Keharuman Kekosongan

in meditasi •  6 years ago 

Ketiadaan (kekosongan/nothingness) adalah keharuman dari alam yang melampaui segala sesuatu. Ketiadaan adalah membukanya hati terhadap yang melampaui/transendental. Itu adalah terbukanya seribu kelopak teratai. Itulah takdir manusia. Manusia itu sempurna hanya jika ia telah sampai pada keharuman ini, ketika dia telah sampai pada ketiadaan mutlak ini di dalam keberadaannya, saat ketiadaan ini menyebar ke seluruh dirinya, saat dia hanyalah langit yang murni, tidak berawan.

Ketiadaan inilah yang disebut oleh Buddha sebagai nirwana. Pertama kita harus mengerti apa sebenarnya ketiadaan ini, karena ia tidak hanya kosong - ia penuh, ia meluap berlimpah. Jangan pernah berpikir untuk sekejap pun bahwa ketiadaan adalah keadaan yang negatif, sebuah ketidakhadiran, tidak. Ketiadaan hanyalah ketiadaan. Sesuatunya menghilang, hanya inti terakhir/utama yang tersisa. Bentuk menghilang, hanya yang tak terbentuk yang tersisa. Definisi menghilang, yang tak terdefinisi yang tersisa.

Jadi ketiadaan bukan berarti seolah-olah tidak ada apa-apa. Itu hanya berarti bahwa tidak ada kemungkinan untuk mendefinisikan apa yang ada di sana. Seolah-olah engkau memindahkan semua perabotan dari rumahmu dan meletakkannya di luar. Seseorang masuk dan dia berkata, "Sekarang, di sini tidak ada apa-apa." Dia pernah melihat perabotannya sebelumnya; Sekarang perabotannya hilang dan dia berkata, "Di sini tidak ada apa-apa lagi. Tidak ada apa pun." Pernyataannya hanya berlaku sampai batas tertentu. Sesungguhnya, saat engkau memindahkan perabotan, engkau hanya menghilangkan penghalang di ruang dalam rumah. Sekarang ruang murni yang ada, sekarang tidak ada sesuatu pun yang menghalangi. Sekarang tidak ada awan yang berkeliaran di langit; yang ada hanya langit. Tidak ada apa pun, itulah kemurnian. Bukan hanya ketidakhadiran, itu adalah kehadiran.

Pernahkah engkau berada di sebuah rumah yang benar-benar kosong? Engkau akan menemukan kekosongan itu sebagai kehadiran; hal itu sangat nyata, engkau hampir bisa menyentuhnya. Itulah keindahan sebuah kuil atau gereja atau masjid - ketiadaan murni, hanya kosong. Saat engkau pergi ke dalam kuil, apa yang mengelilingi dirimu adalah ketiadaan. Itu kosong dari segalanya, tapi tidak hanya kosong. Dalam kekosongan itu sesuatu ada - tapi hanya hadir bagi mereka yang bisa merasakannya, yang cukup sensitif untuk merasakannya, yang cukup sadar untuk melihatnya.

Mereka yang hanya bisa melihat benda-benda akan berkata, "Ada apa di sana? Tidak ada apa-apa." Mereka yang bisa melihat ketiadaan akan berkata, "Semuanya ada di sini, karena ketiadaan ada di sini."

Identitas dari "ya" dan "tidak" adalah rahasia dari kekosongan. Biarkanlah aku mengulanginya; ini sangat mendasar bagi pendekatan Buddha: ketiadaan itu tidak identik dengan 'tidak', ketiadaan adalah identitas dari 'ya' dan 'tidak', di mana polaritas tidak lagi menjadi polaritas, di mana yang berlawanan tidak lagi berlawanan.

Identitas dari "ya" dan "tidak" adalah rahasia dari kekosongan, ketiadaan, nirwana. Kekosongan itu tidak hanya kosong; itu adalah satu kehadiran, kehadiran yang sangat kuat. Itu tidak mengecualikan yang berlawanan; yang berlawanan itu termasuk di dalamnya, ia penuh dengannya. Itu adalah kekosongan penuh, itu adalah kekosongan yang meluap. Itu hidup, hidup yang melimpah, sangat hidup. Jadi, janganlah pernah sejenak pun membiarkan kamus menipu dirimu, jika tidak, engkau akan salah memahami Buddha.

Jika engkau melihat di kamus dan mencari arti 'ketiadaan', engkau akan salah mengerti Buddha. Kamus hanya mendefinisikan ketiadaan yang biasa, kekosongan yang biasa.

Buddha sedang berbicara tentang sesuatu yang sangat luar biasa. Jika engkau ingin mengetahuinya, engkau harus menjalani hidup, ke dalam situasi di mana ya dan tidak bertemu - maka engkau akan mengetahuinya. Di mana tubuh dan jiwa bertemu, saat dunia dan Tuhan bertemu, di mana yang berlawanan tidak lagi berlawanan - hanya kemudian engkau akan merasakannya. Rasa itu adalah rasa dari Tao, dari Zen, dari Hasidisme, dari Yoga.

Ketiadaan ini hanya bisa dicapai jika tidak ada awan-awan pikiran di dalam dirimu. Itulah awan-awan yang menghalangi ruang batinmu, merintangi ruang batinmu. Pernahkah engkau melihat langit? Di musim panas ia sangat bersih dan jernih, begitu jernih - tidak ada sedikit pun awan. Dan kemudian datanglah hujan, dan ribuan awan datang, dan seluruh bumi dikelilingi oleh awan.

Matahari menghilang, langit tidak lagi tersedia. Inilah keadaan pikiran: pikiran terus-menerus berawan. Inilah musim hujan dari kesadaranmu; Matahari tidak lagi tersedia, cahaya tersembunyi, terhalang, dan kemurnian dari ruang dan kebebasan dari ruang tidak lagi tersedia. Di mana-mana engkau akan mendapatkan dirimu teridentifikasi oleh awan.
Jika engkau benar-benar ingin menjadi religius engkau harus menjatuhkan semua identitas secara perlahan-lahan. Tidak ada gagasan yang seharusnya pernah memilikimu. Tidak ada buku yang seharusnya menjadi Alkitabmu! Tidak ada Veda yang bisa menentukan dirimu, tidak ada Gita yang harus membatasi dirimu. Engkau seharusnya tidak mengizinkan filsafat, teologi, dogma, teori, hipotesis untuk membuat sesak dirimu. Engkau seharusnya tidak mengizinkan asap apa pun di sekitar nyala kesadaranmu. Hanya kemudian engkau religius.

OSHO
The Heart Sutra
Bab 5. Keharuman Kekosongan

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @oshoindonesia! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Do not miss the last post from @steemitboard:

New japanese speaking community Steem Meetup badge
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!