Hujan masih menguyur Banda Aceh dari pagi hingga kumandang azan magrib. Tepat kala muazzin mengebang melalui mikrofon, alam benar-benar basah oleh hujan yang sangat deras. Tanah lapang di dekat mushalla kecil di mana aku sering menunaikan shalat, benar-benar tenggelam oleh air yang mencapai semata kaki lembu betina berbulu coklat keemasan.
Betina itu sedang dara-daranya. Wajahnya sangat feminim. Tatapan matanya lembut. Bulu-bulunya bersih. Pantas saja banyak pejantan yang selalu menggoda sang betina lokal. Kalau kudengar desas-desus, bukan hanya lembu yang jatuh cinta. Seekor kerbau jantan berbulu albino, pun jatuh hati. Mungkin kerbau itu sudah kehilangan orientasi tentang pasangan yang sesuai. Jatuh cinta kepada lembu, adalah sebuah aib bagi kerbau. karena walau sama-sama pemakan rumput, mereka tidaklah dapat disebut sebagai satu ordo.
Hujan kali ini tidak mengenal ampun. Hampir semua lubang kecil di tanah tertutup dengan sendirinya. Kamu bisa bayangkan betapa semut dan tikus serta ular-ular di bumi harus bekerja keras setelah hujan. Tapi tidak bagi betina nan rupawan itu. Ia begitu menikmati tiap tetesan hujan. Ia sedang jatuh cinta. Lembu berbulu belang yang berasal dari Eropa itu, telah membuatnya birahi berkali-kali.
Filingku jarang meleset. Nah, setelah shalat magrib, aku memergoki mereka sedang saling memberikan kasih sayang, di bawah pohon cemara laut yang kuyub disiram hujan. Bila saja para penjaga moral datang, mereka takkan bisa berkilah sedang merumput. Lapangan itu sudah berubah menjadi padang air yang sangat basah. Pucuk-pucuk rumput tenggelam dengan sempurna. Semua kalut dan dekab dingin yang menusuk tulang. Hanya sepasang lembu itu saja yang ngos-ngosan dengan tubuh menghangat di tengah guyuran bayu. Ah, mereka sedang bercinta, berkali-kali, setelah magrib ini. []
Ah..tulisanmu membawa hayal ke masa nostalgia gila :D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit