Di tengah aktivitas rehat (libur kuliah) ini, tentu setiap kita memiliki cara yang berbeda dalam mengisi momen tersebut.
Ada yang membantu orang tua di ladang, di laut, di pasar dan berbagai tempat lainnya tergantung profesi orang tua masing-masing.
Ada pula yang menggunakan waktu libur untuk mencari penghasilan secara mandiri. Selama libur kerja keras banting tulang dalam melunasi SPP serta kebutuhan lain sebagai persiapan menghadapi semester baru nantinya.
Selanjutnya ada tipe orang yang menghabiskan waktu libur dengan melakukan aktivitas sosial di kampung halaman. Sosialisasi di sana sini, buat kegiatan ke sana kemari, berusaha memaksimalkan waktu libur untuk berbaur, mengabdi serta bermanfaat bagi masyarakat.
Setelah ketiga tipe di atas, ada tipe yang sedikit kurang sejalan dengan semangat agent of change sebagaimana yang telah ditabalkan pada mahasiswa. Dahulu kita akrab dengan slogan kuliah pulang - kuliah pulang (kupu-kupu). Mahasiswa kupu-kupu pada umumnya digambarkan sebagai mahasiswa yang kurang produktif dan dianggap tidak peka terhadap lingkungan sosial.
Setelah kuliah pulang – kuliah pulang, kini hadir slogan baru, libur tidur - libur tidur. Mereka pada golongan ini berpendapat bahwa momen libur adalah ajang “balas dendam” setelah lelah menghadapi berbagai tugas kuliah yang berjibun, laporan praktik yang bertumpuk, dikejar-kejar deadline dan sebagainya.
Timbul pertanyaan sekaligus bahan renungan, apakah cara seperti ini sudah tepat untuk seorang yang katanya agent of change?
Tanpa bermaksud menggurui, sedikit tawaran bagaimana mengisi waktu libur agar kepulangan kita bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak di kampung halaman.
Pertama, mengaktualisasikan pengetahuan sesuai jurusan kuliah. Mahasiswa jurusan Ekonomi dan Bisnis bisa saja mengajarkan orang-orang di kampung bagaimana strategi atau terobosan-terobasan dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi saat ini, baik dengan mengadakan workshop atau sekedar duduk di lesehan warung kopi.
Mahasiswa jurusan Komunikasi bisa saja mengajarkan anak-anak muda bagaimana cara mengedit video atau membuat dokumentasi dari sebuah acara, menulis artikel hingga menghasilkan uang dari skill yang diajarkan.
Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris bisa saja membuka kelas singkat kepada para anak muda dan adik-adik di kampung halaman. Ajarkan mereka tips-tips menguasai bahasa Inggris. Sampaikan kepada mereka betapa pentingnya mengusai bahasa asing di era sekarang ini.
Kedua, adakan berbagai kegiatan ke sekolah-sekolah. Sosialisasikan kepada para siswa bagaimana alur masuk perguruan tinggi. Apa yang harus disiapkan oleh para calon mahasiswa. Bagaimana cara menjadi mahasiswa yang aktif, mandiri dan berprestasi.
Sosialisasi menuju perguruan tinggi penting sekali digalakkan mengingat semangat melanjut pendidikan dari tingkat SMA di kampung-kampung sedikit sekali. Satu hal yang menjadi renungan kita bersama. Para siswa SMA sederajat di perkampungan pada umumnya, ketika ditanya apakah setelah lulus SMA ingin melanjutkan kuliah atau tidak, jawabannya kebanyakan tidak.
Mulai dari beragam alasan seperti merasa tidak mampu membiayai kuliah, terlalu banyak wisudawan pengganguran, hingga tawaran kerja sebagai buruh yang terlihat lebih menjamin dan bisa langsung dirasakan hasilnya tanpa harus berlelah-lelah kuliah terlebih dahulu.
Ini merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama. Mereka butuh lebih banyak motivasi, semangat dan kekuatan serta pencerahan untuk meredahkan ketakutan tersebut. Mindset jelek tentang pendidikan yang tertanam di masyarakat sebagaimana yang telah digambarkan di atas mesti sama-sama diberantas dan dihapuskan.
Ketiga, mengadakan berbagai lomba yang bersifat mencerdaskan dan meninggkatkan semangat belajar. Kegiatan lomba yang dimaksud seperti cerdas cermat, rangking satu, lomba pidato, lomba tahfidzul Quran dan sebagainya di sekolah atau di kampung halaman bersama teman-teman mahasiswa lainnya.
Mengenai pendanaan dan sebagainya bisa saja berkoordinasi dengan pihak sekolah atau dengan mengajukan proposal bantuan dana ke intansi-intansi di sekitar kampung halaman kita.
Setelah ketiga poin di atas, penulis menyebut isi tulisan ini 3 plus 1. Sebagai tambahan plus 1 nya adalah terlibat dalam setiap kegiatan sosial di masyarakat seperti, gotong royong mingguan, menggegas gerakan membersihkan masjid, parit, jalan raya serta terlibat dalam kegiatan masyarakat lainnya.
Dengan demikian, ada banyak sekali yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan waktu libur agar lebih bermanfaat daripada sekedar libur tidur - libur tidur semata. Bila sudah melakukan satu diantara 3 plus 1 poin di atas, maka dengan sendirinya kita telah mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat.
Poin ketiga pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yang telah disebutkan, sudah selayaknya diaktualisasikan melalui momen libur ini, dengan harapan agar terciptanya agent of change sebagaimana yang di cita-citakan oleh bangsa dan negara.
Menutup tulisan ini, Allah Swt berfirman, “Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah: 148).
Terakhir, tulisan ini tidak diperuntukan kepada mahasiswa semata. Namun lebih dari itu, semua yang tengah menikmati masa libur di kampung halaman. Terlepas apakah sebagai pembisnis, politisi, dosen dan berbagai profesi lainnya. Bak pepatah, sambil menyelam minum air.
Jadikan kepulangan kita sebagai momen yang dirasakan manfaatnya bagi banyak orang. Kita berharap gerakan kecil ini mampu memberikan perubahan untuk Indonesia yang katanya negera sedang berkembang dan khususnya untuk Aceh yang kini masih bertengger di peringkat 2 kategori provinsi termiskin se-Sumatere. Semoga ada manfaatnya. Salam perubahan!
Steemian Fakir Ilmu
Roni