Tajali menuju Ke Wushulan
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS: Al-Kahfi: 110)
Semakin kita pergi ke arah kiri, maka akan semakin jauh kita meninggalkan arah kanan. Pun sebaliknya.
Perhatikanlah arah hati dan jiwa kita. Kemana arahnya pergi???
Semakin kita pergi menuju Alloh, maka secara otomatis kita semakin jauh meninggalkan selain Alloh. Semakin kita mengejar dan mengutamakan ukhrowi, maka duniyawi dengan sendirinya akan kita jauhi. Itu sebuah "proses" pasti yang akan kita tempuh.
Jika penerapan hidup pada jiwa kita memakai hukum hakikiyah, maka jalan dan kans jiwa kita akan bertemu Dzat Nya lebih mudah. Kesempatan kita untuk bertemu dengan Dzatulloh lebih terbuka lebar.
Jika penerapan hidup dan jiwa kita memakai ilmu syari'ah, maka kesempatan kita untuk bertemu dengan Nur Nya lebih terbuka lebar.
Berarti jalan yang kita tempuh adalah jalan Nurulloh.
Kedua jalan tersebut benar dan di benarkan dengan syarat, jangan pernah kita menafikan ilmu hakikiyah tauhid.
Kedua jalan tersebut akan tertutup dan mata hati mu juga akan terdinding dari Dzat dan Nur Nya jika di dalam ke inginan dan kehendak hati mu masih ada ke inginan selain Alloh. Kecenderungan arah dan niat hati mu pada selain Alloh akan menghijabi sifat Al Basar dan Ad-Dhohir Nya yang sejati Dia lah Yang Maha Terlihat dan Dzohir.
“Ru’yatullahi Ta’ala fi dunya bi’ainil qolbi”
Melihat Alloh ta'ala di dunia bukan dengan mata basyariyah, namun dengan mata hati ('ainul haq).
“Ru’yatullohi Ta’ala bil akhiroti bi’ainil arsi”
Melihat Alloh ta'ala kelak di akhirat, ialah dengan penglihatan mata yang sama.
Penjelasan ini di pertegas oleh Alloh yang artinya;
"Barang siapa buta di dunia, maka kelak di akherat akan lebih buta jalannya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus." (QS: Al Isro: 72)
“Wa kawa ‘Idul Imani, wajibul wajib”
Semoga kita semua kembali ke jalan yang benar, aamiin ya robbal 'alamiin...