Moloekatan merupakan terminologi kuno yang kerap dipakai Gus Miek untuk menyebut ibadah tirakat, ibadah yang murni atau suluk, yakni ibadah khusus yang mengikat dan mengangkat masalah dunia dan akhirat.
Gus Thuba melanjutkan perjuangan Gus Miek dalam dakwah Islam dengan memakai istilah Moloekatan Dzikrul Ghofilin Gus Miek. Gus Thuba merupakan salah satu dari empat cucu Gus Miek.
Gus Thuba adalah putra dari Kiai Tijani Robert Saifunnawas atau akrab dipanggil Gus Robert. Gus Robert merupakan putra ketiga Gus Miek dari enam bersaudara.
Bila ditarik lebih ke atas, Gus Thuba merupakan dzuriyah Raden Muhammad Usman. Dari Raden Muhammad Usman yang merupakan seorang penghulu, lahir Kiai Ahmad Djazuli Usman, pendiri Ponpes Al Falah, Ploso Kediri.
Pernikahan Kiai Djazuli Usman dengan Nyai Rodliyah melahirkan lima orang anak, di mana Gus Miek berada pada urutan ketiga. Dari pihak ibunya, Gus Thuba merupakan cucu Kiai Ahmad Siddiq Jember.
Saat ini didampingi Gus Robert, ayahnya, Gus Thuba memimpin barisan jam’iyah Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek. Sebelum lahir dzikrul ghofilin, dalam sejarahnya Gus Miek lebih dulu mendirikan Jam’iyah Lailiyah atau Jamaah Mujahadah Lailiyah pada tahun 1962.
“Gus Miek pernah menyatakan, salah satu alasan dia mendirikan Jam’iyah Lailiyah adalah karena selama ini dia menangis melihat berbagai perpecahan yang terjadi di antara pengikut tarekat,” tulis Muhamad Nurul Ibad dalam buku “Perjalanan dan Ajaran Gus Miek”.