Menjemput Masa Depan Gemilang
Saat lulus kuliah, umur saya 22 tahun. Tidak punya bayangan, rencana, apa lagi yang harus saya kerjakan. Terlalu sibuk kuliah. Kadang saya ambil kelas pagi, siang, malam, dalam sehari. Mengikuti arus hidup. Berpisah dengan teman kuliah setelah bersama selama empat tahun. Beda keyakinan. Saya bertemu lagi dengan sahabat saya. Usia kami terpaut lima tahun. Tak lama kemudian, saya jadi mantan pacarnya. Hehehehe
Source
Hanya sempat merasakan dunia kerja selama enam bulan di Jakarta, akhirnya mengikuti suami yang bertugas di Banjarmasin waktu itu. Kami pernah tinggal di Papua, Palembang, syukurlah sekarang menetap di Bandung Barat. Keluarga besar kami berdua, tinggal di Jakarta.
Tahun 2008, saya diminta jadi ketua Posyandu. Ketua Posyandu saat itu mengundurkan diri. Tahun 2012, Posyandu kami masuk 10 besar Posyandu tingkat nasional. Saat menuju Posyandu Jabar Satu, kami diminta membuat POS PAUD. Karena tidak ada yang bersedia, dan POS PAUD harus segera dibentuk, lagi-lagi saya harus jadi Kepala Sekolah POS PAUD. 2014 saya menjadi Kader Posyandu terbaik Tingkat Jawa Barat. Tahun 2015 saya menjadi Juara 2 Kepala Sekolah PAUD terbaik tingkat Jawa Barat. Tapi bukan ini, yang ingin saya tulis.
Tidak punya rencana, membuat saya menjalani, rencana yang dibuat orang lain. Mari kita kesampingkan takdir Allah, karena kalau semua sudah kembali ke Allah, tanda bacanya titik.
Mama saya menjadi Sarjana Pendidikan AUD, diumur 63 tahun. Sebelumnya Mama hanya tamatan SMP. Mengejar Paket C, lanjut kuliah. Luar biasa. Mama menjalani hidupnya dengan melakukan sesuatu yang disukainya.
Dengan beberapa pencapaian di atas, saya masih sedikit resah, bila ada pertemuan keluarga. Sepupu-sepupu dan ipar saya, Alhamdulillah, berpenghasilan sangat baik. Keluar negeri, bahkan jadi sesuatu yang biasa. Yang membuat saya sedikit galau, secara akademis, saya dulunya lebih unggul.
source
Dalam perjalanan pulang dari Jakarta, seperti biasa kami berempat (waktu itu Rio masih kuliah) selalu bertukar pikiran. Ketiganya berupaya mengurangi keresahan yang saya rasakan. Rio yang mengusulkan, agar saya mencari guru menulis novel. Saya mengikuti sarannya. Saya sangat beruntung memiliki tiga sahabat yang sangat mensupport.
Saya sangat gembira, bisa menulis novel lagi. Menulis pernah menyelamatkan saya dari kedangkalan emosi, delapan tahun lalu. Sejak saat itu, kebahagiaan dan kesejahteraan jadi tanggung jawab pribadi diri sendiri.
Anehnya, walaupun saya bahagia, benar-benar gembira, dari Analisa Gambar, sebelum bergabung ke Steemit, sekitar Bulan November 2017, bawah sadar saya merasa sangat depresi. Sangat ingin berpetualang. Dan merasakan hambatan yang seperti tidak keliatan batas ketinggiannya. Dari Analisa Tulisan Tangan, emosi saya sangat labil. Dan hambatan yang saya rasakan, berasal dari dalam dan luar diri sendiri. Syukurlah, melalui PAUD, Allah mengirimkan Steemit pada saya.
Bergabung di Steemit, orang yang harus saya kalahkan dan lampaui adalah diri sendiri. Walaupun bukan rencana saya, menjadi kader Posyandu dan Kepala Sekolah PAUD, ternyata banyak yang harus saya pelajari selama 10 tahun terakhir, dari dua profesi itu. Untuk menyiapkan saya, bisa lebih cepat beradaptasi secara holistik di Steemit.
Saya pernah merasakan pagi yang sangat menyenangkan (Saya belum tahu Steemit waktu itu). Saya berangkat ke PAUD setelah selesai menulis. Enteng sekali perasaannya.
Di Steemit, saya mulai lebih peka dengan situasi sekeliling. Benar-benar hadir, dalam sebuah keadaan. Mulai harus bawa hp saat keluar rumah, jaga-jaga ada yang harus saya foto. Saya bisa menangis di mal, saat menulis bagian yang sedih. Tanpa merasa sungkan. Atau peduli apa pendapat orang tentang kita.
Souece
Menulis membuat saya hidup. Dan walaupun anak-anak sudah besar, tidak berarti biaya berkurang. Karena saya masih punya orang tua, dan banyak orang yang perlu dibantu. Kalau saya perhatikan, masa tua bukan berarti kebutuhan kita semakin kecil, justru sebaliknya.
Kebutuhan kita semakin meningkat. Karena kita butuh jalan-jalan, ajak cucu main ke sana ke mari. Perlu rumah lebih besar, untuk menampung anak-anak dan keluarga mereka, saat lebaran atau kumpul keluarga.
Saya ingin menjalani masa tua yang gemilang. Bisa beribadah sebanyak yang saya mau. Pergi ke mana pun yang diinginkan. Membantu siapa pun yang ingin saya bantu. Langkah pertama untuk merealisasikannya, memiliki penghasilan yang bisa memenuhi semua kebutuhan itu. Dan saya ingin mendapatkan penghasilan itu, dengan melakukan hal-hal yang saya sukai.
Sekarang menulis menjadi satu hal yang saya sukai dan bisa saya kerjakan. Semoga saya bisa mendapatkan penghasilan yang saya inginkan, dari menulis. Toh kalaupun tidak, minimal saya sudah melakukan yang saya sukai dalam hidup. Saya merasa lebih senang pada diri sendiri.
Saat ini, kesempatan kedua yang diberikan Allah pada saya. Awal usia 20 tahun kedua saya. Target saya, terus belajar dan terus menulis. Persiapan maksimal. Mengelilingi diri dengan cinta, kebahagiaan, kegembiraan, kesehatan, dan keberlimpahan. Mempersiapkan diri yang terbaik. Menciptakan surga, walaupun masih ada di dunia fana.
Bandung Barat, 31 Maret 2018
Warm Regards
Cici SW
Semoga sukses
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih banyak @khairumanyun :)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
sama - sama @cicisw
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit