Bahayakah Rekayasa Genetika (GMO) pada Bahan Pangan?

in life •  6 years ago  (edited)

Sesungguhnya hari ini saya bingung mau nulis apa, semua orang bercerita tentang kemerdekaan, semua memiliki keinginan untuk merdeka, tapi untuk memerdekakan orang lain, mungkin mereka cuma bisa mengatakan “Nanti sajalah!”. Saya menanggapi sebuah kata merdeka itu bila alarm danger yang membahana tidak berbunyi setiap pagi, atau setiap bulannya bisa jalan-jalan kemanapun yang saya mau tanpa harus memikirkan cicilan kartu kredit, semoga saja terjadi revolusi besar-besaran sehingga nantinya kartu kredit bisa dicicil pakai sayur atau buah-buahan, yang penting jangan uang, toh uang juga dibuat dari kertas yang berasal dari pohon kan.

Sedikit bercerita, kenapa akhir-akhir ini saya lebih menyukai postingan tentang lingkungan dan pertanian, karena hal tersebut merupakan mimpi saya dari dulu untuk menjadi petani berdasi. Artinya kegiatan pertanian yang saya lakukan tidak hanya sebatas cangkul-mencangkul, masuk sawah, ketemu cacing, bahkan digigit pacat, sungguh itu bukanlah mimpi saya. Saya ingin memajukan sistem pertanian dari segi manajemennya, karena saya yakin seorang petani yang sudah puluhan tahun bertani, pastinya sudah lebih paham dibandingkan saya yang tidak bisa membedakan antara bunga kertas dan bunga tai ayam.

sgb3glcdif.jpg

Kali ini saya ingin berbagi tentang “rekayasa genetika pada bahan pangan”, mungkin kalian pernah mendengar atau melihat tentang produk RG atau GMO, itulah yang dinamakan produk dari hasil rekayasa genetika. Saya mengambil rujukannya dari sebuah buku tebal yang saya dapatkan secara gratis langsung dari penulisnya, berbekal email yang saya kirimkan, saya mendapatkan 2 buah eksemplar buku yang sama, satunya sudah saya berikan kepada teman yang lain. Jadi sebelum ada yang minta, saya jelaskan saja kronologisnya.

Rekayasa genetika bila diartikan secara ilmu pengetahuan adalah cara memanipulasi gen suatu organisme atau makhluk hidup menggunakan bioteknologi. Jadi gen dari suatu organisme diambil secara langsung dan dicampurkan pada sel induk untuk mendapatkan produk baru yang lebih unggul. Dalam hal ini terjadinya pencampuran gen pada dua organisme dengan sifat dan fungsi yang berbeda, dan pencampuran ini dilakukan di laboratorium, bukan secara tradisional seperti kawin silang.

Misalnya gen pada padi dicampurkan dengan gen jagung , atau yang lebih parahnya lagi gen hewan dicampurkan pada tanaman. Harapannya adalah dengan adanya rekayasa genetika, maka benih atau bibit suatu tanaman akan lebih kuat dari serangan hama, bahkan dari cuaca yang terbilang ekstrim. Saya jadi bingung dengan metode ini, bukan tidak mungkin kalau nantinya ada kentang yang disorientasi seksual gara-gara mengalami rekayasa genetika, karena mereka jadi kehilangan sifat aslinya.

s619mbdx97.jpg

Gangguan kesehatan bisa saja kita alami karena mengkonsumsi olahan bahan pangan dari produk rekayasa genetika ini, beberapa diantaranya adalah akan terjadi alergi makanan karena produk tersebut terdapat unsur-unsur yang tidak bisa dimakan, tidak semua dari kita tahu unsur apa saja yang terdapat dalam produk yang dibuat menggunakan metode rekayasa genetika.

