Pada bab ini saya akan mereview tentang bagaimana jejak Spirit di aceh, jejak spirit di aceh tidak lagi menghasilkan sistem berpikir dalam kehidupan kebudayaan Aceh. Hal ini sesuatu yang bersifat spirit tidak mampu diterjemahkan ke dalam realitas kehidupan nyata masyarakat sehingga spirit aceh seolah olah telah tenggelam ditelan masa. Dan kekuatan spirit yang masih di praktikkan dan memiliki makna adalah tardisi meugeure tau menuntut ileume di kalangan masyarakat aceh.
Tradisi meugure bahka dianggap sudah old fashion, dapat dikatakan bahwa hamper semua praktik yang mendatangkan spirit telah sirna dan dianggap sesuatu yang tidak masuk akal.padahal semua tradisi spiritual itu dilakukan oleh manusia yang juga pada awalnya menggunakan akal untuk menghasilkannya. Masyarakat di perkampungan juga mulai mininggalkan cara mencari rezeki dengan pola beureukat, karena tidak memberikan hasil yang amat cepat, karena proses mencari penghasilan tidak lagi model beureukat, maka yang kaya selalu merasa dirinya selalu miskin sedangkan yang miskin berusaha untuk kaya secepatnya.
Proses penyamaian spirit di aceh di dalam konteks tidak lagi mudah.hal ini disebabkan ketiadaan upaya untuk melakukan transformasi mengenai kekuatan yang abstrak yang muncul di dalam masyarakat aceh. Karena sistem berpikir yang sangat abstrak telah sirna maka sistem berpikir masyarakat yang muncul adalah sistem materi. Selain itu, tidak ada lembaga khusus yang menawarkan bagaimana pengkajian secara serius mengenai spirit aceh.
Dalam kajian spirit asia tenggara, disebutkan bahwa lanskap spirit itu berada pada tiga kawasan yaitu gunung, perpohonan dan sungai. Sedangkan masyarakat jawa masih meyakini hal-hal mistik dari gunung, pohon, dan laut. Hanya saja di sini titiknya adalah kekuatan yang lain menguasai alam kenudian mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap kepercayaan yang di anut oleh mereka. Dan harus diakui bahwa topik mengenai spirit akan mengiring kita pada konteks sejarah aceh. Namun jika kita membahas tentang budaya aceh maka akan sampai kepada kontruksi keacehan masih megundang sejumlah perdebatan.
Dalam ilmu sosial kajian tentang spirit memang menjadi wilayah tersendiri khususnya ketika memahami struktur pemikiran suatu komunitas yang masih sangat berkegantungan kepada persoalan spirit. Hal ini juga terjadi pada persoalan kebudayaan pada beberapa aspek tertentu masyarakat masih bertahan pada kesepakatan bersama mengenai makna simbolik. Ketika pemikrin terhadap makna simbolik maka ini kerap mengundang perdebatan dikalangan masyarakat. Pada masyarakat perkotaan hal yang bersifat simbolik cenderung di pandang sebagai symbol ke acehan. Sementara di kalangan masyarakat kampung mereka kerap menganggap sebagai budaya endatu. Artinya spirit pembangunan aceh saat itu adalah melalui ilmu pengetahuan. Dan struktur berpikir masyarakat aceh pada zaman tempoe doeloe sangat bisa di ukur dan di anggap sebuah legasi kebudayaan yang sangat mapan.
Dan paham ke acehan mampu menerima spirit ini karena ada pandangan orang aceh tidak boleh menjadi kafir, karena aceh adalah tanah para aulia. Jadi konsep kaphe dan aulia merupakan batas spiritualitas yang tidak dapat dinegosiasikan di aceh. Sedangkan di tingkat dalam (istana) kebudayaan diatur dalam bentuk undang-undang sebagain penyamain kebudayaan adan intelektual.
Pada kenataan ini menyiratkan bahwa untuk membangkitkan kembali spirit memalui perjuangan dan budaya, perlu diadakan “dialog” antar masa sekarang dengan masa lalu untuk membangun aceh ke depan.