Cukup Tersenyum Saja, Ya!

in life •  7 years ago  (edited)

Kalau saya bilang, saya melihat hantu di sebelah Anda, apa yang akan Anda lakukan? Takut, marah, atau menganggap saya mengada-ada? Bagaimana juga bila saya berkata bahwa saya berbincang dengan makhluk-makhluk yang tidak nampak dengan kasat mata? Berapa banyak yang takut dan berapa banyak yang menganggap saya gila? Ha! Memang hal ini tidak perlu diperdebatkan, karena tiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, kan? Apa yang saya lihat dan dengar belum tentu Anda lihat dan dengar juga, begitu juga sebaliknya. Lantas siapa yang harus disalahkan?!

20160418_155308.jpg
Si Bungsu: Maitreya Ananda Manisha

Saya pernah mendengar perdebatan antara seseorang yang amat sangat logis dengan segala teori yang dibacanya, dan dengan seseorang yang berbicara soal metafisika dengan segala urusan ghaib dan hal-hal yang seperti itulah. Saya di tengah-tengah dan hanya menjadi seperti moderator yang menyalakan sumbu pendek mereka saja. Jahat sih, tapi saya ingin tahu bagaimana akhir dari perdebatan antara dua kutub ini. Lucunya, pada akhirnya mereka merasa tidak “nyambung” satu sama lain karena sama-sama memiliki pendapat dan pendiriannya masing-masing, Saya pun tertawa sampai sakit perut. Terkadang waktu itu memang hanya dihabiskan untuk perdebatan yang nggak penting!

Ikut perdebatan mereka tentunya bisa saja, tetapi menurut saya tidak perlu. Saya juga memiliki sudut pandang dan pemikiran saya sendiri, tetapi pada akhirnya memang kita memiliki banyak sekali keterbatasan. Mau sepintar dan sehebat apapun tetap terbatas para persepsi dan asumsi masing-masing, yang tentunya berdasarkan pendidikan, wawasan, pengetahuan, pengalaman, kebiasaan, ego, dan masih banyak lagi. Lain ceritanya kalau kita sudah mampu melepaskan diri dari persepsi dan asumsi kita sendiri dan mencoba untuk bisa lepas dari semua itu, akan lain lagi ceritanya. Masalahnya, apa bisa?!

Bila pun harus bicara soal bukti, maka semua juga bisa memiliki bukti masing-masing dan malah semakin ruwet kalau menurut saya pribadi. Masalahnya, ada banyak hal yang justru tidak bisa dibuktikan begitu saja, dan tidak bisa terbukti secara langsung. Contohnya saja bila kita bicara soal SMTs dan oracle-SMTs, mau dijabarkan secara panjang lebar, dan secara teori itu dianggap benar, tetapi memang belum bisa dijadikan bukti bahwa itu benar adanya. Makanya di setiap perubahan selalu ada pro dan kontra, karena kita cenderung melihat berdasarkan bukti-bukti yang sudah ada dan berlalu, sementara dunia ini terus berjalan dan setiap menitnya bisa terjadi apa saja tanpa kita ketahui sebelumnya. Sudah ada bukti pun masih bisa diperdebatkan, namanya manusia yang pandai olah-olah, apalagi jika sudah ada kepentingan dan tujuan pribadi serta kelompok sendiri, alasan dengan segala pembenaran bisa saja dibuat. Manusia itu pintar kok!

Sudah banyak juga bukti memang manusia sering”telat’ apalagi kalau sudah terlalu nyaman dengan keyakinan dalam kerumunan dan trend, benar atau salah tidak lagi masalah, yang penting itulah apa yang diyakini banyak orang. Manusia cenderung lebih takut kata orang, kata keluarga, kata si A B C dan seterusnya, bukan pada kebenaran itu sendiri. Toh, banyak yang baru menyadari sebuah kebenaran ketika sudah lewat berpuluh-puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun kemudian. Jadi, ya repot kalau kita harus selalu meminta pembuktian. Hidup ini bukan sidang di pengadilan manusia juga, masih ada pengadilan lain yang kita juga tidak pernah tahu pasti. Hanya dengan keyakinan saja kita kemudian menjadi percaya.