Yang parahnya lagi, kebanyakan produk rekayasa genetika akan tumbuh dengan baik bila ditambahkan sejumlah bahan kimia, misalnya pupuk kimia, bahkan pestisida kimia. Bayangkan kalau itu dikonsumsi oleh tubuh, maka tidak semua bisa dicerna, karena mengandung zat sintetis yang tidak bisa diolah oleh tubuh, akibat jangka panjangnya adalah jangan heran kalau banyak manusia terkena kanker, mengalami kerusakan ginjal dan terjadi keterlambatan pada perkembangan otak, atau penyakit-penyakit serius lainnya karena mengkonsumsi produk tersebut.

135ykz04rx.jpg

fv2a5rp0xh.png

Salah satu akibat dari mengkonsumsi produk rekayasa genetik lainnya adalah tubuh akan kebal terhadap antibiotik, dengan mengkonsumsi produk rekayasa genetik, maka akan terbentuk bakteri yang kebal terhadap antibiotik. Sudah terbayangkan kalau kita sakit mau seberapa besar dosis antibiotik suatu obat yang kita minum tidak ada gunanya, karena bakteri yang terdapat pada tubuh kita sudah kebal.

Maka dari itu, produk lokal lah yang bagus kita konsumsi, karena biasanya petani masih menggunakan sistem pertanian tradisional, pasti mereka akan lebih selektif dalam memelihara benih tumbuhan yang akan ditanam. Bahkan mereka juga melakukan penyimpanan benih. Artinya hasil dari panen musim ini, sebagian akan disimpan sebagai benih untuk menanam di musim selanjutnya.

Saya jadi ingat, dulu ketika saya masih kecil, di kampung saya, setelah terjadi proses panen padi, orang-orang akan merendam beberapa bulir padi di dalam sebuah ember, bulir yang tenggelam itu nantinya akan dijadikan sebagai benih bila musim tanam datang.

Semoga kita tidak tertipu dengan kecanggihan teknonogi yang sering menawarkan ke-instan-an.

Salam,
@fararizky

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Kronologi mba @fararizky luar biasa semua isinya 😍

Posted using Partiko Android

Hehe.. Makasi sudah dibaca

Saya selalu menanti postingan Fara trntang pertanian, sangat bermanfaat, ngeri ya, mau makan buah biar sehat malah sebaliknya😣

Iya kak. Hati2 ya

Waduh, bahaya juga ya bila makan yg rekayasa.. Mudah2an ada label, selain organik juga label bukan rekayasa hehehe

Kalau gak salah produk rekayasa genetika ini ada label nya bang, label nya GMO. Tapi kya nya gak semua produk ada pemakaian label, dan yang lebih perlu hati2 lagi benih GMO ini di proyekkan untuk bantuan bersubsidi, jadi kalau ada bantuan-bantuan benih gitu, bisa jadi salah satunya produk GMO bang.

Artikel yang bagus.. resteem ke 7792 follower ya.. :-3 (Sececah kontribusi kami sebagai witness pada komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)

Aku masih tak sepakat dengan GMO, terutama pada penghilangan kemampuan regenerasi (pemandulan). Jelas sekali bertujuan menciptakan ketergantungan petani terhadap perusahaan penyedia benih.

Setiap organisme memiliki sifat yang sesuai dengan kondisi iklim habitatnya. Alamlah yang memodifikasi sifat (gen) organisme. Jika ada campur-tangan manusia (apalagi yang jelas-jelas memandulkan organisme) aku yakin tujuannya tak lebih dari komersialisasi dan industrialisasi semata.

Istilah pertama yang kukenal adalah tanaman transgenik. Belakangan berubah menjadi GMO (genetically modified organism). Berdasarkan artikel yang kubaca, benih tanaman transgenik/GMO telah ditolak. Mereka menyebutnya tanaman Frankenstein.

Sebaran benih GMO saat ini mengarah ke Afrika dan Asia. Waspadalah... Waspadalah...

Nah itu bang. Yg ironi nya lg, GMO dijadikan sbg produk bersubsidi. Jd petani tdk diberikan pilihan untuk memilih.

Mkanya kan fara blg produk ini sama halnya dgn transgender, bedanya ini tumbuhan mkanya namanya transgenik.