...Hari ini adalah hari yang sangat penting. Tidak boleh, aku tidak boleh merusaknya. Ah, tapi apa yang ada di hadapanku saat ini begitu mengerikan. Tatapan-tatapan itu sangat mengganggu, mereka seperti ingin melumatku saja! Apa yang harus aku katakan? Rasa-rasanya pikiranku mendadak hilang dari tempatnya. Mataku pun mulai terasa berkunang-kunang. Tanganku dingin tidak karuan. Aku mual! Sungguh, rasanya aku ingin muntah saja.”
Pernah, di suatu hari yang teramat penting kita merasakan saat-saat di mana orang-orang yang ada di hadapan kita terlihat layaknya monster yang mengerikan. Hari di mana kita harus tampil di hadapan orang ramai untuk menunjukkan kemampuan kita, untuk mengerahkan seluruh skill komunikasi yang kita punya. Tapi apa lah daya, ketakutan yang teramat besar justru merusak semuanya. Hari yang kita harapkan dapat menjadi sukses, hancur lebur begitu saja. Bukannya terlihat menarik, justru kita terlihat sangat konyol di hadapan orang-orang yang memerhatikan kita. Kecewa? Mungkin.
Ketakutan, kecemasan, atau sering dikenal dengan istilah gagap panggung adalah sesuatu yang sering kita hadapi ketika harus tampil atau unjuk diri di hadapan orang banyak. Apakah ini hal biasa? Sebenarnya biasa saja. Akan tetapi ini menjadi suatu masalah ketika ketakutan yang berlebihan ini terjadi berkali-kali. Bahkan hampir di setiap proses komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain, baik secara personal atau publik.
Kecenderungan seseorang mengalami kecemasan ketika berkomunikasi dalam berbagai keadaan ini di dalam istilah psikologi komunikasi dikenal dengan sebutan Communication Apprehension (CA). Kita mungkin pernah merasakan gugup yang luar biasa, kehilangan kata-kata, pikiran yang kosong, atau perilaku yang sulit dikendalikan. Maka jika ini terjadi, itu artinya ada masalah dengan cara kita berkomunikasi.
Menurut James McCroskey (1977) CA adalah level ketakutan atau kecemasan seseorang yang berkaitan dengan komunikasi secara nyata terhadap orang lain atau orang ramai.
Lantas bagaimana kita tau bahwasanya diri kita sedang dilanda CA tersebut?
Beberapa tolak ukur CA dapat dilihat melalui aspek fisiologi, seperti jantung berdebar-debar, pipi memerah, tangan gemetaran, keringatan, mual, atau juga dilanda stomach butterflies (red-fenomena perut berkupu-kupu). Fenomena stomach butterflies ini sering sekali kita rasakan ketika dilanda kecemasan dalam berkomunikasi, sehingga sangat mengganggu sekali. Mengapa? Respons fisiologi ini cenderung sulit dikontrol karena datang begitu saja, beriringan dengan rasa cemas tersebut.
CA juga dapat dilihat melalui aspek perilaku, seperti bentuk penghindaran, penolakan, atau proteksi diri. Ketika kita merasa gugup, biasanya kita cenderung membatasi diri untuk terlibat atau tampil di hadapan publik. Semakin dipaksakan akan semakin besar penolakan itu. Hal ini pun pernah saya rasakan sendiri, terlebih lagi di masa-masa ketika saya masih menjadi pelajar ataupun mahasiswa. Karena CA yang cenderung berlebihan, saya membatasi diri untuk terlibat aktif di dalam kelas meskipun sangat ingin menyampaikan gagasan-gagasan. Bahkan hal ini pun masih saja terjadi sampai saat ini.
Dan terakhir dapat dilihat dari aspek kognitif, seperti terlalu fokus dengan pikiran-pikiran yang negatif. Pikiran negatif ini dapat berupa memikirkan hal-hal tidak baik seperti kegagalan, kekurangan diri, tidak merasa cukup pintar, merasa tidak punya bahan bicara, tidak lebih baik dari orang di hadapannya, merasa orang lain tidak senang terhadap apa yang kita tampilkan, dan sebagainya. Dampak dari pikiran negatif ini fatal sekali. Karena melalui pikiran-pikiran yang negatif ini lah, kemudian dapat mendorong aspek-aspek fisiologis dan perilaku seperti yang telah dijabarkan di atas itu datang. Jadi, pikiran yang negatif akan mendorong munculnya reaksi yang negatif juga.
