ah!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit