Perantauan muda berkedok mahasiswasteemCreated with Sketch.

in mahasiswa •  2 years ago 

WhatsApp Image 2022-10-17 at 15.55.46.jpg
Perjalanan Udara Semarang - Aceh

Menjadi perantauan muda berkedok mahasiswa bukan suatu hal yang nyaman di lakukan walaupun ada suka cita di dalamnya. Ada kalimat jenaka yang di sampaikan seorang dosen di pustaka kala kami pertama kali mengunjungi kampus RELEUT UNIMAL "Dimana langit di junjung, maka di situlah tanah di kapling" cukup mengundang gelak tawa kala itu. Hal tersebut mencerminkan bagaimana sikap perantauan Aceh di tiap tanah rantau mereka. Sedangkan kami mahasiswa Jawa mengilhami hal tersebut dengan sebaik baik nya pemahaman, bahwasanya setiap tanah di pijak di sanalah kami wajib memiliki perasaan rumah.

Sebagaimana ekspetasi yang patah saat kita mengunjungi langsung Aceh yang besar ini, sejauh ini kami hanya mengetahui dengan pasti jalan menuju releut, Bukit indah ataupun kota Lhokseumawe dari tiap roda bus kampus yang berputar. Kunjungan pribadi hanya sampai pantai ujung Blang yang menyajikan pantai ramai khalayak dengan pasir hitam nya, atau pelabuhan dengan pemecah ombaknya yang mempesona dan kebersihan pesisir nya. Lainnya hanya sebatas jalan singkat melewati masjid bujang Salim yang megah dan persis pasar dibelakang nya yang menjadi tujuan utama. Perantauan juga mengajarkan kami hidup dengan sehat yang dimaksud adalah jalan dengan kaki kesana kemari, ataupun internet yang kurang memadai menjadikan mengobrol dengan teman asrama menjadi kegiatan mengasyikkan mengisi luang.

Apabila bisa mencantumkan keluh kesah ialah bagaimana bahasa menjadi begitu cepat dan kurang akurat kami pahami, bahkan bahasa Indonesia seringkali susah kami terjemahkan apabila berkomunikasi langsung dengan orang orang di sekitar tinggal. Ucapan hah dan boleh di ulang adalah 2 kalimat sakti yang sering diandalkan. Begitu pula pada makanan yang harus perut kami cerna tiap hari. Sebagai anak kos alangkah sulit dari sekedar memilih ayam geprek atau ayam penyet yang akan kami makan, bersatu dengan mie Aceh hidangan tiap caffe rumah makan ataupun peyek udang seharga 7 ribu, lambung kami perlu penerjemah tiap harinya karna rasa yang begitu berbeda dan harga yang kadang tidak ramah di kantong mahasiswa. Namun begitulah perantauan menjadikan kami mengenal memahami belajar dan membaur dalam keragaman tanah Aceh tanah rantau kita

WhatsApp Image 2022-10-17 at 16.03.39.jpg
Penampakan Masjib Bujang Salim

WhatsApp Image 2022-10-17 at 15.54.01.jpg
Pasar Rakyat Kreung Geukueh Kec. Dewantara

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
Loading...