Skin Does Not Always Reflect the Content |

in life •  7 years ago 

"Do not judge the book by its cover"


Source


On the way from Banda Aceh to Lhokseumawe (Indonesia), we stopped at Seulimum (Aceh Besar) for lunch. My best friend, a man who likes vegetables, chooses a simple restaurant typical of Aceh Besar in Seulimum because it has fairly decent vegetables and it is not unusual in a typical Aceh diner.

I ordered the goat curry and my best friend ordered the fish with vegetables. It was 14.25 WIB. It's a bit late for lunch. No wonder there are not too many people in the restaurant. Plenty of empty tables on the inside. We chose a place inside to be free of pollution and noise.

However, there is another pollution inside. Apparently, the restaurant is cooking in the traditional way and it is often present in typical restaurants. They still use firewood that puffs up the smoke to the inside. So, pretty annoying.

Finally, we chose at the front desk. There are only four tables outside and three of them are full. One table left, filled with a man. Choosing the place in front of the man, I smiled slightly and nodded kindly to him. That's when I had time to look at his face. The skin is black and looks filthy. Her hair was a bit long curly and slightly tangled. His clothes were rundown. I can not pay any more attention, it's not polite. But just looking at a glance and taking a quick look at the meal, I can conclude that the man is filthy and shabby.

Surely not comfortable eating in front of people like that. I focus on food and ignore the man. Since he was at the table first, he must have finished first.


After hand washing, the man cleans the table with a tissue. It leaves no trace of a single drop of water. Grain of rice and splash of soup is also not seen anymore. The table looks like it has never been used. Who would have thought, slum men even have a culture that is clean and civilized.

We often judge a person from the outer shell. In fact, the skin does not always reflect the content, such as the above message that we have often heard; don't judge the book by its cover. A man who cursorily looks like a beggar, even demonstrating cultural nobility.

Contrary to the scenery of Aceh Besar's typical restaurant, on the way back we saw the skins of fruits and plastics sliding out of luxury car glass. The passengers made Banda Aceh - Medan roads into trash cans. I want to record the scene. But the bad moments only happen a moment. Instant but can cause bad effects forever.

Perhaps, the video from YouTube below can be a reference so that we are not easy to judge others:



Source


Kulit tak Selalu Mencerminkan Isi

“Don’t judge the book by its cover”

Dalam perjalanan dari Banda Aceh menuju Lhokseumawe, kami singgah di Seulimum (Aceh Besar) untuk menikmati makan siang. Sahabat saya, seorang yang senang dengan sayuran, memilih rumah makan sederhana khas Aceh Besar di Seulimum karena memiliki sayuran yang lumayan lengkap dan itu tidak lazim di sebuah rumah makan khas Aceh.

Saya memesan kari kambing dan sahabat saya memesan ikan dengan sayuran. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.25 WIB. Sudah agak terlambat untuk makan siang. Tidak heran bila tidak terlalu banyak orang di rumah makan tersebut. Banyak meja kosong di bagian dalam. Kami memilih tempat di dalam agar terbebas dari polusi dan kebisingan.

Namun, ada polusi lain di dalam. Ternyata, rumah makan itu memasak dengan cara tradisional dan itu sudah sering terdapat di rumah makan khas. Mereka masih menggunakan kayu bakar yang mengepulkan asap sampai ke bagian dalam. Jadi, cukup mengganggu.

Akhirnya, kami memilih di meja depan. Hanya ada empat meja di luar dan tiga di antaranya sudah penuh. Satu meja tersisa, diisi seorang lelaki. Karena memilih tempat di depan lelaki itu, saya tersenyum tipis dan mengangguk ramah kepadanya. Saat itulah saya sempat memerhatikan wajah lelaki itu. Kulit wajahnya hitam dan terlihat dekil. Rambutnya agak ikal panjang dan agak kusut. Pakaiannya pun kumuh. Saya tidak bisa memerhatikannya lebih lama, itu tidak sopan. Tapi hanya melihat sepintas dan memerhatikan sepintas lagi ketika makan, saya bisa menyimpulkan bahwa lelaki itu dekil dan kumuh.