Keyakinan ini sendiri pun berubah-ubah, kok, seiring berjalannya waktu. Dulu kita yakin bahwa yang membedakan kita dengan hewan adalah karena kita bisa membuat alat sendiri. Setelah bertahun-tahun kita meyakini hal tersebut, ternyata salah besar, karena ternyata monyet pun bisa membuat dan menggunakan alat sendiri. Pencarian dan penemuan baru terus terjadi dan bisa berubah-ubah, sehingga apa yang kita yakini pun jadi terus berubah-ubah. Namanya juga manusia, tidak pernah bisa selalu seratus persen benar, jadi memang kita juga makhluk yang fkelsibel dan adaptif, maka keyakinan kita itu pun bisa berubah-ubah.

Pertanyaan besar yang kemudian ada di dalam pertanyaan saya adalah, bagaimana kita bisa begitu yakin bahwa kita sudah berbuat benar? Apa yang harus dijadikan bukti? Apakah keyakinan sudah cukup menjadi alasan? Lagipula, siapa yang mampu membuktikannya? Bagaimana jika salah? Siapkah kita untuk menerima kesalahan tersebut dan memperbaikinya? Hedeh, repot banget mikirnya, ya? Yang simpel dan mudah saja kenapa?! Hahaha….

Inti dari tulisan ini sebenarnya saya ingin menyatakan bahwa kita tidak perlu berdebat panjang lebar dengan segala alasan yang pada akhirnya membuat kita sendiri dan orang lain tidak bahagia. Jika tidak sepemikiran dan tidak sejalan ya sudah, tinggal pergi dan tinggalkan. Cari saja siapa yang memang bisa sepemikiran dan sejalan, kalau pun tidak, paling tidak mau memikirkan hal yang sama dan menjalankan hal yang sama karena memiliki tujuan yang sama. Gitu saja repot! Dan saya sendiri, memang mencari orang-orang yang paling tidak memiliki tujuan yang sama di Steem Blockchain ini, yaitu mereka yang memang benar ingin ada perubahan yang lebih baik di masa depan dan yang cukup manusiawi untuk berpikir tentang orang lain dan orang banyak, tidak hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya sendiri saja. Itupun kalau ada, kalau tidak ada, kenapa harus takut?!

Ada keyakinan yang tidak pernah berubah dalam diri saya, dan itu adalah iman saya kepada Yang Maha Kuasa. Semua saya serahkan saja kepadaNya dan saya biarkan Allah yang mengatur segalanya, karena apapun yang terjadi pasti adalah yang terbaik dan adalah kehendakNya. Mau saya berdebat seperti apapun, dan ataupun ada orang lain yang mendebat, mau waktu berubah dan terus berjalan, hanya Allah yang tidak pernah berubah. Oleh karena itu, saya pasrah saja, kalau sudah waktunya ya waktunya, kalau memang rejeki ya semua juga menjadi rejeki, dan kalau pun memang dipertemukan ya akan dipertemukan, tentunya saya juga harus siap dengan semua ini. Kalau hanya sekedar bicara ya mudah saja, bukan hanya dengan dibuktikan, tetapi cukup dijalani saja dengan senikmat-nikmatnya. Toh, saya menulis tulisan ini pun bukan karena saya sendiri, tetapi memang karenaNya. Mana sanggup saya menulis bila bukan karenaNya? Entah kalau memang ada yang menulis karena upvote dan lain sebagainya, buat saya, itu saja yang dipegang. Yang lain, terserah dan itu keputusan masing-masing.

Sudahlah, kita tersenyum dan bahagia saja, yuk! Biarkan Allah yang membuka semua tabir kebenaran itu. Cheers!

