Buku tertata rapi, saling susun tindih. Semua buku bekas yang menghiasi ruangan. Seperti perpustakaan yang siap memberi ilmu kepada pembacanya. Aku adalah seorang kolektor buku, aku menyukai berbagai jenis buku. Mungkin karena hobiku adalah membaca, makanya mereka menjulukiku si kuper kutu buku.
Terlahir sebagai anak yang berkebutuhan khusus, aku sering dijauhi masyarakat.
Aku merupakan seorang anak yang buntung. Tangan kiriku harus diamputasi karena kecelakaan saat aku berumur 3 tahun.
Hampir saja aku kehilangan nyawa saat tragedi maut itu.
Tapi Alhamdulillah, Tuhan masih memberiku kesempatan melihat indahnya dunia ini.
Aku bersyukur, setidaknya masih ada orang yang setia berada disisiku, meski aku cacat.
Toh dia tahu, Ini semua bukan kehendakku.
Sahabatku, yang senantiasa menemaniku mencari dan mengumpulkan buku-buku.
Meski dia sangat cantik, tapi dia tidak malu saat menggandengku yang cacat ini.
Lama kelamaan, dihati ini tumbuh rasa yang aneh. Rasa seperti aku sering sesak saat bersama dengannya. Rasa seperti aku gelisah saat dia jauh dariku, rasa aku tidak suka jika dia menceritakan perihal teman pria yang menyukainya.
Mungkinkah cinta? Atau mungkin saja aku takut dia mendapatkan sahabat lain dan melupakanku.
Ah,, masa bodoh. Aku tak peduli.
Tapi sungguh rasa ini terasa semakin dalam. Seiring perhatian dan kasih sayang yang ia berikan aku sadar ternyata aku telah jatuh kedalam belenggu cintanya.
Aku sama sekali tak berani mengungkapkannya. Aku hanya malu sendiri jika dia tahu aku menyukainya.
Aku tak mau dia merasa minder, saat teman-temannya tau, ada pria buntung yang mencintainya.
Suatu ketika, masa dimana aku tak ingin mengingatnya. Masa pahit dimana aku harus kehilangannya.
Harus merelakan kepergiannya.
Didalam pelukanku dengan berlumuran darah. Dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Ingin sekali saat itu aku menggendongnya dan membawanya kerumah sakit. Namun aku tak bisa, tanganku buntung tak mampu mengangkat tubuhnya.
Aku menyesali, untuk saat-saat terakhirnya. Kenapa aku tak bisa menyelamatkan dia. Dia yang sangat aku cintai. Kenapa nyawanya harus terenggut dipelukanku.
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
Mungkin semua orang menyalahkanku. Atau mungkin saja hanya anggapanku. Aku menyalahkan diri ini atas kepergiannya.
Harusnya aku katakan saja, agar dia tahu aku mencintainya. Sehingga ini takkan terjadi.
Dia tertabrak mobil itu, saat mengejar pria yang dicintainya.
Aku bisa apa?
Lidahku kelu untuk mengatakan cinta karena dia mecintai pria lain.
Dia hanya menganggapku sahabat.
Mungkinkah aku bermimpi menjadi pangerannya saat aku hanya dijadikan karibnya?
Sampai ajal menjemputnya, aku masih memendam rasa ini. Rasa yang tak pernah dia tahu.
Rasa yang akan menyiksaku seumur hidup. Rasa yang telah membuatku lemah saat mengingatnya.
Rasa yang membuatku hanya terkurung di dalam ruangan ini.
Perpustakaan kecil yang ku bangun bersamanya.
Sampai kapan?
Bila masa aku akan terus menyendiri?
Entahlah, aku sendiri tak mengerti.
Biarkan saja ini mengalir sepertia air. Yang pelan-pelan mungkin akan membuatku lupa terhadapnya.
Biarlah cinta ini ku pendam sampai ajal.
Dia tak mengetahuinya, dan takkan kubiarkan seorangpun mengetahuinya pula. Cukup aku dan Tuhan saja.
Biarlah.
Biarlah.
Sampai aku menutup mata.
Sekian cerpen seru.
Semoga terhibur.
Klik share untuk membagikan.
Terimakasih
Selamat @kimodup! Sudah datang di Steemit. Suka jumpa anda di sini.. telah upvote yah.. *)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
terimakasih sudah singgah
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit