Hola Steemians! Hari ini saya kembali berkesempatan berjumpa dengan seorang penjual jamu keliling yang dulunya sering mampir di warung kopi saya saat masih jualan di Kuta Blang. Mbak penjual jamu ini berasal dari Medan.
Saban hari ia berjalan kaki memasuki pintu ke pintu toko dan pasar di seputaran Kuta Blang menawarkan jamu.
Sebenarnya saya bukan pecinta jamu namun karena melihatnya berulangkali menawarkan dan saya yakin ia pasti berharap agar ada orang yang membeli dagangannya.
Saya akhirnya pesan segelas jamu kemudian menyerahkan uang Rp10. 000 untuk membayar harga jamunya 7000.
Sebelum beranjak pergi dari toko ponsel tempat saya membeli pulsa, saya meminta pemilik toko untuk memotret kami berdua. Saya pikir, ini bisa jadi sebuah foto kenangan.
Setelah berfoto saya juga mencoba untuk mencari tau berapa banyak yang ia hasilkan dengan usaha kerasnya itu. Mbak Hanum tidak menjawab secara pasti jumlahnya. Ia hanya mengatakan kalau pendapatannya cuma cukup untuk belanja harian.
Mengenai usaha jamunya, perempuan bernama Latifah Hanum Harahap itu mengungkapkan bahwa jamu tersebut merupakan usaha keluarga suaminya. Ia mengaku telah berjualan selama 13 tahun. Lalu apa mungkin selama itu juga ia berjalan kaki menjinjing keranjang jamu? Sayangnya saya lupa menanyakannya.
Mengenai masalalunya, Mbak Hanum dulunya bekerja di beberapa perusahaan saat masih di Medan sebelum akhirnya hijrah ke Aceh. Ia berharap anak-anaknya bisa sukses dalam pendidikan. Suatu saat ia ingin kembali ke tempat dimana ia dibesarkan.
Saya sempat bertanya mengapa tidak sekarang saja balik ke Medan. Lagian sekarangpun sudah sepi pembeli jamu disini yang tentu saja pendapatannya semakin berkurang. Mbak Hanum dengan singkat menjawab: "Belum Saatnya".