Bandung, 23 Mei 2018

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
  ·  7 years ago (edited)

Perdebatan yang saya tonton dibanyak TV, mereka seolah-olah menganggap pendapat mereka paling benar. Ddengan gigihnya ia memperthankan pendapatnya dan tidak mau dibantah lagi, egois banget. Belum tentu pendapat atau sebuah asumsi memiliki tingkat kebenaran di atas 50%,

Bahkan agama pun mengajarkan kita berdebat dengan cara yang baik dan membantah dengan cara yang baik. "Apabila tidak bisa berkata baik dan benar lebih baik Diam"

Secara penelitian sebanyak apapun seseorang berbicara maka tingkat kesalahannya dan kekeliruannya akan semakin besar pula.

Sampai capek kalau lihat di teve, bukannya dapat informasi malah diberikan suguhan perdebatan yang tidak sehat...

I don't know Bahasa Indonesia. Is this your youngest daughter? so cute! :)

Hihihi... Ngeri teh @mariska.lubis

wkwkwk...

Hahahaha bener teh, udah senyum dapat pahala sedekah lagi :D double pahala daripada berdebat dan menimbulka permusuhan kan :D

Sepakat banget... mendingan senyum saja...

Ah fotomya pemanis aja...hahahhaja

Siapa yang membuktikan kebenaran, bahwa itu benar, tentu nya ada saksi yang menyatakan itu benar, tentu nya kita selalu bisa memilah antara salah dan benar

Hayuk tersenyum, sembari menunggu buka puasa Teh @mariska.lubis😊
Saya selalu menjauhi perdebatan demikian teh, paling suka yang bisa bawa happy
kaya chatting di grup KSI

Sepakat dengan Kak @ettydiallova. Ga ada guna terlibat dalam perdebatan yg tak berujung. Yg ada capek.

Mending spt yg Teh Mariska bilang, yuk tersenyum tulus menjemput bahagia.
Senyum itu menular loh! Bahagia juga. Virus positif!

Ah fotomya pemanis aja...hahahhaja

Senyuman yang imut

Luar biasa sekali Teh @mariska.lubis postingannya.
Alangkah bijaksananya klo dari perdebatan itu kita jadikan ilmu untuk menambah wawasan kita hehehe.
Beda kepala beda pemikiran, jadi jalan pemikirannya pun berbeda pula hehehe.

Mbak Mariska : Kalau saya bilang, saya melihat hantu di sebelah Anda, apa yang akan Anda lakukan?

Mahdi : Cukup Tersenyum Saja

hahaha

Kalau orang Melayu bilang: Diam itu emas. Semakin banyak bicara semakin banyak pula potensi salah. Hehehe. Membaca tulisan ini tentu tidak boleh bersumbu pendek dan harus sudah lulus ujian metafisika dan filsafat. Sebagai thullab yang masih belajar, saya sangat tertarik dengan jabaran tersebut.

😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊

Saya salah karena ceroboh dan menganggap sepele,pasword akun saya hilang. Namun saya siap membuat akun yang lain dan akan memperbaiki kecerobohan saya tsb. Terbukti saya mulai dari nol lg untuk memulai bangkit dan berubah......hahaha....semoga daku ttp bahagia meskipun pahit....slmt berbuka puasa mbak ayu @mariska.lubis

hahaha... i know what you did last summer

benar mbak @mariska.lubis
disenyumin aja dah :)

Senyumin aja segala sesuatu

Senyum itu sedekah 😊😊

Ya cukup tersenyum saja melihat postingan yang luar biasa ini...

Gagal fokus lihat senyum Ananda. Salam ya teh @mariska.lubis 😊

Iya, takkan ada ujung memperdebatkan satu hal dengan orang yang gak senada. Bagusnya, cari jalan tengah untuk melengkapi satu sama lain.

Terkait "menyalakan sumbu" sesekali boleh dong usil.. Hehehehe

Heuuum!

:)

Debat Kusir memang belakangan ini jadi hobi baru orang indonesia. Sehari tanpa debat kayak sayur tanpa garam. hhe..🤣🤣🤣
Tapi mending debat dihindari lah buang- buang tenaga hhe... 🤣🤣🤣