Tentunya tidak nyaman makan di depan orang seperti itu. Saya fokus ke makanan dan mengabaikan lelaki itu. Karena dia lebih dulu berada di meja itu, tentunya dia yang selesai lebih dulu.


Setelah cuci tangan, lelaki itu membersihkan meja dengan tisu. Ia tidak meninggalkan jejak satu tetes air pun. Butiran nasi dan ceceran kuah juga tidak terlihat lagi. Meja terlihat seperti belum pernah digunakan. Siapa sangka, lelaki kumuh malah memiliki budaya yang bersih dan berperadaban.

Kita memang sering menilai seseorang dari kulit luar. Padahal, kulit tidak selalu mencerminkan isi, seperti pesan di atas yang sudah sering kita dengar; don’t judge the book by its cover. Lelaki yang sepintas terlihat seperti pengemis, malah menunjukkan keluhuran budaya.

Bertolakbelakang dengan pemandangan di rumah makan khas Aceh Besar, dalam perjalanan pulang kami melihat kulit buah-buahan dan plastik meluncur dari kaca mobil mewah. Penumpangnya membuat ruas jalan Banda Aceh – Medan menjadi tong sampah. Saya ingin merekam pemandangan itu. Tapi momen buruk itu hanya terjadi sekejap. Sekejap tetapi bisa menimbulkan dampak buruk selamanya.

Barangkali, video dari YouTube di bawah ini bisa menjadi referensi agar kita tidak mudah menghakimi orang lain:

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Nice posting.,👍

The advert are fantastic @ayijufridar!!!

Ya bang betul sekali bang @ayijufridar

Sebuah perjalanan yang menyenangkan bang @ayijufridar

salam sejahtera

Ya you're right
Don’t judge the book by its cover
I ever see fenomena like that at coffee shop front of seulimum's mosque about 2 months ago.

Harus seperti itu.. Oiya, kari nya enak?? Hheheh

G boleh sepele sama org lain.
Karena penilaian akan siapa "yg lebih baik" bukan kepentingan kita.
Apalagi kulit, sensitif ini termasuk bagi saya yg berkulit item.

This is so true! We really should not judge anyone just basing on their appearance and looks. Great post!

Sering terjadi, apalagi pada masyarakat kita yang kebanyakan masih menilai segala sesuatu dari luarnya.

Kisah di atas hanya menegaskan saja dua ilustrasi yang bertolakbelakang @ririn. Pemandangan biasa di tengah masyarakat yang masih mengagungkan mulut dan lupa terhadap substansi.

benar kali tu bang kita harus benar bemar jangan sampai salah cara mehakimi orang lain.

Post yang menggugah bang. Bener, kita tidak bisa menilai hanya melihat tampilan luar. Kita tidak tahu apa yang terjadi apabila kita cepat menilai dan ternyata penilaian kita salah.

Keadaan yang terlalu timpang ya bng...oh ya...lanjutan Fanny mencari Dudu belum ada lanjutannya ya? Hmmm...#menunggu

Kulit tak selalu mencerminkan isi.. sangat filosofis cut bang.

Memang benar terkadang kita hanya bisa menilai orang dari luarnya saja, bahkan sebaliknya kita tidak pernah tau bahwa seorang yang menggunakan jas rapi lengkap dengan sepatu kantor hanyalah seorang pencopet yang sedang menyamar untuk itu, tapi bukan itu masalahnya.

Saya sangat sependapat dengan ini, bahkan disepanjang jalan kita banyak menemukan orang yang mungkin tergolong kaya karena bisa menumpang mobil pribadi untuk perjalanan, menjadikan jalan utama Medan-Banda Aceh sebagai tong sampah masyarakat. Maka sudah tidak heran heran kalau anak salak terbang kesana kemari bahkan sampai terkena kaca mobil dibelakangnya, apakah ini wajar ataukah ini kurang ajar. Kita harus memperbaiki ini sama² dan semoga kita tidak salah menilainya. Salam bang @ayijufridar.