Kebanyakan di antara kita terlalu sering memikirkan hal-hal yang negatif, sehingga hal ini mendorong kita untuk terus-menerus merasakan cemas. Ketakutan yang terbesar itu berasal dari pikiran kita. Jika kita berpikir untuk menjadi takut, maka menjadi takut lah kita. Begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu, perbaiki lah pola pikir kita.
Tipe-tipe Kecemasan dalam Komunikasi
Ada beberapa tipe CA, dan mungkin kita bisa saja termasuk ke salah satu kelompok ini.
Kecemasan sebagai Sifat (Trait Anxiety), seseorang dalam kelompok ini cenderung menjadikan bentuk kecemasan berkomunikasi sebagai sifat yang memang sudah melekat pada dirinya, bisa karena faktor biologis, genetis, atau bentukan sosial yang dibangun pada dirinya sedari kecil. Misalnya ketika seorang anak terbiasa dibentak, dimarahi, dikatakan bodoh, tidak menarik, dsb. Orang jenis ini tumbuh sebagai sosok yang tidak percaya diri, introvert dan sangat menutup diri. Mereka cenderung merasa gugup di mana pun, kapan pun mereka berinteraksi dengan yang lainnya. Saya pribadi pernah merasakan hal seperti ini di masa kanak-kanak, dan mulai perlahan-lahan meghilang ketika duduk di bangku perkuliahan. Jenis kecemasan seperti ini memang sangat sulit untuk diubah secara spontan, karena bagaimana pun hanya individu tersebut yang mampu mengubahnya seiring berjalannya waktu.
Kecemasan Sesuai Tempat (Context Anxiety), kadang kita menjadi terlalu gugup ketika harus berkomunikasi di depan kelas, di atas podium, di atas panggung, atau tempat-tempat asing lainnya yang jarang kita sentuh. Padahal tidak seperti itu ketika kita sedang bergaul dengan teman-teman, ketika berada di tengah-tengah keluarga, atau tempat-tempat pribadi lainnya. Nah, kecemasan komunikasi jenis ini biasanya sifatnya kontekstual. Datang sewaktu-waktu ketika kita merasa tidak nyaman terhadap tempat kita berkomunikasi tersebut. Hal ini bisa saja dikendalikan dengan cara beradabtasi terhadap tempat atau mengatur tempat senyaman dan sefleksible mungkin sesuai dengan apa yang kita atau seseorang tersebut butuhkan sebelum berkomunikasi.
Kecemasan karena Penonton (Audience Anxiety), kecemasan dalam berkomunikasi juga bisa saja hadir karena respons dari penonton atau orang lain. Seseorang yang terlalu cemas terhadap respons dari lawan bicara kita, tentu saja akan memberi pengaruh besar terhadap caranya berkomunikasi. Misalnya melihat respons orang yang memasang wajah datar, cuek, tegang, sinis, atau merendahkan. Kecemasan juga datang jika seseorang berhadapan dengan orang-orang baru yang belum dikenal dekat. Biasanya, ini sangat berpengaruh pada munculnya kecemasan diri. Banyak di antara kita yang cenderung melakukan penolakan berkomunikasi jika berhadapan dengan orang-orang asing yang tidak dikenal.
Kecemasan Karena Situasi (Situation Anxiety), dalam kelompok ini kecemasan berkomunikasi hadir sangat tergantung pada situasi yang sedang kita hadapi. Sedang kencan pertama misalnya, kondisi ketika kita harus menghadapi seseorang yang dicintai, dengan pengalaman pertama dan tidak pernah terjadi sebelumnya adalah awkward time, itu adalah masa-masa yang cenderung bisa bikin stress dan mendorong terjadinya CA. Yah, meskipun sebenarnya kita tidak gugupan. Akan tetapi menjadi berbeda ketika kita sedang dalam suatu situasi khusus seperti ini contohnya.
Lantas bagaimana cara kita menghadapi CA ini?
Mungkin tulisan ini akan saya bahas di lain kesempatan. :D
Woww mantap kak penyampainya sukses terus @putrimaulina90
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit